Seruni adalah seorang gadis tuna wicara yang harus menghadapi kerasnya hidup. Sejak lahir, keberadaannya sudah ditolak kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sederhana. Tak ada yang mau mengadopsinya.
Seruni tumbuh menjadi gadis cantik namun akibat kelalaiannya, panti asuhan tempatnya tinggal terbakar. Seruni harus berjuang hidup meski hidup terus mengujinya. Akankah ada yang sungguh mencintai Seruni?
"Aku memang tak bisa bersuara, namun aku bisa membuat dunia bersuara untukku." - Seruni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wajahmu Sangat Cantik
Kavi
Pesta pernikahanku dengan Sisil berlangsung dengan megah dan banyak tamu undangan yang hadir. Di antara sekian banyak tamu undangan, mataku menangkap tamu spesial yang kuundang secara khusus, Pak Avian. Pak Avian datang bersama seorang wanita cantik yang menggandeng tangannya dengan mesra. Mungkinkah itu adalah istrinya? Mereka sangat serasi. Tampan dan cantik.
Aku sibuk menyalami para tamu undangan ketika kulihat Ibu Runi pergi ke arah toilet. Aku kembali sibuk menyalami para tamu ketika aku lihat Ibu diam mematung di tempat dan pergi dengan wajah ketakutan. Khawatir dengan keadaan Ibu, mataku terus mengawasi ketika Ibu Runi pergi keluar dari ballroom diikuti Pak Avian di belakangnya.
Apakah mereka saling kenal?
Kecurigaanku semakin menjadi ketika kulihat Ibu dan Mama Rose bertukar tempat. Wajah Ibu terlihat seperti menyembunyikan ketakutan. Apa yang Ibu sembunyikan? Sayangnya aku tak bisa bertanya langsung pada Ibu karena banyak tamu yang ingin menyalamiku.
Aku bersikap seolah tidak terjadi apa-apa saat Pak Avian datang menyalamiku. Saat Pak Avian bertanya yang mana Mama-ku, aku menangkap ada sesuatu yang mencurigakan. Aku memilih untuk menyebut Mama Rose. Meski tanpa bahasa isyarat, aku tahu ada sesuatu yang tak beres dengan Ibu. Apakah Ibu mengenal Pak Avian? Kenapa Ibu seolah ketakutan melihatnya?
Sikap Ibu sangat dingin pada Pak Avian saat ia ingin bersalaman, padahal sejak tadi Ibu terus mengalami orang-orang dengan senyum di wajahnya. Hanya Pak Avian yang membuat Ibu bersikap dingin dan acuh.
Sayangnya aku tak bisa bertanya pada Ibu hari ini. Aku sangat sibuk. Aku harus foto dengan banyak tamu, bersalaman satu persatu dan mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka. Belum acara penutup pesta yang kami tutup dengan makan malam bersama keluarga besar. Terpaksa aku memendam rasa ingin tahuku.
Aku kembali melirik ke arah Sisil, istriku yang sejak tadi diam saja seolah menunjukkan pada dunia kalau ia tidak menginginkan pernikahan ini. Entah mengapa hatiku terasa sakit. Bagaimanapun hari ini adalah hari pernikahan kami. Setidaknya tolong hargai hari ini dengan berpura-pura bahagia dan jangan menunjukkan muka terpaksa seperti yang ia lakukan saat ini.
Pesta dengan serangkaian acaranya pun selesai. Ibu akan pulang bersama Mama ke rumah kontrakan kami, sementara aku pulang ke rumah Sisil sebelum esok kami akan pindah ke rumah baru. Malam ini adalah malam pertama kami sebagai suami istri dan aku yakin tak akan terjadi apa-apa di antara kami.
Sikap dingin Sisil seolah membangun tembok tinggi yang melarangku untuk mendekatinya. Sisil hanya diam saja saat keluarganya menggoda kami, mengejek kalau malam ini adalah malam pertama yang sangat berkesan dan tidak akan mengganggu kami semalaman. Aku hanya tersenyum kecil, tidak dengan Sisil. Ia langsung masuk ke kamar tanpa menungguku. Benar-benar acuh dan dingin.
Setelah mengobrol sebentar dengan keluarga Sisil, aku pun pamit. Aku pergi ke kamar Sisil dan mendapati istriku sedang mengeringkan rambutnya sehabis mandi dan keramas. Ia tak berkata apa-apa. Lagi-lagi hanya diam. Hanya terdengar suara dari hair dryer yang membuat suasana di kamar ini tidak sepi.
