NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Cerai / Penyesalan Suami / istri ideal / bapak rumah tangga
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Kisah ini mengisahkan kehidupan rumah tangga yang tidak lazim, di mana sang istri yang bernama Rani justru menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya, Budi, adalah seorang pria pemalas yang enggan bekerja dan mencari nafkah.

Rani bekerja keras setiap hari sebagai pegawai kantoran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sementara itu, Budi hanya berdiam diri di rumah, menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak produktif seperti menonton TV atau bergaul dengan teman-teman yang kurang baik pengaruhnya.

Keadaan ini sering memicu pertengkaran hebat antara Rani dan Budi. Rani merasa lelah harus menanggung beban ganda sebagai pencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga seorang diri. Namun, Budi sepertinya tidak pernah peduli dan tetap bermalas-malasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 16 Usaha Cari Kerja

Budi bersiap untuk memulai hari pertamanya sebagai karyawan baru di kantor asuransi itu. Dengan semangat membara, ia memasang seragam kerjanya yang rapi.

"Hari ini hari besar untukmu, Bud! Aku doakan semoga kamu sukses di kantor barumu ya," ujar Rani sambil menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Budi mengangguk mantap. "Tentu saja, Ran. Aku pasti akan bekerja dengan sebaik-baiknya di sana. Ini juga untuk masa depan kita berdua."

Setelah mencium kening istrinya sekilas, Budi pun berangkat dengan langkah pasti menuju kantornya yang baru. Sebagai pegawai administrasi, tugasnya nanti adalah mengurus berbagai berkas dan data penting perusahaan.

Di kantor, Budi disambut ramah oleh atasannya, Pak Joko selaku kepala bagian administrasi. Ia dan rekan-rekan barunya yang lain pun diperkenalkan satu persatu.

"Selamat bergabung di perusahaan kami, Pak Budi. Semoga Bapak bisa bekerja dengan baik dan profesional," sambut Pak Joko dengan ramah.

"Terima kasih atas sambutan hangatnya, Pak. Saya berjanji akan selalu menunjukkan kinerja terbaik saya di sini," balas Budi penuh semangat.

Sejak hari pertamanya bekerja, Budi memang menunjukkan totalitas dan kerja kerasnya. Ia mengerjakan tugas yang diberikan dengan teliti dan disiplin. Sikapnya yang santun dan ramah pun membuatnya disukai rekan-rekan sekantornya.

Melihat performa Budi, Pak Joko merasa sangat puas. Bahkan tak jarang ia memuji Budi di hadapan karyawan lain sebagai contoh pegawai teladan.

"Lihat Pak Budi, baru bekerja beberapa minggu tapi sudah sangat mahir dan displin. Semuanya bisa belajar darinya," puji Pak Joko pada suatu waktu.

Tentu saja pujian itu membuat Budi merasa tersanjung sekaligus semakin membulatkan tekadnya untuk terus bekerja lebih giat. Ia ingin membahagiakan Rani dengan menunjukkan pada istrinya bahwa dirinya telah berubah menjadi sosok yang bertanggung jawab.

Di rumah, setiap kali pulang nanti Budi selalu menceritakan hari-harinya di kantor pada Rani. Betapa ia merasa bahagia bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk keluarga. Rani pun mendengarkan dengan senyum terkulum, bahagia melihat perubahan positif pada diri suaminya.

"Aku senang sekali melihatmu begitu bersemangat dalam pekerjaanmu, Bud. Aku bangga padamu yang sudah benar-benar berubah," tutur Rani pada suatu malam.

Budi meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat. "Ini semua berkat dorongan dan kepercayaanmu, Ran. Tanpamu, aku tidak akan pernah bisa seperti sekarang."

Keduanya lalu berpelukan mesra, mengukuhkan tekad untuk terus mengarungi rumah tangga dengan lebih baik lagi. Harapan membuncah dalam dada mereka untuk meraih kebahagiaan sederhana yang selama ini didamba-dambakan.

Beberapa bulan berlalu sejak Budi resmi bekerja di kantor asuransi. Kehidupan rumah tangganya dengan Rani pun perlahan-lahan membaik dan stabil. Penghasilan Budi setiap bulannya sanggup mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.

Meski begitu, Budi tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dicapainya sejauh ini. Tekadnya untuk lebih baik dan mewujudkan impian keluarga masih menyala membara dalam hatinya.

Pada suatu malam selepas makan malam, Budi mengajak Rani untuk duduk bersama di ruang keluarga. Ada hal penting yang ingin dibicarakannya dengan sang istri tercinta.

"Ran, seperti yang aku janjikan dulu, aku ingin kita mulai menabung dari penghasilanku ini," Budi memulai pembicaraan dengan nada serius.

Rani menatap suaminya dengan tatapan bertanya, "Menabung? Untuk apa, Bud?"

"Untuk masa depan kita, khususnya agar bisa mewujudkan impian memiliki rumah sendiri suatu hari nanti," jawab Budi mantap.

