NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Underwear

Cindy berteriak keras, lalu berlari secepat mungkin untuk menjauh dari Jason yang berusaha menjahilinya.

"Aww... Pergi!" desisnya, tetapi Jason hanya tertawa renyah, menikmati ekspresi tegang Cindy.

"Apa? Kamu mencoba mengusir saya? Tidak akan berhasil! Ini tempat tinggal saya, dan kamu akan menjadi tawanan saya, hahahaha..." Jason mengejek sambil terus tertawa, memperburuk ketegangan yang dirasakan Cindy.

Tubuh gemetar, dan wajahnya pucat.

Tanpa berpikir panjang, Cindy melemparkan apa pun yang ada di depannya, dan karena ketakutan yang melumpuhkan, ia tanpa sengaja melemparkan barang-barang keramatnya langsung ke arah wajah Jason.

Pria itu cepat tanggap, meraih kedua objek tersebut dan menunjukkan dengan bangga.

"Hah? Ukurannya sekecil ini?" ejeknya, menyadari bahwa barang itu adalah pakaian dalam milik Cindy.

Cindy menatap dengan mata tajam, mencoba meraihnya kembali.

"Sini, kembalikan!" Ia melompat untuk mencapai bra yang di main-mainkan oleh Jason.

"Hahaha... Ukuran dadamu Benar-benar kecil." Ia tertawa sambil terus menahan bra itu.

Cindy semakin putus asa, mencoba keras untuk merebut kembali barangnya dari Jason yang terus tertawa dan mengejek.

Kain segitiga itu juga tak luput dari ulah jahil Jason. Wajah Cindy memerah di penuhi kecemasan.

"Hei, apa yang akan Bapak lakukan dengan kedua benda itu? Kembalikan!" Cindy terus berusaha meraihnya, tetapi tubuh tinggi Jason membuatnya sulit dijangkau.

Gadis itu melompat ke sofa dan mencoba meloncat untuk merebutnya, tetapi usahanya sia-sia.

Jason meremas kedua benda itu, dan menghirup aroma tubuh Cindy yang melekat di sana.

"Ah, aromanya membuatku nyaman," batin Jason, sementara Cindy semakin bingung dengan tingkah laku pria tersebut.

"Hais! Apa maksudnya ini? Itu pakaian dalamku yang kotor, ah! Sungguh memalukan," gumam Cindy, merasa malu dengan tingkah laku Jason.

"Pakaian dalamnya saja sudah membuatku terangsang, apalagi kalau secara langsung," gumam Jason terus, mengakui bahwa ini pertama kalinya ia merasakan aroma tubuh seorang wanita.

Jason melangkah dengan mantap, seolah tidak perduli dengan permintaan Cindy untuk mengembalikan kedua barang keramat tersebut.

"Pak Jason, mau dibawa ke mana pakaian dalamku?" Cindy mengejar langkah Jason, tetapi terhenti ketika mereka sampai di ruangan mesin cuci.

Tanpa ragu, Jason melemparkan kedua pakaian itu ke dalam mesin.

Cindy merasa terpukul, tetapi tetap diam dengan kepala tertunduk.

Jason kembali berbalik dan dengan lembut mengangkat dagu gadis tersebut. "Selain ceroboh dan bodoh, ternyata kamu juga jorok, ya? Menyimpan pakaian dalam kotor di lantai begitu saja. Belajarlah untuk lebih peduli dengan kebersihan, kamu seorang wanita, kan?" tegurnya dengan tegas.

Cindy merasa bahwa kata-kata Jason adalah teguran yang pantas, karena ia memang seringkali ceroboh dalam menjaga kebersihan, terutama dalam hal menumpuk pakaian kotor di kamarnya.

"I-iya Pak, saya akan lebih rajin lagi dalam menjaga kebersihan," balasnya sambil mengangguk serta meremas ujung dressnya karena gugup.

Jason tersenyum puas dan mengelus puncak kepala Cindy.

"Baiklah, sekarang kembali ke kamarmu dan istirahat!" perintah Jason. Gadis itu mengangguk patuh, lalu berbalik dan melangkah pergi menuju kamarnya.

Jason masih berdiri di tempat dengan senyum tipis, memperhatikan punggung Cindy yang semakin menjauh, sambil merenungkan kesalahannya dan harapan agar Cindy bisa belajar dari teguran tersebut.

Cindy naik ke atas tempat tidur, lalu meraih ponsel dengan harapan ada pesan dari kekasihnya, Alvian.

