NovelToon NovelToon
My Sexy Little Wife

My Sexy Little Wife

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst / Konflik Rumah Tangga - Solidifikasi Tingkat Sosial
Popularitas:49.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.

Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.

Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.

Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.

Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 : Dia Benar-Benar Suka Seenaknya!

Mobil berhenti tepat di depan sebuah gedung pencakar langit. Seorang petugas bergerak cepat. Berlari mendekati mobil dan membuka pintu di belakang sopir.

"Selamat pagi, Tuan," sapa pria itu sopan sambil membungkukkan kepala.

Adrian hanya menjawab dengan deheman seperti biasa, lalu turun dan berjalan dengan gagah memasuki lobi. Tampak sangat berkuasa.

Begitu tiba di ruangan pribadinya, Adrian menjatuhkan tubuhnya di kursi. Dalam diam merenungi kejadian semalam.

Sebenarnya, semalam Adrian tidak mabuk sepenuhnya. Samar-samar ia masih ingat makian demi makian yang dilontarkan Naomi dengan seenaknya. Tetapi justru saat menerima sentuhan, tubuhnya berkata lain.

Seulas senyum terbit di sudut bibirnya.

"Dia satu-satunya orang yang berani memakiku. Bukankah itu membuatnya sangat se*xy?"

.

.

.

Naomi membuka mata perlahan saat merasakan dinginnya udara yang berhembus dari mesin pendingin ruangan. Saking dinginnya terasa menusuk ke tulang. Ia menggeliat pelan, lalu menarik selimut yang melorot.

"Kenapa rasanya lelah sekali?"

Naomi baru tersadar tubuhnya tak terbalut pakaian. Sedikit terkejut, namun kemudian teringat kejadian semalam. Ketika Adrian memaksanya untuk yang ke tiga kali.

"Hufft ... Tuan jelek itu memang pemaksa." Ia menyandarkan punggung lelahnya. Terdiam sebentar sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur dan membalut tubuhnya dengan jubah mandi.

Hembusan napas kasar terdengar ketika melihat pakaian miliknya teronggok di lantai, dengan beberapa sobekan akibat semalam ditarik paksa Adrian.

"Dia memang predator. Lihat saja kalau malam ini memaksaku lagi. Aku pasti akan mencakar punggungnya lebih parah."

Setelah puas memaki Adrian, barulah Naomi masuk ke kamar mandi. Ia butuh berendam di di air hangat setelah aktivitas yang super melelahkan semalam.

"Suatu hari, kalau kemarahannya terhadap Nona Haylea sudah mereda, dia pasti akan meninggalkanku. Dan aku akan menjadi janda di usia yang sangat muda."

Menyedihkan sekali hidupmu, Naomi Claire!

Naomi meratapi nasib sambil menengadahkan kepala. Menatap langit-langit kamar mandi.

"Setelah dia menceraikanku dan kembali kepada Nona Haylea, aku akan ke mana? Ah, Ayah Ibu ... kenapa aku merasa sesak memikirkannya?"

Naomi masih larut dalam pikirannya sendiri ketika mendengar suara bel berbunyi. Tak terasa, sudah cukup lama ia berendam.

Wanita muda itu segera bangkit dan meraih jubah mandi. Lalu berjalan keluar kamar untuk membuka pintu. Tampak seorang wanita cantik berdiri di ambang pintu dengan senyum ramah.

"Selamat siang, Nona Naomi ... saya Rachel, datang atas permintaan Tuan Marx untuk melayani Anda."

Naomi menatap wanita yang baru saja memperkenalkan diri itu dari ujung kaki ke ujung kepala. "Melayani?"

"Benar. Tuan Marx meminta agar saya membantu Anda memotong kuku."

Sepasang mata Naomi melotot di balik kacamata tebalnya. Padahal ia berencana mencakar Adrian dengan kukunya, tetapi sudah datang suruhan dari pria itu untuk merampas satu-satunya senjata yang dimiliki Naomi.

"Aku tidak mau memotong kuku. Pergilah temui Tuan Adrian dan potong kukunya saja."

Dia pasti sudah gila. Kalau hanya urusan potong kuku, aku bisa sendiri tanpa dibantu.

"Tapi ini perintah, Nona! Tolong kerja samanya." Rachel mencoba membujuk.

"Tapi aku benar-benar tidak mau memotong kuku. Aku sedang ingin merawatnya sepanjang yang aku mau!"

Baru saja Naomi akan menutup pintu, namun Rachel sudah mencegah dengan menyelipkan satu kakinya di sela pintu. Hingga terjadi saling dorong di antara keduanya.

"Tolong, Nona. Jangan membantah. Anda bisa membuat saya kehilangan pekerjaan kalau seperti ini." ucap Rachel memohon.

Naomi masih berusaha menutup pintu. Namun, Rachel pun tak mau menyerah. Kakinya bahkan tak bergeser sedikit pun.

"Apa salon tempatmu bekerja adalah milik si jelek dan arogan Tuan Adrian itu?"

Ekspresi terkejut tergambar jelas dalam wajah Rachel, kala mendengar panggilan tak sopan yang disematkan Naomi untuk Adrian.

"Hehe ... sebenarnya bukan, Nona. Tapi kalau saya gagal memotong kuku Anda, maka gaji saya yang akan dipotong sebagai gantinya."

"Apa hubungannya?" sambar Naomi acuh tak acuh.

