Kesalahan masa lalu membuat seorang Kaynara Flora terus di sakiti oleh suaminya sendiri. Wanita itu sama sekali tak di anggap oleh sang suami. Kehadiran anak tak mampu meluluhkan hati prianya.
Akankah Kaynara akan tetap bertahan dalam pernikahannya atau justru menyerah dan memilih mengakhiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Cincin
Pada pukul sembilan pagi, Jonathan dan Flora bersiap-siap meninggalkan mansion mereka. Hari itu adalah hari yang istimewa; mereka akan membeli cincin pernikahan mereka. Jonathan meraih kunci mobil dari meja di dekat pintu sementara Flora merapikan rambutnya yang tergerai dengan lembut.
Dengan senyum penuh antusias, mereka melangkah keluar dan menuju mobil Jonathan, sebuah sedan hitam yang terparkir rapi di depan apartemen. Udara pagi terasa segar, dan langit biru cerah tanpa awan sedikit pun, menambah semangat mereka.
Jonathan membuka pintu mobil untuk Flora, seperti seorang gentleman sejati, dan Flora pun masuk dengan anggun. Setelah memastikan Flora nyaman, Jonathan berjalan memutar ke sisi pengemudi dan masuk ke dalam mobil. Mesin dihidupkan, dan suara lembut mesin yang menderu menandakan siapnya kendaraan mereka untuk perjalanan ini.
Mereka meluncur keluar dari parkiran dan menyusuri jalan-jalan kota yang mulai ramai. Flora menghidupkan radio, dan musik lembut mengalun mengiringi perjalanan mereka. Sepanjang jalan, mereka berbicara tentang rencana pernikahan mereka, membahas detail kecil yang membuat mereka semakin bersemangat.
"Butik perhiasan itu berada di pusat kota, kan?" tanya Flora, sambil melihat keluar jendela, menikmati pemandangan pagi.
"Iya, namanya 'Luminous Jewels'. Toko kecil yang sangat terkenal dengan koleksi perhiasannya yang elegan," jawab Jonathan sambil tersenyum, merasa bangga telah memilih tempat yang tepat.
Mereka melaju melewati deretan gedung-gedung tinggi, taman-taman kota yang hijau, dan akhirnya tiba di sebuah jalan yang dipenuhi toko-toko mewah. Jonathan memarkir mobilnya di depan butik perhiasan tersebut. Toko itu memiliki jendela besar dengan pajangan cincin yang berkilauan, menarik perhatian siapa pun yang lewat.
Mereka keluar dari mobil, dan Jonathan sekali lagi membuka pintu untuk Flora. "Terima kasih, sayang," kata Flora dengan senyum manis.
Mereka masuk ke dalam toko, disambut oleh suasana yang hangat dan menenangkan. Lampu-lampu kristal menggantung dari langit-langit, memancarkan cahaya lembut yang memantulkan kilauan dari perhiasan di etalase. Seorang pegawai toko, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, mendekati mereka.
"Selamat pagi! Apa yang bisa saya bantu hari ini?" tanyanya dengan suara lembut.
"Kami ingin melihat koleksi cincin pernikahan," jawab Jonathan.
Pegawai toko itu mengangguk dan membawa mereka ke sebuah meja kaca yang dipenuhi cincin-cincin cantik. Flora melihat-lihat dengan antusias, matanya berkilauan setiap kali melihat cincin yang menarik perhatiannya.
Mereka mulai mencoba beberapa cincin. Jonathan memilih cincin emas putih dengan berlian kecil yang bersinar di tengahnya. Flora mencoba beberapa cincin dengan desain berbeda, mencari yang paling sesuai dengan seleranya. Salah satu cincin yang menarik perhatiannya adalah cincin dengan desain sederhana namun elegan, terbuat dari emas rose dengan batu safir kecil yang berkilau lembut.
Setelah beberapa kali mencoba dan berdiskusi, mereka akhirnya menemukan pasangan cincin yang sempurna. Cincin-cincin tersebut tampak serasi satu sama lain, melambangkan harmoni dan cinta yang mereka bagi. Pegawai toko membantu mereka dengan ukuran dan memberikan saran perawatan yang detail.
Dengan hati yang bahagia dan puas, Jonathan dan Flora menyelesaikan transaksi mereka. Pegawai toko membungkus cincin-cincin itu dalam kotak beludru yang elegan. Mereka berterima kasih dan meninggalkan toko dengan senyum lebar di wajah.
