NovelToon NovelToon
Meraih Mimpi

Meraih Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: isha iyarz

" Tapi sekarang kamu jauh dari abang. Siapa yang melindungimu kalo dia kembali merundung? " Arya menghela napas berat. Hatinya diliputi kebimbangan.
" Kalo dia berani main tangan pasti Diza balas, bang! " desis Diza sambil memperhatikan ke satu titik.
" Apa yang dia katakan padamu? " Arya menyugar rambut. Begitu khawatir pada keselamatan adiknya di sana. Diza menghela napas panjang.
" Mengatakan Diza ngga punya orang tua! Dan hidup menumpang pada kakeknya! " ujarnya datar.
" Kamu baik-baik saja? " Arya semakin cemas.
" Itu fakta 'kan, bang? Jadi Diza tak bisa marah! " pungkasnya yang membuat Arya terdiam.
Perjuangan seorang kakak lelaki yang begitu melindungi sang adik dari kejamnya dunia. Bersama berusaha merubah garis hidup tanpa menerabas prinsip kehidupan yang mereka genggam.
Walau luka dan lelah menghalangi jiwa-jiwa bersemangat itu untuk tetap bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isha iyarz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

" Aku harus bergegas, Ar! Tidak adakah mobilitas di kota kecil ini yang mendukung perjalananku menjadi lebih cepat? " Segara melirik jam di tangannya.

" Sedikit lebih mahal. Aku punya kenalan yang memiliki rental mobil. Sebentar! " Arya menjauh untuk menelpon seseorang yang dia katakan.

Dan mereka menunggu tak lama kemudian. Sebuah minibus berwarna hitam metalik merapat di depan rumah. Keduanya berpelukan erat.

" Jaga dirimu, Arya! Datanglah lebih sering mengunjungiku dan Diza! " Segara menepuk pundak Arya sedikit keras.

" Semoga perjalananmu selamat, kawan! Tolong awasi adikku! " Arya menatap Segara lekat. Lelaki dengan rahang kokoh itu mengangguk mantap.

" Aku akan membawanya pulang jika dia melakukan hal yang berbahaya! " Segara menyungging senyum tipis.

" Apa dia pernah bertingkah ajaib di sana? " Arya menatap gusar. Mencurigai kalimat yang diucapkan Segara. Lelaki yang sedang memakai jaket itu tergelak.

" Tidak! Aku hanya ingin meyakinkanmu bahwa dia dalam pengawasanku! " Segara berbalik. Mereka mendekati mobil. Segara naik dan membuka jendela. " Aku pulang! " pamitnya sebelum mobil bergerak menjauh. Arya menghembuskan napas panjang. Menatap mobil hingga hilang dari pandangannya.

Separuh hatinya masih tak mempercayai bahwa akan bertemu lagi dengan Segara. Dia tak pernah menyangka bahwa Segara masih ingin bukti lebih tentang kematian Luki. Segara memang dekat dengan anak lelaki itu selain dirinya. Karena tugas diluar panti yang diberikan untuk keduanya selalu satu tempat. Segara dan Luki mengamen di perempatan dekat gedung bertingkat yang letaknya jauh dari tempat Arya mangkal sebagai tukang sol sepatu.

Suara Luki yang tinggi dan merdu cocok dengan keahlian Segara memainkan gitar. Pihak panti memberikan mereka kursus beberapa waktu sebelumnya ternyata dalih agar bisa memanfaatkan keahlian anak-anak di sana.

" Arya! " Seorang wanita tergopoh memasuki halaman. Ditangannya ada kantong plastik.

" Bulek? " Arya berbalik mendekat.

" Oalah, bulek panggil-panggil dari tadi ngga denger kamu! Pagi-pagi, kok, ngelamun. Pamali! " Nur mengulurkan kantong. " Paklekmu tadi malem pulang dari kampung. Ini ada sedikit oleh-oleh! " sambungnya sambil menepuk lengan Arya.

" Makasih, bulek! Repot-repot nganterin " Arya menerima kantong dengan senyum lebar.

" Sama-sama. Oh, ya, Diza kapan pulang? Kangen bulek! " Nur menatap Arya lembut.

" Semoga liburan nanti dia bisa pulang, bulek! " jawab Arya. Nur mengangguk. Berbincang beberapa saat lalu wanita dengan daster itu beranjak pulang.

*****

Dengan mengendarai mobil offroad, Juma, lelaki yang menjaga markas lama itu membawa Diza, Zeta dan Chon ke sebuah tempat melewati tanah berbatu, menerabas ilalang melewati belakang bangunan.