Mendengar hal itu, mata Rani membelalak tak percaya. Selama ini ia pikir impian memiliki rumah sendiri hanyalah angan-angan kosong mereka yang tak mungkin tercapai.

"Benarkah kita bisa menabung untuk itu semua, Bud? Bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari kita?" tanya Rani masih ragu.

Budi menggenggam tangan istrinya erat, menatapnya dengan sorot mata penuh keyakinan.

"Percayalah, Ran. Penghasilanku cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, sekaligus untuk menabung secara bertahap. Bukankah kau sendiri yang bilang, selama saling mendukung pasti kita bisa melewati semua rintangan?"

Mendengar kata-kata Budi, Rani terdiam sejenak. Ditatapnya wajah suaminya lekat-lekat. Tidak ada sedikitpun keraguan yang terpancar di sana. Hanya ada keyakinan, determinasi, dan cinta.

Sebuah senyum lebar pun mengembang di wajah Rani. Air mata bahagia menetes membasahi pipinya.

"Kau benar, Bud. Aku percaya padamu sepenuhnya. Ayo kita wujudkan semua impian kita bersama-sama dari sekarang!" Rani menjawab dengan tulus.

Budi tak kuasa menahan luapan kebahagiaannya. Dipeluknya erat tubuh Rani, mengekspresikan kelegaan yang memuncah dalam hatinya.

"Terima kasih untuk semuanya, Ran. Tanpamu, tanpa dukungan dan kepercayaanmu, aku tidak akan pernah bisa sampai sejauh ini," bisiknya lembut.

Rani membalas pelukan Budi tak kalah eratnya. "Kita jalani semuanya bersama-sama mulai sekarang, Bud. Demi masa depan bahagia yang sesungguhnya."

Malam itu sungguh bermakna bagi keduanya. Sebuah langkah awal untuk mewujudkan impian yang sempat tertunda. Sebuah perjuangan yang mereka nantikan untuk dihadapi bersama, dalam suka dan duka mengarungi bahtera rumah tangga.

Budi berangkat ke kantor dengan semangat yang membuncah. Niatnya untuk mulai menabung bagi masa depan keluarga telah mengukuhkan tekadnya untuk bekerja lebih giat lagi.

Di kantornya, Budi menunjukkan etos kerja dan kinerja yang semakin meningkat. Ia mengerjakan setiap tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan kedisiplinan. Tak heran jika Pak Joko selaku atasannya merasa puas dengan hasil kerjanya.

"Pak Budi, kemajuan Bapak dalam bekerja patut diacungi jempol. Saya senang melihat dedikasi Bapak yang tinggi," puji Pak Joko pada suatu hari.

Budi membungkukkan badan dengan rendah hati. "Terima kasih atas pujiannya, Pak. Ini semua berkat bimbingan Bapak juga tentunya."

"Kalau begitu, pertahankan semangat ini terus ya, Pak Budi. Jika kinerja Bapak konsisten, akan saya usulkan untuk kenaikan jabatan nantinya," Pak Joko menepuk pundak Budi.

Tentu saja perkataan atasannya itu membuat semangat Budi semakin menjulang tinggi. Bayangan untuk meraih masa depan yang lebih baik bersama keluarganya kembali tergambar jelas di benaknya.

Sepulang kerja, Budi menceritakan kabar gembiranya kepada Rani dengan raut wajah berseri-seri. Rani pun merasa bahagia melihat antuasias yang terpancar dari suaminya itu.

"Syukurlah Bud, kamu dilihat sebagai pegawai teladan di kantormu. Aku ikut bangga mendengarnya," puji Rani sambil memeluk Budi.

"Ini semua berkat doronganmu, Ran. Kau adalah semangatku untuk selalu bekerja keras demi meraih masa depan kita," balas Budi tulus.

Keduanya kemudian menghabiskan malam dengan bercengkerama dan membayangkan impian yang ingin diwujudkan bersama. Memiliki rumah sendiri, mengumpulkan harta untuk hari tua, membina keluarga bahagia, semuanya terasa semakin dekat dengan semangat dan tekad baru mereka.

Sejak saat itu, Budi semakin giat dalam menjalani rutinitas pekerjaannya. Tak jarang ia membantu rekan sekantornya yang sedang kerepotan. Hubungannya dengan Pak Joko pun kian membaik dari hari ke hari.

Sedangkan di rumah, Rani dengan telaten dan setia menunggu dan melayani kepulangan Budi. Mereka berdua benar-benar menikmati peran baru dalam rumah tangga yang lebih serasi dan saling mendukung.

Tabungan untuk masa depan pun mulai terkumpul sedikit demi sedikit dari penghasilan Budi. Kepingan demi kepingan harapan seakan terbentuk perlahan namun pasti, layaknya air sungai mengalir tenang menemui samudra impian mereka.

1
HRN_18
🔥🔥🔥🔥
Diamond
Jalan ceritanya keren abis.
Oralie
Author, kapan mau update lagi nih?
HRN_18: sabar ,😩
total 1 replies
SugaredLamp 007
Menghanyutkan banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!