Namun, keheningan yang sama membuatnya semakin meragukan hubungan yang terasa menggantung tanpa kepastian.

Jason berseru dari luar pintu, "Tidurlah!"

Ia seperti bisa merasakan kegelisahan Cindy.

Segera gadis itu mematikan lampu tidur dan berbaring, berharap ada kemungkinan untuk memperbaiki hubungannya dengan Alvian.

...

Waktu berlalu begitu cepat, dan sinar matahari mulai menerobos masuk melalui celah-celah tirai kamar.

Cindy menggeliat malas, mengucek mata, dan lupa bahwa ia terbangun di tempat yang asing baginya, masih belum menyadari di mana ia berada.

Pandangannya masih buram saat terkejut.

"Hah, di mana ini? Kamar siapa?" Ia melihat sekeliling dengan bingung, dan setelah beberapa saat, kesadarannya kembali.

"Oh iya, aku kan, ada di Mansion Pak Jason. Kok bisa lupa?" Ia merutuk atas kebodohannya, lalu teringat akan kejadian semalam bersama Jason.

Cindy teringat dengan kata-kata Jason, lalu dengan cepat bangkit dan merapihkan tempat tidur serapih dan sebersih mungkin.

Setelah selesai, ia langsung menuju kamar mandi tanpa ingin membuang waktu.

Setelah mandi, Cindy memilih pakaian terbaiknya.

Ia memilih dress tipis berwarna putih dengan motif bunga-bunga di atas lutut. Dress ini memiliki tali spaghetti di kedua bahu dengan simpul pita yang menghiasi leher jenjangnya, serta menampilkan bahu yang sangat mulus, ramping, dan indah.

Cindy mengaplikasikan skin care dan makeup tipis-tipis, dengan lipstik glossy berwarna nude. Hal ini membuat penampilan dan wajahnya terlihat sangat cantik dan menggemaskan.

Tak lupa, ia juga menyisipkan jepitan rambut di sebelah kirinya, menambah kesan manis yang sangat menggoda.

Kaki jenjang Cindy berhiaskan gelang kaki, dan beralaskan sandal santai berbulu putih yang sangat hangat dan nyaman saat di pijak.

Sementara itu, Jason sedang sibuk meracik kopi di bar pribadinya. Aroma kopi yang otentik dan manis mulai tercium dan menyebar di sekitar ruangan.

Cindy mengendus dan mengikuti aroma itu, langkahnya terhenti tepat di ambang pintu tempat Jason sedang bekerja.

"Eh, Pak Jason, sedang meracik kopi ya?" tanya Cindy sambil mengamati mesin pembuat kopi di sana.

"Ya, seperti yang kamu lihat," jawab Jason, kedua tangannya terlihat sangat cekatan dalam mengolah kopi. Ia tampak begitu terampil dan berpengalaman dalam hal ini.

Cindy hanya diam, mengamati setiap gerakan Jason dengan seksama.

"Kenapa masih berdiri di situ? Kemarilah!" ajak Pria tersebut.

Gadis itu mengangguk kecil, melangkah pelan, dan akhirnya berdiri di samping Jason.

Saat berdiri di sampingnya, Cindy mulai menyadari betapa kecil tubuhnya dibandingkan dengan Jason.

Tentu, hal ini membuat Jason memperlakukannya seperti seorang anak kecil.

"Pantas saja dia senang mengusap kepalaku," batin Cindy, merasa menjadi objek keisengan Jason yang tampak gemas mengacak rambutnya.

"Tuh kan!" pekik Cindy, ketika tangan Jason sekali lagi mengacak rambutnya dengan nakal, membuat penampilannya semakin berantakan.

"Hehe... Maaf," ucap pria itu sambil tersenyum, tanpa memperhatikan ekspresi wajah Cindy yang sedang frustasi.

"Suruh siapa punya badan kecil?" goda Jason sambil tertawa.

"Uh, mentang-mentang punya badan tinggi kaya tiang listrik!" cela Cindy sambil memalingkan wajah dengan jengkel.

Tanpa berkata apa-apa, Jason mengangkat tubuh Cindy dan mendudukan di kursi bartender tersebut.

"Duduk yang manis ya, bocil," ledeknya, membuat Cindy mendelik dengan bibir yang mengerucut, tersinggung atas panggilan yang Jason berikan.

