Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

START

Prolog.

“Saya suka sama Bapak.”

Kata-kata itu, bukannya membuat Regi senang malah menjadi meradang, “Ini bukan karena kamu kasihan dengan saya kan? Kemarin saya dikata-katai keluarga saya sendiri, kamu pasti dengar kan?!”

Ratu menghela nafas lalu terkekeh geli, “Bukan Pak.”

“Lalu apa tujuan kamu?!” Regi berkacak pinggang. Gaya aristokrat ala bangsawan yang congkak, membuatnya terlihat unik. Dibilang kemayu nggak juga, mungkin bisa dibilang lebih ke perlente. Elegan dan luwes, kalau kata orang kita.

“Kalau tujuan kamu uang, saya nggak punya. Apalagi kalau kamu berharap kita pacaran pura-pura berharap habis itu jadi cinta, itu tuh masih banyak Direksi Jomblo yang bisa pura-pura kamu pacari kayak di novel-novel.” Sembur Regi sambil menoyor dahi Ratu.

“Saya suka Pak Regi, karena saya tahu kalau Pak Regi adalah dalang dibalik semua keributan yang belakangan terjadi.” Ratu menyeringai.

Regi pun tertegun.

Ia merasakan keanehan pada gadis di depannya ini.

Pakaiannya seragam sekretaris, dan name tagnya menandakan kalau ia fresh graduate.

Namun, aura di sekitarnya... berbeda dari perempuan kebanyakan.

Hanya kata ‘RATU’ yang tertera di tanda pengenalnya, tanpa nama keluarga.

Dan HRD sama sekali tidak ingin memperlihatkan salinan identitas si Ratu ini. Seakan -akan keberadaannya di sini rahasia. Sama seperti Abbas si OB.

Insting bertahan hidup Regi pun aktif.

Sambil mundur selangkah, laki-laki tinggi itu mengernyit.

”Siapa kamu sebenarnya?” tanya Regi dengan segala kegalauan yang berkecamuk.

***

Masa Sekarang,

Pria tua berambut putih dan berjanggut panjang, dengan style pakaian ala gentleman, duduk di sofa kulit sapi dengan ornamen emasnya sambil mengetuk-ngetuk sandaran sofa dengan ujung kukunya yang dimanikur rapi.

Untuk kesekian kalinya ia menghela nafas, karena kesal dengan makhluk Tuhan yang kini duduk di depannya.

Tingkah pria muda yang berbeda 57 tahun darinya, namun tingkahnya seperti lebih tua 100 tahun.

Orang yang banyak direkomendasikan para petinggi Beaufort Corp, perusahaan rekanannya, untuk menangani permasalahan yang saat ini sedang terjadi di perusahaannya.

Si Pria Tua yang usianya menginjak 85 tahun, masih tampak segar bugar dan memiliki pemikiran tajam ini bernama Sebastian Bataragunadi. Sekitar sebulan yang lalu ia mendapatkan laporan dari intelnya mengenai banyaknya penyimpangan di salah satu anak usahanya, di Garnet Bank.

Ada dua orang kepercayaannya bekerja di sana, dan memang mereka berdua sudah mengeluh mengenai permasalahan ini sejak setahun yang lalu, bahwa harus ada pengusutan khusus mengenai para tersangka. Dan setelah Sebastian menyewa jasa detektif swasta ini didapat kronologi dan ‘dosa’ apa saja yang mereka lakukan.

Masalahnya, alasan untuk memecat mereka, kurang kuat.

Selain para tersangka sudah lama bekerja di Garnet Bank, kebanyakan dari mereka sudah lebih dari 10 tahun bekerja di sana, mereka juga cukup kompeten.

Jadi, di situlah Regi Einar, si anak muda sombong di depan Sebastian ini, akan berperan.

Regi Einar hanya orang biasa yang otaknya encer. Bukan dari kalangan konglomerat, namun sejak kecil dia terkenal licik. Dia tidak memiliki jiwa bisnis tapi kalau bekerja dia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Sampai kemarin dia masih menjadi karyawan di Beaufort Corp, dan kini ia akan direkrut oleh Garnet Bank.

Yang penting, segala yang dibutuhkan Sebastian, ada di diri Regi. Regi cekatan, luwes, teliti, dan manipulatif.

Namun, saat Regi disodori daftar para tersangka dan permasalahannya, Reginya malah minta naik gaji.

“50 juta sebulan... itu gaji Direktur, Regi...” gumam Sebastian jengkel.

“Masukan 20 juta ke payroll saya, sisanya ke rekening pribadi saya yang lain. Atau autodebet. Deal, Pak. Nggak ada yang tahu.” Kata Pak Regi.

“Masalahnya bukan soal ketahuannya, tapi itu terlalu mahal buat kamu.”

“Kan saya double job, Pak.”

