The Sheikh And Clumsy Girl

Malik hanya diam mendapatkan intimidasi dari Raul. Meskipun kedudukan dirinya diatas Raul yang hanya pengusaha wine tapi sekarang posisinya Raul adalah kakak Milly. Keluarga klan Pratomo dikenal sangat over protective pada saudara-saudara perempuannya dan Milly juga termasuk.

"Kamu suka sama Milly ?" tanya Raul.

"Aku sangat mencintai Milly."

"Lalu kenapa Milly tidak mau sama kamu ?"

"Aku ... Menyakiti hati dan harga diri Milly ..."

Raul memicingkan matanya. "Apa yang kamu lakukan, Malik ? Kamu tidur dengan adikku ?"

Malik melongo. "Oh Ya Allah, TIDAK ! Aku sangat menjaga Milly dan kami tidak melakukan apapun, Raul..."

"Lalu apa ?"

Malik menceritakan kejadian saat terakhir mereka bertengkar di istana Al Khalifa. Raul hanya memegang pelipisnya karena tahu, Milly sangat keras kepala jika sudah kena ego dan harga dirinya.

"Malik, Malik ... Apa kamu lupa Milly siapa ? Dia salah satu pewaris Hamilton dan Al Jordan... Dia juga masih kerabat dengan Carrington... Tentu saja Milly marah !" ucap Raul.

"Aku sangat menyesal, Raul ..." sesal Malik dengan wajah sendu.

"Lalu kamu mengejar Milly hingga ke Dallas ... Jadi itu yang terjadi ketika bang Vikram bertukar tempat dengan Milly ?" Raul menatap penuh selidik ke Malik.

"Aku ingin meminta maaf, Raul. Meminta maaf yang benar tapi tampaknya dia sudah menutup hatinya buatku ..." keluh Malik.

"Dengar Malik, semua adik-adik perempuan aku rata-rata memang mampu dalam berbagai bidang pendidikan serta pekerjaan dan mereka berusaha keras mendapatkan semua itu. Mereka tidak membawa-bawa nama keluarga, mereka ingin membuktikan bahwa memang mereka mampu. Kamu lihat saja, adikku yang kembar Joy dan Jessica memilih untuk bekerja di museum dan keuangan padahal ayahnya memiliki pabrik bir di Boston dan Dublin.. "( Cerita Joy dan Jessica O'Grady akan ada sendiri nanti )

"Museum?" beo Malik.

"Yup. Jessica sarjana sejarah dan sekarang bekerja di museum New York. Kamu sudah tahu Milly ceroboh kan... Kami semua sekptis saat dia memilih masuk kedokteran kecuali Opanya, Joey Bianchi. Sayang, sebelum Milly selesai kuliah, Opa Joey meninggal... Jadi kamu paham ya mengapa Milly benar-benar marah padamu ..."

Malik mengangguk. "Aku harus bagaimana, Raul ... "

Jika situasinya tidak seperti ini, mau rasanya Raul tertawa terbahak-bahak karena seorang Emir Bahrain meminta bantuan padanya soal percintaan dengan adiknya tapi mengingat Milly dikenal sangat keras kepala, Raul menahan rasa gemasnya.

"Milly keras, iya. Tapi dia bilang dia juga cinta sama kamu kan ? Pelan-pelan Malik, batu karang saja bisa luruh kena ombak laut apalagi adikku yang sebenarnya masih ada sama kamu ... Jangan terlalu memaksakan kehendak... "

"Aku tidak berpikir untuk menjadi Hero saat kejadian kemarin tapi aku ingin melindungi Milly ... "

"Dia tidak berkesan?" tanya Raul terkejut karena biasanya cewek bisa berubah pikiran jika melihat seorang pria menjadi pahlawan.

Malik menggelengkan kepalanya.

"Wow, adikku kepala batu juga ..." gumam Raul yang sebenarnya tidak heran karena semua keturunan Pratomo memang dikenal keras kepala meskipun juga seringnya Membagongkan.

"Aku tidak akan menyerah pada Milly ..." ucap Malik tegas.

"Jika begitu, jangan sekali-kali kamu membuat harga dirinya jatuh lagi, Malik. Milly sangat menyukai pekerjaannya... Bukan karena kliennya atlet atau uangnya, tapi passionnya. Wanita jika bekerja karena passion itu membuat mereka bangga akan dirinya sendiri... Tidak usah jauh-jauh. Istriku, Lennah, di Turin tetap dia mengurus ranch dan peternakan sapi milik keluarga kami. Aku membebaskannya bukan karena apa, karena aku tahu Lennah sangat mencintai kehidupan di ranch. Dia mampu dan dia berpengalaman... Karena itulah kami bisa kompak saling mendukung satu sama lain... Begitu juga Milly... Paham ya Malik..." nasehat Raul panjang lebar.