"Enak saja saya dipanggil bocil! Dasar Om-Om!" balas Cindy dengan nada sindiran.

"Siapa bilang saya seperti Om-Om? Asal kamu tahu, banyak orang yang mengira saya masih berusia 20-an," jawab Jason dengan bangga, menunjukkan bahwa ia masih terlihat menarik dan cute meskipun sudah berusia kepala tiga. Hal ini karena Jason rajin menjalani gaya hidup sehat, merawat wajah dan tubuhnya dengan olahraga serta menggunakan skin care.

Memangnya hanya perempuan yang boleh merawat diri? Pria juga tidak ingin ketinggalan dalam hal perawatan untuk menunjang penampilan mereka. (Kata Author)

Cindy mengakui bahwa Jason memiliki penampilan yang sangat menarik, mirip aktor dalam drama China.

Ia menopang dagunya di atas meja sambil tanpa sadar mengamati wajah Jason.

Pria itu balik memperhatikan tingkah Cindy dan membunyikan jari yang digesek dengan jempolnya.

"Kenapa kamu melihat saya begitu? Tertarik, ya?" goda Jason, Cindy tersenyum sambil mencibir.

"Ish, jangan sok pede!" jawabnya mencoba membuang muka.

Jason kembali terkekeh, merasa agak terkejut karena Cindy tampak tidak terlalu terpikat dengannya.

Mayoritas wanita biasanya berebut untuk mendapatkan perhatian Jason, namun tidak ada satupun yang berhasil menarik hatinya sampai detik ini, maka dari itu Jason masih betah melajang dan entah sampai kapan.

Ponsel Jason tiba-tiba berdering, dan saat ia melihat panggilan dari sang ibu, senyumnya langsung merekah. Ia segera menjawab panggilan video tersebut dengan antusias, menunggu dengan sabar sampai wajah ibunya muncul di layar.

"Jason, nǐ hǎo ma?" sang Ibu menanyakan kabar dari sebrang telpon.

"Yà, māmā, nǐ zài nàlǐ zěnmeyàng? Nǐ hé bàba dōu hǎo ma?" Jason balik bertanya kabar dengan senyum yang masih ia pertahankan, karena saking sibuk, ia jarang menghubungi kedua orangtuanya yang tinggal di Shenzhen China.

"Hěn hǎo, nǐ jīn zǎo zài zuò shénme? Nǐ méi qù bàngōngshì ma?" Sang Ibu mengatakan jika kabar mereka baik, ia kembali menanyakan aktifitas Jason pagi ini, dan kenapa tidak ke kantor.

"Wǒ zhèngzài zài zhì zuò kāfēi, zǎo cān haul jiù qù bàngōngshì le." Jason memperlihatkan aktifitasnya di kamera.

Obrolan pun terus berlanjut, hingga sang Ibu mengatakan sesuatu yang tak terduga.

"Jason, sudah saatnya kamu mencari seorang pendamping, karena kamu butuh penerus dalam kehidupanmu, Nak. Kalau kamu terus melajang, siapa yang akan meneruskan perjuanganmu kelak? Sementara usia kami sudah semakin tua, dan kamu yang akan menggantikan posisi kami, kamu juga butuh penerus," ujarnya dengan bijaksana.

Jason merasa tertampar. Biasanya, mereka terlihat cuek dan tidak pernah menyinggung hal ini, mereka terkesan membebaskan Jason untuk memilih jalan hidup yang ia inginkan.

Sementara itu, Cindy hanya bisa menyimak percakapan mereka tanpa benar-benar mengerti artinya.

"Ih, ngomong bahasa planet, aku kan jadi pusing sendiri," batin Cindy sambil menggelengkan kepala. Ia merasa agak frustrasi karena tidak bisa memahami pembicaraan yang sedang berlangsung.

Cindy terus mengamati gerakan bibir Jason saat pria itu sedang berbicara dengan ibunya dalam bahasa Mandarin.

Ia terkesan seperti seorang rapper, berbicara dengan cepat dan lancar, membuat Cindy tertawa pelan karena kekagumannya akan kemampuan berbahasa Mandarin Jason.

Beberapa saat kemudian, Jason mengakhiri obrolan dengan sang ibu dan menatap Cindy yang sedang cengengesan.

"Kenapa tertawa begitu? Ada yang lucu?" tanya Jason, pikirannya masih terombang-ambing mempertimbangkan desakan sang ibu agar ia segera memiliki pasangan hidup.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!