Tiara Salsabila biasa dipanggil Rara adalah sosok gadis polos, sederhana dan kekanakan. Dia jatuh hati pertama kali pada Tian, sosok pria yang membuatnya iri karena Tian mempunyai kelebihan yang menjadi kelemahannya.
Namun ternyata cintanya itu membuat kecewa. Tian tidak seperti yang diharapkan gadis tersebut. Tian ternyata diam-diam sosok playboy yang mempunyai banyak wanita.
Semenjak itu Tiara tidak bisa mempercayai yang namanya laki-laki. Tiara berubah dratis dan melindungi dirinya sendiri. Hingga datang seorang pria yang dengan tulus mencintainya. Bahkan melamarnya, Namun pria tersebut tidak lain adalah dosen killernya. Dosen yang selama ini membuat Tiara kesal, emosi bahkan menangis karenanya. Akankah Tiara percaya dengan cinta sang dosen? Dan menerima lamarannya? Baca kisahnya di Lentera Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arti Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlambat
Siang ini, Bu Nena tiba-tiba menemui Tiara.
Wanita separuh baya tersebut meminta bantuan Tiara. Karena Hasan sulit ditemui olehnya.
" Insyaallah, Saya akan membantu Ibu untuk bertemu mas Hasan." Ujar Tiara.
Bagaimanapun juga, Ibu Nena adalah Ibu kandungnya. Tiara tak ingin, Hasan menjadi anak yang durhaka. Walau bagaimanapun masa lalu Ibunya tersebut.
Tiara menelepon Hasan, Ditengah kesibukan pria tersebut. Hasan yang sedang memeriksa sebuah laporan bawahannya berhenti sejenak, Pria tersebut memilih menerima telepon dari istrinya tersebut.
" Assalamualaikum Mas,"
" Wa'alaikumsalam," Jawab Hasan seraya membenarkan kacamatanya,
" Mas, mohon temui Ibu! Kalau mas gak mau, Rara akan balik kerumah Ummi malam ini juga!" Ancam Tiara dengan suara oktaf tertinggi, hingga terdengar jelas dihandphonenya Hasan, walaupun tanpa diloadspeaker. Tiga karyawati yang sedang didepan meja Hasan pun saling melirik. Ternyata Direktur utama Merek kena omel juga. Sedangkan asistennya Hasan juga memutar matanya, begitu Hasan melirik ke arahnya.
" Iya," Sahut Hasan singkat dan mematikan handphonenya tersebut.
Begitu pulang dari kantor, Hasan langsung benar-benar menemui Ibu kandungnya tersebut. Pria tersebut mengemudikan mobilnya menuju sebuah rumah, yang tidak kalah mewah. Namun pemiliknya tidak pernah bersyukur, dan selalu merasa kurang dan kurang atas materi yang telah didapatkan itu.
" Assalamu'alaikum," Sapa Hasan begitu sampai pos security didepan rumah mewah tersebut.
" Wa'alaikumsalam, mas Hasan, Silahkan masuk." Kata security tersebut. Jelas sudah hafal dengan Hasan. Karena tidak hanya sekali ini Hasan mengunjungi rumah mewah tersebut. Rumah yang Hasan belikan untuk Ibunya tersebut, saat Ibunya mengeluh padanya.
Hasan memarkirkan mobilnya tepat dihalaman rumah. Disamping mobil putih milik Dania. Pria itu melangkahkan kakinya menuju pintu rumah tersebut.
Dania yang melihatnya, langsung berlari memanggil Ibunya.
" Ma, Mas Hasan benar-benar datang." Ujar gadis tersebut. Ibunya pun langsung beranjak dari sofa. Kali ini Ibu kandungnya tersebut terlihat lebih tulus. Dia hanya ingin bertemu dengan putra kandungnya tersebut.
" Anakku," Ucapnya begitu melihat Hasan masuk.
Hasan langsung duduk, seorang asisten rumah tangga, membawakan segelas minuman dan beberapa cemilan.
" Bagaimana kabarmu, Nak?"
" Alhamdulillah baik," Sahut Hasan. Pria itu terlihat dingin.
" Ada apa Ibu ingin menemuiku?"Hasan to the point.
" Ibu tak ingin apa-apa , hanya ingin menemuimu."
" Baiklah, kalau begitu , Hasan pamit pulang. Dan lain kali, tidak usah ganggu Rara, Dia istriku, bukan perantara Kita untuk bertemu." Ujar Hasan, sepertinya pria tersebut masih begitu membenci Ibunya.
Hasan kembali mengemudikan mobilnya, Pria tersebut menuju kerumah. Begitu sampai rumah. Hasan mencari Tiara, gadis itu terlihat sedang dihalaman rumah. Hasan pun langsung menggandeng tangannya, menuju lantai dua, dan masuk ke kamar Mereka. Tiara terkejut dengan sikap Hasan saat ini.
Hasan mendudukkan gadis itu disofa, Dan memandanginya dengan sorot mata tajamnya. Tiara pun bingung, gadis itu belum paham masalahnya apa. Dan apa salahnya?
Karena pria tersebut tidak kunjung bicara juga. Tiara berniat beranjak dari duduknya,
" Rara tidak tahu, salah Rara apa," Gadis itu memandang wajah Hasan dengan tatapan kesal, kesal dengan sikap pria tersebut.