Suara ponsel Raul berbunyi membuat pria itu menoleh dan tersenyum saat menerima panggilannya. "Ya sayang? ... Kami sudah selesai... Iya ... Kita kesana." Raul mematikan panggilannya. "Lennah sudah ngajak pulang ... Sebaiknya kita kembali ke rumah sakit."

***

Raul dan Lennah berpamitan pulang pada Milly yang senang kakaknya datang jauh-jauh dari Turin. Setelahnya gadis itu menatap ke Malik yang tetap berada di kamarnya dan jujur Milly merasa tidak nyaman dengan keberadaan pria itu.

"Kamu tidak pulang?" tanya Milly dingin.

"Nope. Aku akan menginap sini ..." jawab Malik kalem.

"Pulang ... Aku tidak mau kamu disini ..."

Malik menatap Milly. "Why? Aku tidak mau kamu sendirian disini."

"Apa kamu lupa aku seorang dokter yang biasa sendirian di rumah sakit ?"

"Dokter yang nyaris celaka dan masih dalam perawatan karena adanya zat terlarang di dalam darahnya dan harus dikeluarkan..." balas Malik.

"Kamu pulang, Mustafa biar disini !" ucap Milly galak sambil menatap Mustafa yang terkejut.

"Apa?" Malik tampak tidak percaya mendengar ucapan Milly. "Mustafa disini ?"

"Ya. Yang penting bukan kamu !"

"Astaghfirullah... Sampai segitunya kamu membenci aku ?" ucap Malik tidak percaya. Pria itu memberikan kode pada pengawalnya untuk keluar agar mereka ada privasi untuk berbicara berdua... Lagi.

Setelah Mustafa keluar dan menutup pintu rapat-rapat, Malik duduk di tepi pinggir tempat tidur Milly yang beringsut menjauhi pria itu.

"Milly... Tolong ... Semalam saja aku disini bersama kamu karena tadi aku mendengar dari suster bahwa besok kamu sudah boleh pulang..." mohon Malik. "Besok kamu pulang, aku juga akan pulang ke Manama ..."

Mata hijau kebiruan Milly tampak sedikit terkejut mendengar Malik akan pulang ke Manama. Namun tiga detik kemudian, mata itu menjadi dingin lagi.

"Baguslah kamu kembali ke Manama dan melakukan semua tugas kamu disana. Satu setengah tahun kamu tidak mengurus tugas-tugas kenegaraan hanya karena mengasihi diri sendiri itu sangat wasting time ! Kenapa harus menunggu setahun untuk mau belajar berjalan, Pangeran Sombong ?" ucap Milly pedas.

Malik tersenyum tipis karena panggilan kesayangannya disebut lagi oleh Milly.

"Karena kamulah yang datang jadi aku mau belajar lagi ..." rayu Malik.

"Tidak usah merayu gombal... Tidak mempan !" jawab Milly sambil bergeser menjauhi Malik tanpa sadar dirinya sudah hampir ke pinggir. Malik melihat akan hal itu langsung merengkuh tubuh Milly yang sedikit lagi bisa terjatuh dari tempat tidur yang tinggi.

"Dokter Clumsyku ... Hampir saja kamu jatuh, sayang .." bisik Malik sambil menatap wajah terkejut Milly.

"Lepaskan tanganmu..."

"Nope. Nanti kamu jatuh dan cedera kamu lebih parah ..." balas Malik sambil perlahan mendekati wajah Milly hendak mencium bibir gadis itu.

Tapi ...

"Aaadduuuhhh !" Malik terlonjak saat Milly menusuk pinggangnya dengan jari telunjuk. "Milly !"

Milly menatap tajam ke Malik. "Pulang sana !"

"Aku mau menginap disini !"

"Aku akan meminta perawat mengusir kamu !"

"Siapa juga mau mengusir Emir Bahrain ?"

Milly memencet tombol untuk memanggil suster dan tak lama seorang perawat wanita datang.

"Ya Miss Bradford?" tanya perawat itu.

"Tolong usir pria ini dari kamarku !" pinta Milly.

"Silahkan Mister, anda menganggu pasien ..." ucap perawat itu tegas.

Malik menolak. "Aku adalah Emir Bahrain. Dan anda tidak berhak mengusir aku dari sini !"

"Dan aku putri Jasmine dengan karpet terbang ! Anda keluar sekarang atau aku panggil keamanan?" balas perawat itu judes, tidak kalah galaknya.

Malik melongo sementara Milly cekikikan mendengar keributan itu. Akhirnya Malik mengalah dan keluar dari kamar Milly. Pria itu menatap sebal ke Milly.

"Ini belum selesai, Milly."

"Oh, ini sudah selesai, Malik..." balas Milly sambil tersenyum lebar.

***

Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️