“Satu orang yang berhasil kamu pecat, kamu dapat fee 100juta, loh.”

“Bagaimana kalau saya mati?”

“Hah?!”

“Saya itu cari-cari kesalahan ke orang yang secara kasat mata nggak punya kesalahan loh Pak. Bagaimana kalau suatu saat terkuak kalau saya dalang di balik semua kekacauan ini, dan nyawa saya di-nganu?!” Regi bicara dengan berapi-api.

“Di... Nganu?”

“Di-Itu!” Regi mencontohkan adegan penebasan leher. “Di Joss, Di-Krek! Gitu! Apalah bahasanya...”

“Kan kamu biasa melakukan itu di Beaufort, mencari-cari kesalahan karyawan yang secara kasat mata orang lain nggak tahu dia salah dimana.”

“Itu beda Pak, karena mereka memang penghalang di pekerjaan saya.” Regi menunjuk daftar nama dan kronologi di depannya. “Itu lihat itu Pak, siapa sih detektif yang bapak sewa?! Ada tulisan bahwa salah satu tersangka terindikasi sebagai mantan napi! Ada mantan napi yang bisa keterima kerja di Bank?! Sekelas Garnet Bank loh! Screeningnya gimana?! Saya tahu foto tersangka pasti ada di database cybercrime, tapi bagaimana kalau saya disergap preman Paaaak! Emangnya HRD situ nggak punya circle yang bisa mengidentifikasi rekam jejak seseorang? Nggak minta SKCK?! Yang mengejutkannya, Kadiv HRD nya masuk ke daftar tersangkaaaaa!” Regi menunjuk-nunjuk daftar.

“Terus, itu itu... ada lagi itu, dia kerjanya bagus, sudah kerja selama 15 tahun, tapi belakangan suka salah dalam memberi analisa sehingga OJK memberi rating buruk. Itu kan berarti bukan dia doang yang salah Pak, tapi eksekutor! Temuan Audit itu kan kerja Tim,Pak! Sebelum dikasih ke OJK pasti melewati Manajemen dulu! Para Direksinya nggak aware! Itu berarti saya harus ngada-ngadain masalah, sementara tersangkanya malaikat! Amazing banget kerjaan saya Paaaaak!” sindir Regi. Iya, dia sampai gebrak-gebrak meja marmer. Di hadapan seorang Sebastian Bataragunadi.

“Jadi menurut kamu yang salah di sini adalah...”

“Ya direksi.”

“Ipar saya dong?!”

“Jangan bilang dia ada di daftar tersangka.” Regi memicingkan matanya melihat ke arah kertas tipis berlembar-lembar itu.

“Ya nggak ada sih. Dia mungkin harus dipecat karena kerjanya terlalu santai.”

“Iya, setelah bapak memecat dia, adik bapak yang notabene adalah istrinya, bakalan bawa parang terus ngejar-ngejar saya sampai ke ujung dunia. Nggak mungkin dia marah ke Pak Sebastian Yang Terhormat.”

“Makasih loh sudah menghormati saya, padahal saya bukan orang tuamu, bukan kakekmu juga.” Tapi Sebastian bilang begini sambil merengut.

“Ck!” Regi menegakkan duduknya dan melipat kedua kaki nya dengan anggun. Tak lupa ia kibas-kibaskan tangan ke lehernya karena otaknya sudah mulai mendidih.

Tapi sebenarnya, dia hanya ingin Sebastian membatalkan perekrutannya, bisa dibilang pembatalan karena alasan kesalahan teknis.

Karena, Regi sebenarnya merasa berat sekali menerima pekerjaan barunya ini.

Ia sudah bekerja selama 5 tahun di Beaufort, sejak ia fresh graduate. Dan di Garnet ia harus mulai lagi dari awal. Sudah begitu, kalau ia menerima dan ia gagal mencapai target, kredibilitasnya bisa hancur. Ia bisa diremehkan dianggap tidak kompeten dan selama ini hanya bermulut besar.

Kalau ia menolak pekerjaan ini dari mulutnya sendiri, sudah pasti kariernya akan tersendat dan dipersulit. Ia sadar makhluk apa yang sekarang ada di depannya. Pengaruhnya sampai ke seluruh dunia. Dia bahkan bisa membolak-balik kondisi ekonomi suatu negara.

Sebastian Bataragunadi adalah salah satu dari pebisnis yang disebut Three Kings. Yang lainnya sudah melepas tanggung jawab dan memberikannya ke penerus-penerus mereka, hanya Sebastian ini owner yang masih turun tangan langsung memerintah perusahaan raksasanya dengan tangan besinya. Dia memiliki penerus, anaknya sendiri, tapi saat ini masih menolak segala tanggung jawab karena masih memiliki ‘hati nurani’.

