Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Selepas kepergian Madhiaz, serta memastikan bahwa kembaran Cathleen sudah pergi dari area Badan Kependudukan, Edbert kembali mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras dan tatapan nyalang dilayangkan pada Gerald. Tanpa basa-basi, ia mengayunkan tinjuan di wajah tampan suami dari wanita yang masih dianggap sebagai kekasihnya.
“Keparat kau! Beraninya mengambil sesuatu yang berharga dari wanita yang selama ini ku jaga. Itu seharusnya sebagai hadiah di hari pernikahanku!” Edbert hendak melayangkan kepalan tangan lagi, tapi sudah dihadang oleh Cathleen.
“Cukup, Ed!” sentak Cathleen. Wajahnya nampak sendu karena akibat dirinya, dua pria tampan itu bertengkar. “Ini bukan salah Gerald, jadi jangan sakiti dia.” Mohonnya dengan sungguh-sungguh.
“Menyingkir!” Namun, orang yang dilindungi oleh Cathleen justru menggeser tubuh wanita itu. Gerald tidak terima kalau wajah tampannya dibuat babak belur oleh orang lain. Tentu saja akan dibalas.
Bugh!
Gerald melakukan hal yang sama pada wajah Edbert. Bahkan lebih bertenaga, sampai tubuh Edbert terhuyung ke belakang dan sudut bibir pecah. “Kau pikir aku takut denganmu, ha?!” Ia lebih brutal lagi, sampai menendang perut Edbert. “Aku tak akan menyakiti orang jika tak diusik!”
Cathleen menarik tangan Gerald agar berhenti berkelahi. Dia takut melihat orang baku hantam. “Sudah, hentikan,” mohonnya. Pipi telah basah dengan air mata.
Padahal Gerald belum tuntas membalas, tapi saat melihat Cathleen menangis dan memohon, dia pun mengurungkan niat. Padahal kepalan tangan sebentar lagi hendak melayang. “Jangan pernah kau muncul di hadapanku lagi!”
Gerald merangkul pundak Cathleen, menuntun istri barunya untuk menuju ke mobil. Dia melakukan itu tanpa sadar. Mungkin karena kebiasaannya dahulu saat bersama sang kekasih yang selalu merangkul ketika wanita yang sampai saat ini masih dinanti itu tengah menangis.
“Ceraikan Cathleen! Aku tahu jika kau tak mencintainya! Kembalikan wanita itu padaku, karena kau tak berhak memilikinya!” Edbert meminta, tapi terdengar sangat memaksa.
Gerald menjawab tanpa berbalik badan. “Aku akan menceraikan Cathleen jika dia mau. Kau tanya sendiri padanya.”
Edbert masih terus terfokus pada sepasang pengantin tersebut. Bahkan ketika Gerald dan Cathleen berhenti di mobil mini cooper berwarna abu-abu muda. “Cath, ceraikan dia!” titahnya.
Kepala Cathleen menggeleng, ia mengulas senyum yang menandakan permohonan maaf. “Selamat tinggal, Edbert. Terima kasih sudah pernah mencintaiku.”
Setelah mengucapkan itu, Cathleen masuk ke dalam mobil, menyusul Gerald yang sudah terlebih dahulu berada di balik kemudi.
“Argh ... sialan! Tak akan ku biarkan kalian hidup berdua selamanya! Aku pasti bisa memisahkan kalian!” Edbert mengeluarkan sumpah serapahnya.
Sedangkan Cathleen dan Gerald telah meninggalkan tempat parkir saat Edbert berteriak seperti orang kesetanan. Jadi, percuma saja, mereka tak akan dengar.
Sejak berada di dalam mobil, Cathleen terus memperhatikan wajah Gerald. Tangan tiba-tiba terulur, menyentuh luka lebam yang ada di pipi suaminya.
Gerald reflek menarik kepala ke belakang saat merasakan disentuh.
“Maaf, sakit, ya?” ucap Cathleen.
“Jangan sembarangan menyentuhku jika tidak ku izinkan!” Bukannya menjawab pertanyaan sang istri, Gerald justru mengeluarkan peringatan.
“Aku hanya mengkhawatirkan lukamu, apa tak boleh istri memperhatikan suaminya?” protes Cathleen.
“Pernikahan kita hanya sementara, ingat itu.” Dengan nada bicara datarnya, Gerald mengingatkan lagi.
“Iya, maaf.” Cathleen duduk lagi dengan mata ke arah jendela. Menyaksikan gedung-gedung dan kendaraan yang dilewati.
“Terima kasih karena kau sudah membantuku menghindari Edbert,” ucap Cathleen dengan segenap ketulusan hatinya.
...*****...
...Jangan kepedean Cath, mentang-mentang udah dirangkul sama Gerald, terus kamu main sentuh-sentuh aja. Si Gerald tuh benda berharga....
😆😆😆😆😆😆
jgn semua lu embat