Keempatnya membisu. Zeta melirik jam tangan. Setengah dua dini hari. Kantuknya sudah lenyap sejak tadi. Dia melirik Diza yang fokus menatap ke depan. Perlahan Zeta mundur ke sandaran. Meluruskan punggung dan kakinya berusaha rileks. Mimpi apa dia jika perjalanan menemui Tama penuh ketegangan seperti ini.

" Jalan apa, sih, kayak gini? " Zeta mendumel pelan. Tubuhnya terhempas membentur pintu mobil. Jangan tanya kepalanya. Sejak awal terantuk berkali-kali dengan Diza. Chon menoleh. Posisi mereka hanya dibatasi Diza yang duduk tegak di tengah.

" Bukan jalan. Hanya dataran. " tukas Chon juga pelan.

" Dia ngga bisa cari jalan sebenarnya? Gelap gitu? " Zeta memegang erat besi di dekat kepalanya.

" Ck, diem, Ze! Ntar kita dicemplungin sama dia ke jurang " bisik Diza. Mobil berbelok ke sebuah jalan aspal tak rata. Walau sesekali terbentur, Zeta masih merasa mendingan karena jalan tidak menabrak batu besar yang membuat mobil melompat.

Tak lama kendaraan itu memasuki halaman luas sebuah rumah kayu yang temaram. Lampu depan hanya lima watt dan berada di pojok kiri bangunan. Mereka turun bergantian. Juma menoleh, mengisyaratkan agar mereka bergerak cepat untuk masuk ke rumah yang pintunya ternyata sudah dibuka sedikit. Ruangan lima kali empat meter itu tanpa cahaya lampu. Mungkin sengaja tidak dinyalakan.

Hanya bias dari lampu tempel di dekat meja yang dibelakangi seorang pria. Yang begitu fokus mengetikan sesuatu di tablet atas meja. " Siapa mereka, Juma? " suara beratnya terdengar tanpa menoleh ketika mereka beriringan masuk.

" Aku tak tau. Tapi salah seorang ingin bertemu abang! " sahut Juma seraya menarik baju di bagian tengkuk Diza dan mendorongnya mendekat.

Lelaki itu mengangkat kepala. Matanya membelalak terkejut begitu matanya bertemu dengan mata lentik milik Diza.

" Bocah? Kau? " Tama berdiri dan mendorong kursinya menjauh dari meja.

" Astaga! Apa yang membawamu ke sini, heh? Bocah satu itu pasti tidak tahu kau kemari! " Tama merangsek mendekati Diza. Menatap gadis itu dengan seksama. Baju dan jilbabnya tampak kotor. Tama menoleh kearah Zeta. Penampilan mereka memang kacau.

" Apa kabar, bang? " Diza tersenyum. Dia senang melihat Tama tampak sehat. Tama mengusap wajah. Terlihat menahan jengkel.

" Kau tau apa yang kau lakukan disini, bocah? Kamu pikir ini tempat wisata? " Tama berkacak pinggang.

" Dimana kau temukan mereka, Juma? " Tama menoleh lelaki berotot yang berdiri menjaga pintu.

" Di markas lama, bang! Tadinya anak-anak mengejar makhluk satu ini " Juma menatap Chon yang menunduk.

" Tadi kamu 'kan yang menyelinap di ruang markas? " Juma mendorong bahu Chon keras. Chon mengangguk.

" Aku ingin bertemu abang " sahut Chon tanpa mengangkat kepala.

" Ada apa? " Tama mendekat. Chon menoleh, mencari posisi Diza. Dia menunjuk gadis yang masih berdiri di dekat meja itu.

" Mereka meminta aku mengantar " jelasnya singkat.

" Kau kenal? " Tama ikut menatap Zeta. Chon menggeleng.

" Bang Edo yang minta aku menemani mereka selama di sini " tutur Chon. Dia kembali menunduk. Tama menghembuskan napas kesal. Kembali menuju mejanya.

" Katakan apa keperluanmu menemuiku, bocah! Jangan bilang hutangku belum lunas! " Tama mendekatkan wajahnya sekilas menatap Diza tajam.

" Seseorang mengincar abang! " sahut Diza pelan. Tama berpaling. Mereka saling menatap beberapa saat lamanya. Aura terasa mencekam. Mengabarkan betapa serius kedatangan Diza menemuinya. Tama menghela napas panjang.

" Siapkan kamar untuk mereka, Juma! Dan ikuti aku! " Tama menoleh Diza. Zeta dan Chon mengikuti langkah Juma ke dalam. Diza mengiringi langkah Tama yang memasuki pintu di belakang kursi. Ternyata ada pintu di dinding itu. Entah suasana gelap atau posisi pintu memang tersamarkan dengan bentuk dinding di sekitarnya.