"Bahkan Tuan Marx bisa menutup salon tempat saya bekerja kalau beliau mau," ucap Rachel dalam hati.

"Mari kita bicara baik-baik dulu."

Rachel lantas merogoh tas miliknya dan mengeluarkan sebuah ponsel. Ia tampak terdiam menatap layar dengan jempol yang bergerak naik turun. Kemudian mendekatkan benda tersebut ke daun telinga.

"Selamat siang, bisa tolong sambungkan saya dengan Tuan Marx?"

Naomi terlonjak kala mendengar ucapan wanita itu. "Untuk apa menghubungi dia?"

Apa? Dia mau mengadu? batin Naomi.

Rachel hanya tersenyum sambil menunggu selama beberapa saat, hingga akhirnya panggilan tersambung.

"Selamat siang, Tuan. Maafkan saya sudah berani mengganggu Anda. Tapi ini sangat penting. Nona Naomi menolak untuk dilayani. Saya harus bagaimana, Tuan?" ucapnya sedikit ragu.

Di kantor, Adrian sudah menerbitkan senyum miring. Ia tahu Naomi akan menolak. Tetapi tentu saja, Adrian tak pernah kehabisan akal untuk mendapatkan keinginannya.

"Berikan telepon padanya!" perintah Adrian.

"Baik, Tuan." Rachel menyodorkan ponsel ke hadapan Naomi. "Tuan ingin bicara dengan Anda, Nona."

"Untuk apa bicara dengannya?"

"Biar Tuan Marx saja yang jelaskan pada Anda."

Naomi memutar mata malas, lalu meraih ponsel milik Rachel. "Pokoknya aku tidak mau memotong kuku! Dengar ya, aku akan menyalakan pengeras suaranya, biar kamu mendengar obrolanku dengan tuanmu ini." ujar Naomi.

"Baik, Nona."

"Hey, Tuan pemaksa, apa maksud Anda mengirim Nona Rachel kemari?" tanya Naomi dengan nada kesal dan menantang.

"Untuk melayanimu. Kenapa kamu menolak untuk dilayani olehnya?"

"Karena aku tidak mau memotong kuku! Dia boleh memotong anggota tubuhku yang lain, asal jangan kuku!"

"Memangnya kenapa kalau dipotong?" tanya Adrian santai, membuat Naomi mendengus.

"Dengar Tuan Adrian jelek, arogan, dan pemaksa ... seluruh anggota tubuhku adalah milikku dan aku berhak atas semua itu. Aku mau memanjangkan atau memotong sampai habis, itu juga hakku!"

Adrian mengatupkan bibir demi menahan semburan tawa.

"Memang siapa yang memaksamu memotong kuku?" Nada bicara Adrian terdengar masih santai.

"Anda dan ..." Naomi melirik Rachel yang berdiri di hadapannya. "Wanita ini!"

"Aku tidak memaksamu memotongnya. Semalam aku hanya merasa kamu terlalu menikmati sentuhanku sampai mencakar punggungku berkali-kali."

Dan ucapan santai Adrian menimbulkan semburat merah di pipi Naomi. "Percaya diri sekali Anda, Tuan! Aku mencakarmu karena kesal, bukan karena terlalu menikmati sentuhanmu."

"Benarkah? Lalu kenapa kamu mend*esah? Apa itu juga karena kesal?"

Sepertinya, bukan wajah Naomi saja yang merah. Pipi Rachel lebih merah lagi mendengar pembicaraan Naomi dan Adrian yang terkesan vul*gar.

Dan rasanya, Naomi benar-benar ingin mencakar mulut frontal Adrian dengan kuku tajamnya.

"Jangan sembarangan kalau bicara!"

"Aku tidak sembarang bicara. Aku punya bukti di punggungku, betapa kamu menikmati aktivitas semalam. Kalau begitu aku akan membuatmu mencakar punggungku lagi malam ini."

"Hentikaaan!" teriak Naomi, kemudian menatap Rachel dengan muka merah. "Nona Rachel, tolong potong semua kukuku. Kalau perlu cabut sampai ke akar-akarnya!"

...........

Terima kasih untuk setiap dukungan yang luar biasa. 🤗🤗🤗

1
AMI MADJID
Luar biasa
Irma Linggawati
ngakak sampe keluar air mata..🤣🤣🤣
Anonymous
ok
crome book
kurang ngentonya gak dijelasin kek bagaimana
Wibi Satrya Wiguna
🤩🤩😍😍🥰🥰
Wibi Satrya Wiguna
Kecewa
aryuu
ngakak 🤭🤣
aryuu
🤣🤣🤭🤭🤭
himawatidewi satyawira
🤣🤣🤣🤣bruno..bruno
himawatidewi satyawira
🤣🤣🤣kyk tulang ma daging ayam ya
himawatidewi satyawira
lha itu nyebut lg no🤣
piwka
🤍💙🤍💙
Elsye Nurhayati
👍 👍 👍
Elsye Nurhayati
Luar biasa
himawatidewi satyawira
terknl bnr madam leova ya
yuiwnye
/Grin//Grin//Grin/
yuiwnye
sdh Naomi Ndak usah dipikirin /Facepalm//Facepalm/
yuiwnye
lah Bruno langsung turun jabatan mu lhoo
yuiwnye
pinang dibelah 2 aja Adrian gak perlu dibelah belah 😆
yuiwnye
/Facepalm//Slight//Slight//Slight//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!