Rupanya kamar Sisil terlihat minimalis tidak seperti kamar anak perempuan lainnya yang biasanya lebih didominasi warna pink. Kamar yang sederhana namun aku suka. "Mm ... Sil, aku mau mandi."
"Ya udah, mandi aja!" jawab Sisil dengan dingin.
"Iya, permisi." Aku mengambil pakaianku dan handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi yang besar dan bagus. Jauh lebih besar malah dari ruang tamu rumah kontrakanku yang suka bocor itu.
Sengaja aku menghabiskan waktu lebih lama di kamar mandi. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Apa kami akan tidur satu ranjang? Apa aku bisa menahan diri kalau berdekatan dengan Sisil terus? Bagaimana kalau aku lepas kendali? Aku ini laki-laki normal yang punya hasrat. Apa aku akan kuat menahan semua itu di saat kami sudah halal melakukannya?
Aku keluar kamar mandi dan mendapati Sisil sedang tidur di atas kasurnya yang nyaman. Baru saja satu langkah aku keluar kamar mandi, Sisil langsung memerintahku. "Kamu tidur saja di sofa! Aku sudah taruh bantal dan selimut. Ingat, kita tak akan pernah satu tempat tidur sampai kapanpun. Walaupun kita satu kamar, jangan pernah berharap kita akan bersikap seperti suami istri yang sebenarnya."
Aku tersenyum kecil mendengarnya. Aku sudah menduga ia akan melakukan hal ini. Baguslah. Berbahaya malah bagiku kalau satu tempat tidur dengannya. "Iya. Terserah kamu saja."
Untunglah sofa di kamar Sisil sangat nyaman. Tubuhku yang lelah seharian ini langsung terlelap. Enak sekali tidur di rumah orang kaya. Kamarnya dingin, sofanya empuk dan suasananya tenang. Tidak ada suara teriak bapak-bapak saat nonton bola bareng. Mataku langsung terpejam, aku terlelap dan baru terbangun ketika alarmku berbunyi.
Sisil masih tertidur pulas saat aku bangun. Usai menunaikan salat subuh, aku berniat membangunkannya. Kudekati Sisil dan hanya bisa tertegun saat melihat wajahnya yang sangat cantik tanpa sapuan make up sedang tertidur lelap. Kenapa wanita secantik Sisil punya mulut yang sangat pedas? Apa di situ daya tariknya? Aku terus memandangi wanita yang kini sudah menjadi istriku namun tak bisa aku sentuh. Aku takut ucapannya terlalu tajam kalau aku sentuh. Wah, seram, aku tak bisa bayangin, dia akan marah besar pastinya.
Secara tiba-tiba Sisil membuka matanya dan mata kami saling bertemu. Sisil langsung duduk tegak dan emosi padaku. "Mau apa kamu? Kenapa kamu dekat-dekat denganku? Aku sudah bilang semalam bukan kalau kita tak akan pernah menjadi suami istri yang sebenarnya! Jangan coba-coba mendekatiku!"
Aku sangat terkejut. Cepat-cepat kukuasai diriku. "A-aku tidak mau macam-macam. Aku cuma mau membangunkan kamu untuk sholat subuh." Aduh, aku jadi grogi. Aku seperti tertangkap basah sedang mencuri. Mencuri lihat wajah cantiknya saat tertidur lebih tepatnya.
"Ah, alasan saja kamu. Kalau hanya mau membangunkanku sholat, kenapa terus menatap wajahku?" cecar Sisil.
"I-itu ... karena ... kamu sangat cantik saat bangun tidur," jawabku jujur. Ya ampun, kenapa sih mulutku ini tak bisa kukendalikan? Kenapa selalu berkata sesuai isi hatiku sih? Kututup mulutku dengan tanganku agar tak lagi bicara macam-macam.
Wajah Sisil nampak memerah, seperti kemarin saat aku memuji kecantikannya. "Minggir!" Sisil mendorong tubuhku dan masuk ke dalam kamar mandi.
Deg ... deg ... deg ....
Kenapa jantungku berdegup kencang ya?
****
eh jd papa Dio dan mama Ayu...itu yg punya bisnis Ayu Furniture itu?...olala...😂😂😂
Kavi menjadi pemuda yang luar biasa, Seruni berhasil mendidiknya.
cerita nya GK prnah bertele2.smua novel miZzly sudah hbis AQ baca..kdang smpe d ulng2