" Rara mau mandi dulu, Ada janji sama Wina, Afifah dan Lia." Ujar gadis tersebut seraya beranjak, namun Hasan meraih tangan istrinya tersebut.
" Lain kali jangan temui wanita itu tanpa seijinku!" Pinta Hasan.
" Tapi mas, Dia Ibu Mas, Ibu kandung mas!" Gadis itu menghempaskan tangan Hasan. Lalu mengambil handuk, dan masuk ke kamar mandi.
Kamu tidak tahu. Ibuku mengkhianati Ayahku. Batin Hasan.
Pria itu masih belum bisa melupakan trauma dimasa lalunya, dimana saat itu Dia menangis melihat Ibunya terang-terangan meninggalkan dirinya yang masih kecil. Memilih pergi dengan orang lain. Hasan masih belum bisa memaafkannya.
...***...
'
Paginya,
Tiara buru-buru memakai sepatu, tidak biasanya Dia bangun kesiangan. Dan lebih parahnya, Hasan tidak membangunkan dirinya. Pria itu sepertinya kesal padanya. Gara-gara masalah Ibunya. Padahal jelas, pagi ini mata kuliah dosen killer tersebut, yang tidak lain suaminya.
Apa Mas Hasan niat, biar Aku terlambat. Batin Tiara jadi syuudhon pada suaminya tersebut.
Pak Bejo terlihat sudah siap didalam mobil silver tersebut,
" Ayo Pak!" Ucap Tiara begitu masuk mobil.
Mobil silver tersebut melaju meninggalkan halaman rumah elite tersebut. Lalu memasuki jalanan utama kota, menuju kampus. Beberapa kali Tiara melirik jam ditangannya.
Sampai halaman kampus, waktu menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Dan jelas, Tiara terlambat.
Tiara buru-buru menyelusuri koridor gedung fakultas ekonomi. Hingga nafasnya tidak teratur. Seperti ikut lomba lari maraton.
Sampai depan pintu ruangan, Tiara menarik nafas dalam-dalam dahulu. Sebelum masuk ruangan tersebut. Walaupun jelas konsekuensinya, dosen killer itu akan menyuruhnya untuk keluar.
Gadis itu mengetuk pintu ruangan dan kembali menutupnya.
" Pagi Pak, maaf terlambat," Ucap Tiara.
" Dua puluh menit. Silahkan Anda tutup pintu kembali dari luar!" Kata Hasan, bahkan disaat gadis itu masih berjarak satu meter dari pintu.
Kata-kata yang bagus untuk membuat pusing mahasiswa dipagi hari. Bilang saja keluar.Batin Tiara.
" Jangan lupa nanti siang temui Saya untuk minta detensi." Hasan mengingatkan.
" Baik Pak." Ucap Tiara kesal.
Tiara pun keluar dari ruangan tersebut. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kantin. Kebetulan Dia juga belum sempat sarapan pagi, gara-gara kesiangan. Gadis itu memesan nasi goreng dan segelas thai tea.
Selang sembilan puluh menit kemudian, Tiara mengirim chat ke Lia, teman sekelasnya.
^^^Pak Hasan sudah keluarkah?^^^
Jangan panggil Pak Hasan, bilang saja, suamiku sudah keluarkah?
Balasan Lia membuat Tiara membelalakkan matanya, darimana gadis itu mengetahuinya?
^^^Iya, maksudnya seperti itu^^^
Baru sampai pintu,
^^^Thanks^^^
Same-same
Tiara langsung beranjak dari tempat duduknya, gadis itu membayar makanannya. Dan lalu melangkahkan kakinya menuju ruang dosen killer tersebut. Hasan terlihat baru saja sampai di depan pintu. Tiara pun mengekor dari belakang. Daripada nanti dosen itu menghilang lagi entah kemana.
Hasan membuka ruangannya. Begitu mau menutup pintu, pria itu terkejut.
" Astaghfirullah," Ucap Hasan.Tiara berdiri didepannya, seraya menahan pintu tersebut.
" Kamu mengagetkan mas saja," Ucap Hasan sampai lupa kalau Mereka sedang dikampus.
" Kenapa Kamu bisa terlambat?" Tanya Hasan seraya duduk dikursi nya.
" Maaf Pak, Suami Saya tidak membangunkan Saya. " Jawab Tiara seraya menarik kursi didepan meja tersebut.
Hasan menahan senyumnya.
" Itu bukan sebuah alasan," Ujar Hasan seraya menyodorkan sebuah kertas.
" Tapi itu kebenaran Pak," Jelas Tiara.
" Baiklah, sekarang kerjakan soal itu!" Pinta Hasan.
Tiara pun mengeluarkan bolpointnya. Baru pertama ini Tiara terlambat, semenjak Dia difakultas ekonomi. Hasan memperhatikan gadis tersebut. Rasanya belum lama, Mereka menikah. Tetapi gadis tersebut seperti sudah lama hadir di kehidupannya. Pria itu termenung, melihat gadis itu, Hasan sadar perlahan-lahan gadis didepannya itu sudah mulai beranjak dewasa. Dari kata-kata, cara menyikapi masalah dan terakhir hormon estrogennya. Hasan langsung tersadar dan membenarkan kacamatanya.
To be continued
Jangan lupa like dan komentarnya. Terima kasih