"Gue menang taruhan! Gue berhasil dapatkan Wulan!"
Wulan tak mengira dia hanyalah korban taruhan cinta dari Alvero.
Hidupnya yang serba kekurangan, membuat dia bertekad menjadi atletik renang. Tapi semua tak semudah itu saat dia tidak terpilih menjadi kandidat di sebuah event besar Internasional.
Hingga akhirnya seluruh hidupnya terbalik saat sebuah kenyataan besar terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
"Kak Riki, kita mau kemana?" tanya Adara karena jalan yang mereka lalui berlawanan arah dengan arah rumahnya.
"Ke rumah teman aku sebentar. Aku ada kerjaan di sana," jawab Riki.
Adara tak menaruh curiga pada Riki. Dia hanya terdiam berada di boncengannya. Hingga akhirnya motor itu berhenti di depan sebuah rumah yang lumayan besar dan berpagar tinggi.
"Ayo, ikut aku sebentar ke dalam. Bantu aku bawa barang."
"Barang apa?" Adara turun dari motor lalu tangannya ditarik Riki masuk ke dalam rumah itu.
Adara sama sekali tidak tahu rumah siapa itu. Dia menurut saja masuk ke dalam rumah itu dan disuruh Riki menunggu di ruang tamu.
Adara menunggu Riki dengan gelisah karena sampai beberapa menit Riki tidak juga keluar.
"Sudah nungguin?"
Adara sangat terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia kini menatap Lukas yang masuk ke dalam rumah itu dan mengunci pintu itu.
"Kenapa lo ada di sini?" Adara berdiri dan semakin menjauhi Lukas yang kian mendekat.
"Ini rumah gue," jawab Lukas dengan senyum devilnya.
Adara semakin ketakutan. Bagaimana bisa dia berada di rumah Lukas? Apa Riki sengaja mengirimnya ke tempat itu? "Gue mau keluar!"
Adara berlari ke pintu rumah itu tapi pintu itu terkunci rapat.
"Gue udah bayar mahal lo ke kakak lo itu, jadi lo harus puasin gue!" Lukas semakin mendekati Adara.
Adara berusaha menghindar tapi Lukas dengan cepat menahan tangan Adara lalu melempar tubuh Adara ke sofa. "Lepasin! Gue gak mau sama lo!"
"Terus lo mau sama siapa? Sama Ares? Lo relain tubuh lo buat mantan kakak lo itu!"
Adara menampar pipi Lukas dengan keras. Dia berusaha melepaskan diri dari Lukas tapi Lukas semakin menghimpit tubuhnya.
"Lukas, lepasin!"
"Lo nurut aja sama gue! Dijamin lo akan puas." Lukas semakin mengendus leher Adara lalu menciuminya.
"Lukas! Lepasin!"
Semakin Adara memberontak, Lukas semakin ingin menikmatinya. Dia menarik seragam Adara hingga semua kancing itu terlepas.
"Jangan!" Adara berusaha menutup dadanya. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menendang Lukas.
Lukas meringis kesakitan karena tendangan Adara. Hal itu digunakan Adara untuk lepas dari Lukas. Pintu depan tidak bisa dia buka. Dia berlari ke belakang dan keluar menuju kolam renang.
"Ara!"
Tidak ada pilihan lain, Adara melompat ke dalam kolam renang yang luas itu dan berenang menjauh.
"Lo pikir bisa lari dari gue!"
...***...
Raya menghentikan motornya di depan sebuah rumah yang cukup mewah. "Ini rumahnya. Kalian masuk saja. Kalau pintu depan terkunci, lewat pintu samping yang langsung menuju kolam renang. Lukas pasti sendiri di sini karena dia gak pernah bawa teman-temannya ke sini. Maaf, gue gak bisa ikut," kata Raya tanpa turun dari motornya. Setelah melihat mereka masuk, dia pergi dari tempat itu.
Alvero dan Antares segera turun dari motor.
"Pagarnya dikunci dari dalam," kata Antares. Dia melihat motor Lukas dari sela pagar itu.
"Kita manjat saja. Lo bisa?"
Alvero membuang penopang tangannya. Dia akan menyelamatkan Adara bagaimanapun caranya. "Bisa."
Alvero memanjat terlebih dahulu lalu menolong Antares yang memanjat sambil menahan rasa sakitnya. Akhirnya mereka berhasil masuk ke halaman rumah Lukas. Mereka berlari mendekati pintu dan mendengar suara teriakan Adara dari luar.
Antares berusaha membuka pintu itu tapi pintunya terkunci. Mereka berdua segera berlari lewat sebelah rumah seperti yang dikatakan Raya. Mereka melihat Lukas yang berdiri di tepi kolam lalu Adara yang berenang kian menjauh.
Alvero segera berlari menahan Lukas yang akan masuk ke dalam air.
"Lo mau ngapain Ara!" Antares melayangkan satu pukulan keras di pipi Lukas.
"Shits! Kenapa kalian tahu tempat ini! Gue udah bayar Ara mahal!"
Antares menyergap krah Lukas dan kembali memukulnya. "Bayar kemana?"
"Kakak dia!"
Antares akan memukulnya lagi tapi berhenti karena teriakan dari Adara.
"Kak Ares! Kaki aku kram." Adara tidak bisa menggerakkan kakinya yang tiba-tiba. Dia akan tenggelam.
Antares segera melepas jaketnya lalu dia melompat ke dalam kolam renang dan segera menahan tubuh Adara.
Lukas semakin memberontak dan menyikut perut Alvero lalu kabur dari rumah itu
"Jangan kabur lo!" Alvero segera mengejar Lukas yang berlari keluar dari rumah itu.
Akhirnya Antares berhasil membawa Adara naik ke tepi kolam. Dia menepuk punggung Adara yang sedang terbatuk.
"Kak Ares." Adara memeluk Antares dengan erat. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika Antares tidak datang menolongnya.
"Jangan takut. Ada aku di sini." Antares mengusap punggung Adara dan berusaha menenangkannya.
"Apa yang kalian lakukan di rumah ini? Kalian berdua akan berbuat mesum?" tanya seorang pria yang datang dengan warga lainnya.
Mendengar hal itu, seketika Antares melepas pelukannya dan memakaikan jaket ditubuh Adara.
"Tidak! Kami tidak berbuat mesum. Saya hanya menyelamatkan adik saya," jawab Antares.
"Tidak usah mengelak! Kita sudah curiga dengan rumah ini karena sering melihat kamu membawa perempuan ke rumah ini."
"Pemilik rumah ini bukan saya, tapi Lukas!" jawab Antares lagi. Dia membantu Adara berdiri dengan tangan yang masih setia merangkul Adara.
"Jadi kamu teman pemilik rumah ini. Berarti kamu sama saja. Lihat apa yang kalian lakukan? Pelukan dengan seragam dia terbuka. Masih mau mengelak?"
Antares mengacak rambutnya sendiri. Sepertinya Lukas sengaja menjebaknya dengan Adara setelah dia gagalkan rencananya.
"Panggil kedua orang tua kalian! Kami tidak mau daerah ini dijadikan tempat berzina. Untuk menebus semua dosa itu, kalian harus menikah."
"Menikah?"
Ares pasti bisa meraih hatinya Ara