NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Keluar dari pengajian, Anna berjalan tertunduk takut melihat siapapun. Dia bergeser saat akan mengambil sandal jepit karena kehadiran seorang ikhwan berbau musk. Matanya membesar saat lelaki itu membungkuk, hingga Anna bisa melihat model rambut dan telinga putih Damar.

Damar mengambil sandal jepit lalu dihadapkan hingga Anna bisa langsung pakai.

"Terimakasih."

Damar tersenyum dia senang bisa melihat mata itu sedikit menyipit, rona tampak dibawah kelopak matanya, walau itu sedikit tetapi jadi sangat membuatnya semangat. Sayangnya, Anna buru-buru pergi.

"Damar!" ucap Winda dengan senyum manja, tetapi Azzam diam saja dengan ekspresi datar.

"Sebentar ya aku buru-buru. Assalamu'alaikum."

"Walaikum salam." Sekepergian Azzam, Winda senyum-senyum sendiri. Semangat, Winda. Semangat mengejar Ustad Damar!

*

Sehabis sholat dhuhur, Azzam berjalan beriringan dengan Pak Hamdan. Sementara itu bibir Damar saling membentuk garis lurus saat melihat kedekatan mereka. Damar jadi uring-uringan, bahkan ketika rebahan di kamar dia merasa begitu lunglai.

Sementara itu di tempat lain, Ana yang baru keluar dari tenda terkejut sat melihat Azzam memakai kemeja lengan pendek lusuh milik abi, celana sutra milik Azzam sendiri dengan setrikaan rapih.

Anna melihat bagaimana abi memberikan sepasang sandal jepit berbeda warna ke depan kaki Azzam dan lelaki itu menurut dengan melepas sandal mahal itu lalu berganti ke sandal jepit. "Abi mau apa?"

"Ini Nak Azzam mau merasakan kehidupan Abi. Mau ikut cari rongsok."

"Ha! Tapi panas lho?"

Azzam tersenyum pada Anna, merasa dikhawatirkan membuat hatinya menjadi dag dig dug. Namun, senyumannya mendadak pudar mendengar ucapan abi.

"Sudah cepat ditunggu Bu Rini, jangan di sini sendirian!" Hamdan takut bila ada laki-laki nakal datang ke sini, tempatnya sepi.

"Memang Anna mau kemana?" Tanya Azzam mendengar nama ibunya Damar disebut.

"Itu ke rumah Bu Rini, ada masak-masak buat dibawa ke masjid." Hamdan sudah terima uang dari Bu Rini sebagai bayaran putrinya agar membantu masak.

"Oh, ketempat Ustadz? Biar saya antar dulu!"

"Tidak, biar dia pergi sendiri, kamu mengantarnya nanti malah jadi omongan orang-orang," kata Hamdan yang sangat menjaga putrinya menjadi lebih ketat.

Hari begitu terik, Hamdan memandangi Azzam yang mengorek-ngorek bak sampah lalu mengambil botol. Keringat bercucuran dari wajahnya yang kemerahan seolah tidak terbiasa panas, tetapi Azzam tetap menghayati perannya tanpa rasa jijik. Tatapan mata hitam jelaga itu justru seperti mengandung luka.

Dari kejauhan ada sebuah mobil Pajero hitam berhenti lalu membagikan makanan. Hamdan berlari memanggil Azzam yang juga langsung berlari dengan langkah panjang terbirit-birit.

Azzam menoleh belakang dengan ngeri. "Ada apa, Pak! Ada satpol PP ya!" Tanya Azzam ngos-ngosan. Mendadak dia berhenti dengan kebingungan karena menerima sodoran dus kotak.

"Kenapa satpol PP?" Kedua alis Hamdan menyatu.

"Kita, hendak ditangkap satpol PP sampai lari-lari? Saya hhh ehm hh pernah melihat film Indonesia dikejar satpol PP dan polisi." Azzam masih ngos-ngosan.

"Kita bukan penjual kaki lima kenapa ada satpol PP?"

"Terus bapak lari-larian kenapa?"

"Kita bisa nggak kebagian nasi kotak!"

Azzam mengambil napas panjang dengan mata tertuju ke kotak yang baru di intip Pak Hamdan. Beneran itu nasi, ada sayur kacang panjang dan telur rebus dibumbui. Nah, Pak Hamdan dapat 3 kotak.