Regi menganggap, justru anak Sebastian lebih berbahaya karena wajahnya polos tahu-tahu sudah eksekusi saja. Regi lebih berani bicara ke Sebastian karena raut wajah pria tua ini lebih ekspresif, Kalau tak suka ya merengut, kalau senang ya berbinar-binar.

Karena Regi sudah pernah bertemu Sang Anak di Beaufort, namanya Rahwana Bataragunadi. Usianya kira-kira seumuran Regi. Waktu itu rencana untuk melikuidasi salah satu perusahaan besar namun prosesnya alot karena saham bodong.  Rahwana bilang sambil tersenyum super duper lembut, bilang “Baik Pak, nanti kami urus ya, mohon bersabar.” Santun dan sopan, extra menunduk hormat seakan ia abdi dalam sedang berhadapan dengan para Sultan.

Besoknya, persetujuan likuidasi sudah ditandatangan shareholder pihak sana, dengan kondisi sebagian manajemen sakit dan ketakutan. Malah ada yang hampir gila. Entah apa yang dilakukan Rahwana, tapi dia bilang kalau ada indikasi gangguan mental, dianggap tidak capable untuk memutuskan suatu dealing.

Sialnya...

Yang namanya Rahwana tiba-tiba masuk ke ruangan.

Regi langsung menegakkan duduknya.

“Wah, ada Mas Regi? Aku pikir ada apa sampai Ayah panggil-panggil segala. Aku lagi ngasih makan tikus loh ini...” kata Rahwana sambil masuk, dengan senyum khasnya yang sangat ramah sekali.

“Apa kabar Maaaas?” Rahwana menunduk sambil menjabat tangan Regi.

“Ehm... baik Pak Rahwana.” Regi menjabat tangan Rahwana sambil melirik sinis ke Sebastian. Sebastian hanya menyeringai.

Pengecut, nggak bisa ngadepin gue sendiri, lo sodorin si Rahwana! Batin Regi berkecamuk kesal.

“Panggil saja saya Iwan ya Mas, Mas Regi kan lebih tua setahun dari saya.” Kata Rahwana.

Perangainya maniiiis banget, tapi hatinya siapa yang tahu.

“Ini loh Wan, si Regi minta gaji 50juta sebulan belum fee.” Sebastian duduk santai sambil memotong ujung cerutunya.

“Sudah deal gaji jadi Mas Regi berminat dong dengan pekerjaan ini?” kata Rahwana.

Regi hanya diam.

“Atau Mas Regi sebenarnya keberatan tapi maju kena mundur kena?”

Duesss!!

Regi bagaikan ditampar bolak-balik.

Rahwana terdiam sambil berpikir, masih dengan senyum lembutnya, ia pun akhirnya berbicara begini, “Sayang loh Mas kalau nggak diambil. Kalau Mas Regi dapat membereskan ke 8 tersangka ini, Posisi wakil Direktur Utama Garnet Bank bisa membanggakan orang tua yang selama ini sejak SD meremehkan anaknya sendiri loh.”

Regi diam.

Palu Godam rasanya baru saja membuat jiwanya terpental.

Gila si Rahwana sampai tahu kondisi keluarganya segala.

“Kalau dari kami belum bisa ada yang maju Mas, karena wajah kami kan dikenal baik oleh mereka-mereka ini, kami butuh orang baru. Biar lebih greget ada kaget-kagetnya gitu loh.”

Iya, yang kalau proyeknya gagal dan dia menghilang nggak dicariin siapa-siapa, nggak ditanya siapa-siapa. Secara Regi memang single dan keluarganya tak peduli padanya. Tahu-tahu sudah ngambang di Kali Ciliwung tanpa nyawa.

“Wakil Direktur Utama...?” desis Regi sambil mencibir.

“Iya, kan pas itu, sama gaji yang diajukan Mas Regi. 50 juta sebulan. Cuma agak mundur saja dapetnya. Hehe.”

“Puji Tuhan Yesus...” gumam Regi sambil memalingkan muka.

“Deal Ya Mas, saya janji kalau gagal, Mas Regi masih akan sehat lahir batin kok.” Kata Rahwana sambil terkekeh.

“Iya masih sehat jiwa raga tapi kerjaan yang available buat saya cuma kasir indomaret!” gerutu Regi.

“Ah Mas Regi ini tukang bercanda deh.”

“Ngasih makan tikusnya pakai racun apa? Pil Biru?!” sindir Regi.

Tapi Rahwana hanya diam tersenyum penuh arti. “Pintu keluarnya di sana ya Mas, nanti saya main-main ke kantor, hehe.”

Terpopuler

Comments

🌜melody 🌛

🌜melody 🌛

pak ntar geser isi otak ratu main toyor aja,,,

2024-09-13

0

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

tuh dah di bakingin ma iwan tuh mas...

2024-09-03

0

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

🤣🤣🤣

2024-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!