Mereka kembali ke mobil, kali ini dengan perasaan yang lebih dalam dan bermakna. Cincin-cincin itu bukan hanya simbol dari janji yang akan mereka ucapkan, tetapi juga kenangan dari hari istimewa ini. Jonathan mengemudikan mobil kembali dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam tangan Flora, merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang tiada tara.
Setelah meninggalkan toko perhiasan dengan cincin pernikahan yang indah tersimpan aman dalam kotak beludru, Jonathan dan Flora kembali ke mobil mereka. Masih dengan senyum bahagia yang tak lepas dari wajah mereka, Jonathan membuka pintu mobil untuk Flora sebelum masuk ke sisi pengemudi. Mesin mobil menderu lembut saat dinyalakan, siap mengantar mereka ke petualangan berikutnya.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Hari ini masih panjang, dan aku ingin menghabiskan waktu bersama kamu," ujar Jonathan sambil menggenggam tangan Flora dengan lembut.
Flora mengangguk setuju, matanya berbinar penuh antusias. "Tentu saja! Aku ingin melihat pemandangan kota dan mungkin berhenti di tempat yang bagus untuk makan siang."
Jonathan tersenyum dan menyalakan mesin mobil. Mereka mulai meluncur keluar dari pusat kota menuju pinggiran kota yang lebih tenang. Sepanjang perjalanan, mereka menikmati pemandangan yang berganti-ganti dari gedung-gedung tinggi hingga taman-taman hijau yang asri.
Jonathan mengarahkan mobil menuju sebuah taman besar di pinggiran kota, tempat yang sering mereka kunjungi saat kencan dulu. Taman itu memiliki danau kecil di tengahnya dengan pohon-pohon rindang yang mengelilinginya, memberikan suasana tenang dan romantis. Mereka memarkir mobil di area parkir yang teduh dan keluar, merasakan angin sepoi-sepoi yang menyambut mereka.
Mereka berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan setapak yang berliku, menuju ke tepi danau. Flora melepaskan sepatunya dan merasakan rumput yang lembut di bawah kakinya, menikmati setiap momen. Mereka menemukan sebuah bangku di bawah pohon besar, tempat favorit mereka untuk duduk dan berbincang.
"Ini tempat yang sempurna," kata Flora sambil duduk dan menatap danau yang berkilauan di bawah sinar matahari.
Jonathan duduk di sampingnya dan merangkul bahunya. "Aku pikir, setelah semua persiapan yang kita lakukan, kita butuh sedikit waktu untuk bersantai dan menikmati kebersamaan."
Mereka berbicara tentang banyak hal, dari rencana pernikahan hingga impian masa depan mereka. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan menikmati momen kebersamaan yang sangat berharga. Sesekali, Flora melihat cincin di jarinya dan tersenyum, membayangkan hari pernikahan mereka yang semakin dekat.
Setelah beberapa waktu, perut mereka mulai berbunyi tanda lapar. Jonathan mengusulkan untuk pergi ke sebuah restoran kecil yang mereka sukai, tidak jauh dari taman. Mereka kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Restoran itu terletak di sebuah jalan kecil yang tenang, dengan suasana yang hangat dan akrab.
Mereka memesan makanan favorit mereka dan duduk di meja dekat jendela, menikmati hidangan sambil memandangi pemandangan luar. Jonathan memesan pasta carbonara sementara Flora memilih salad dan sup tomat. Makanan disajikan dengan indah, dan aroma lezat segera memenuhi udara.
Saat mereka menikmati makan siang, Jonathan menggenggam tangan Flora di atas meja. "Aku sangat beruntung memiliki kamu di hidupku. Tidak sabar menunggu hari pernikahan kita," katanya dengan penuh kasih.
Flora tersenyum, matanya berkaca-kaca oleh kebahagiaan. "Aku juga, mas Jonathan. Aku merasa hari itu akan menjadi hari paling indah dalam hidup kita."
Setelah makan siang, mereka melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi beberapa tempat favorit mereka di sekitar kota. Mereka berhenti di toko buku tua yang penuh kenangan, berjalan-jalan di sepanjang jalan yang penuh dengan toko-toko antik, dan mengakhiri hari dengan menikmati es krim di taman kota sambil duduk di bangku yang menghadap ke air mancur.
Hari itu benar-benar sempurna, penuh dengan kebahagiaan dan cinta. Jonathan dan Flora merasa lebih dekat dari sebelumnya, mengukir kenangan indah yang akan mereka bawa hingga hari pernikahan dan seterusnya. Mereka pulang dengan hati yang penuh, membawa serta perasaan hangat yang akan selalu mereka kenang.
oastibakan berulang krmbali
flo hanya M A N T A N