"Ayo, duduk makan dulu!"

Azam memperhatikan abi yang kurus dan tampak tak sehat sedang cuci tangan dari air botol yang dibawa dari gubuk dan mulai makan.

"Makan disini?" gumam Azam sambil menaruh kantong kresek satu meter jauhnya, dia mengikuti cara abi cuci tangan. Ketika memegang sendok, dia berpikir sejenak apa tidak apa-apa cuci tangan tanpa sabun? Azzam menggelengkan kepala, dia memilih langsung berdoa daripada berpikir buruk.

Selama mengunyah, Azzam bergidik pada suara motor berseliweran, takut bila kakinya diinjak motor.

Suara pim motor mengejutkan Azzam, dia mundur dan sesuatu menyambar wajahnya dengan cepat. Seketika tawa renyah terdengar menggema bahkan sampai batuk-batuk.

"Azzam wajahmu!" Hamdan langsung mengambil botol bekas yang penyot setelah terinjak sepeda motor hingga airnya mendarat di wajah Azam.

"Mereka nggak sopan, Abi." Azzam meraup wajah tampannya, sampai air berwarna coklat dan berbau teh manis di ujung hidung itu sedikit mengering. Angin menerpa wajahnya, tidak hanya membuat dingin tetapi ia sedikit jijik.

"Nak, keringkan wajahmu." Hamdan mengambil handuk dari bahu, langsung menyodorkannya dengan senyuman manis. "Tuh, makananmu ikutan basah! Sini tukeran sama punya Abi!"

"Terimakasih, Abi." Azzam dengan wajah murung mengelap wajah dengan handuk berbau asin walaupun tidak berbau kecut. Nasi kotaknya ditukar.

Lagi-lagi. Azzam tertegun memandang nasi kotak baru dimakan 1/4 nya, sedangkan telur balado masih utuh. Sendoknya juga sudah diambil abi, dia mendapat sendok dari nasi kotak lain yang masih bersih.

Dengan perasaan tersentuh, dia melahapnya, entah walau sangat sederhana, setiap butir nasinya terasa sangat manis dan enak. Dia melirik abi yang tampak menikmati makanan yang sedikit basah oleh air teh. Cara makan abi ternyata sangat lambat seperti makan daging. Sepertinya, sekali mengunyah bisa sampai 15 kali sebelum ditelan. Jadi dia pun selesai duluan.

Lagi, sebuah botol dilemparkan hingga mengenai sandal yang dipakai Azzam. "Abi, mereka tidak beradap mentang-mentang kita cari botol plastik! Masa dilempar!"

Hamdan tersenyum merasa terhibur pada ekspresi kesal pemuda itu. "Sudah-sudah, disyukuri saja botolnya," kata Abi mengambil botol itu dari tangan Azzam. "Ini juga rezeki kita melalui mereka. Ingat botol ini adalah emas dan harta karun khususnya bagi saya dan pemulung lain."

Dada Azzam terguncang. Selama dengan Pak Hamdan, Azzam selalu tak bisa dibuat berkata-kata. Bagaimana tidak, dia melihat bagaimana lelaki paruh baya itu menjalani hidupnya tanpa mengeluh.

*

Sementara itu di tempat lain, Anna membolak-balik kentang yang sudah digoreng setengah matang agar membaur dengan bumbu di wajan besar.

"Ibu, kenapa nggak buka usaha katering?" Tanya Damar sambil mengiris cabai hijau. Didepannya sudah ada satu baskom cabai yang telah dipotongi.

"Bagus juga idemu," kata Rini sambil menenteng jerigen berisi minyak goreng . "Kan Anna bisa bantuin ibu terus, masakannya enak lagi."

"Ibu bisa aja," balas Anna dengan nada malu, jadi salah tingkah.

"Apalagi kamu kalau jadi mantu Ibu, beruntungnya Ibu, ya?" ucapan Rini langsung membuat Anna mendongak dengan terkejut.

Damar memperhatikan ibunya yang bersitatap dengan Anna. Dia deg deg an. Kenapa Ibu terang-terangan sih! Malu-maluin!

"Ehem!" Rini berdeham karena suasana mendadak hening. Dia menoleh ke putranya dan matanya melotot. "Kamu motong jarimu, Mar!"

"Duhh!"

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!