Sebuah ruang kecil mirip kamar dengan satu ranjang single. Tama menarik papan dibawah kakinya. Diza termangu. Ada tangga di sana. Mereka beriringan turun. Papan menutup sendiri tanpa suara karena gerakan tangga yang mereka injak.

Tiba di lantai dengan semen kasar. Tama menghidupkan lampu. Ruangan besar dengan tempat tidur, sebuah lemari di dekatnya. Kitchen set mini, dan yang membuatnya tertarik mendekat, ada banyak alat latihan di kanan ruangan.

" Jangan sentuh, bocah! Aku tak ingin kau belajar menggunakannya " Tama membuka lemari pendingin di dekat dapur mini. " Ceritakan semua yang ingin kau sampaikan! " Tama mengajaknya duduk di kursi kayu di tengah ruangan.

" Aku tak sengaja mendengar seseorang yang bilang ingin melenyapkan abang! " Diza mulai bercerita. Semuanya tanpa dia tutupi. Termasuk pertemuannya dengan Segara.

Tama menyandarkan tubuh. Menatap Diza sambil menyesap minuman kaleng ditangannya. " Aku heran kamu bisa terlibat kembali, bocah! Apa yang kamu pikirkan, he, dengan memeriksa gedung kosong itu? " Tama mendelik gemas.

" Hanya ingin tahu, bang! Itu gedung apa. Temanku bilang kosong, tapi suatu pagi ada baju yang digantung disalah satu jendelanya. Waktu pulang kuliah udah ngga ada lagi. Makanya aku ingin tahu siapa yang tinggal disitu " jelas Diza sambil sesekali menenggak minumannya.

" Dan kau tahu siapa? " Tama melotot. Diza terkekeh. Dia tidak takut walau Tama terlihat garang. Dia tahu Tama tak akan memukulinya.

" Anak-anak jalanan yang dibawa bang Gara, bang! " jawab Diza santai. " Apa abang tahu siapa yang merencanakan pembunuhan abang? " Diza memperbaiki duduknya. Antusias menatap Tama yang bergeming.

" Tidak mudah menuduh sembarangan, bocah! " sahut Tama datar. Sejak kembali waktu itu nyaris tak ada apa pun yang dia dapati di markasnya. Shin memindahkan semua ke tempat baru. Dia juga kesulitan menentukan anak buahnya yang setia. Kecuali Juma yang langsung turun gunung begitu mendengarnya kembali.

Lelaki yang memang tinggal di perbukitan sebuah daerah di pinggiran kota. Jauh, dan dia rela meninggalkan kembali keluarganya di sana. Sang ayah hanya menatap kepergian Juma ditemani kakak perempuannya.

" Oh, ya, aku punya ini, bang! " Diza mengeluarkan sesuatu dari ranselnya. Selembar sapu tangan berwarna biru dongker. Tama menerimanya sambil memeriksa dengan seksama. Meraba rajutan diujungnya sambil mengangguk.

" Solo " desisnya tertahan.

1
Iza Kalola
Ada lucunya juga padahal jantung lagi dag dig dug mikirin Diza...😃
Iza Kalola
nenek lucnut, 😡🔥
Iza Kalola
Akhirnya mulai terungkap dalangnya.
Iza Kalola
Rekomendasi untuk cerita ini. keren kerenn bangeet
Iza Kalola
makin tegang, makin seru. /Smile//Determined//Kiss/
Pecinta Bunga
Wah, bakalan bertemu nih Arya dan Segara dengan Tama. Mereka memang harus bersatu supaya bisa menyelamatkan Diza
Pecinta Bunga
Wah, bakalan ketemu Arya Segara dan Tama. Mereka memang harus bersatu supaya bisa menyelamatkan Diza
Dhedhe
deg²an bacanya ..ikut berimajinasi 🤭🤭
Iza Kalola
wow woww... sport jantung..🫠
Iza Kalola
penuh misteri 🫠
Aisha Lon'yearz
thanks dukungannya, kaka
Iza Kalola
cukup menegangkan dan aku suka cerita yang seperti ini... semangat thor, masih nungguin kelanjutan ceritanya./Determined/
Iza Kalola
keren, semoga makin banyak yg baca karya ini. semangat selalu author/Determined/
Aisha Lon'yearz
makasihhh 😊
Jasmin
lanjut Thor
Jasmin
aku suka, aku suka... gaya bahasa yg enak dan gak bisa di lewatkan per kata 🥰
Jasmin
mantap Thor
Jasmin
Arya 💥
Jasmin
keren Thor ..
Jasmin
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!