#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 - Kali Ini Benar-Benar Ragu
"Kak Zeshan kenapa?!"
Tidak ingin tersakiti oleh perkiraan yang belum pasti di dalam hatinya, Devanka mendesak Zeshan untuk benar-benar bicara.
"Katakan padaku apa yang salah? Hah?!"
Pria itu menghela napas panjang, dia duduk di tepian tempat tidur sembari memandangi Devanka lekat-lekat. "Tidak ada, terima kasih pembuktiannya," ungkap Zeshan mengulas senyum dan tentu saja membingungkan bagi Devanka.
"Hem? Memang cukup dirasain pakai jari?" tanya Devanka sefrontal itu dan berhasil membuat Zeshan tergelak.
"Cukup."
"Cukup gimana? Kan tidak jelas masih per4awan atau tidaknya?"
Siapa sangka yang justru Devanka ambil poinnya adalah perihal kesucian. Padahal, sedikit saja Zeshan tidak peduli, dia percaya Devanka bukan gadis liar, sekalipun iya juga tidak masalah karena standar untuk menjadi seorang istri tidak harus perawan menurut Zeshan.
"Bukan soal itu, Devanka."
"Lalu apa? Pembuktian yang mana?"
"Kesiapanmu jadi istriku, itu saja."
Tanpa kebohongan, memang benar yang ingin Zeshan lihat dari istrinya malam ini ialah kesiapan dan kerelaan untuk dimiliki seutuhnya sebagai istri, dan pembuktian Devanka sudah cukup. Dia tidak ingin berbuat lebih banyak saat ini, lagi dan lagi dia tidak ingin egois dan berkuasa sepenuhnya atas diri Devanka hanya karena dia yang seorang suami.
Walau awalnya keinginan itu memang ada dan Zeshan tak munafik dia juga menginginkannya. Akan tetapi, entah kenapa mendadak Zeshan tidak tega hingga memilih berlalu ke kamar mandi dan meninggalkan Devanka yang kini sendirian dengan seribu pertanyaan dalam benaknya.
Devanka menatap dirinya, menyingkap selimut dan jantungnya kembali berdegup tatkala melihat tanda kemerahan yang tertinggal di bagian dadanya. Hingga, ketika tatapan Devanka turun ke bagian bawah sana, gantian wajahnya yang memerah.
"Jadi ini kategorinya apa? Gladi resik? Training atau apa?" tanya Devanka yang juga masih bingung dibuatnya.
Walau Zeshan sudah menjawab, tapi bagi Devanka yang terkadang Lola (Loading lama) jelas saja bingung. Tidak berselang lama, Zeshan kini keluar dengan wajah basah begitu juga dengan rambutnya.
Dibilang mandi dia cuci muka, tapi dibilang cuci muka bajunya juga ikut basah sampai harus berganti dan hal itu tak lepas dari pandangan Devanka.
Hingga ketika dia selesai dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, Devanka mendekat demi memastikan apa penyebab Zeshan sampai bersikap demikian.
"Kak."
"Hem? Ada apa?" Sembari menoleh, dia menatap sang istri yang berlindung di balik selimut tebal itu.
Devanka sebenarnya bingung hendak mengatakan hal ini, tapi tindakan Zeshan membuatnya terpaksa mempertegas keadaan demi menghilangkan keraguan dari dalam benak Zeshan.
"Aku tidak berbohong ... aku berani bersumpah, aku memang masih perawan dan gaya pacaranku bersama Hero tidak segila yang kakak bayangkan," jelas Devanka menatap Zeshan serius, dia seperti akan menangis demi memperjuangkan citranya sebagai wanita baik-baik di hadapan sang suami.
"A-aku tahu semua itu secara teori saja, teman-temanku banyak berbagi dan berbagai artikel juga banyak membahasnya ... kakak tenang saja, gini-gini aku masih tahu batasan sebagai wanita."
Seolah tak puas dengan menjelaskan sekali, Devanka mengulangnya lagi dengan suara sedikit bergetar dan dalam waktu sekejab, Zeshan sudah menariknya dalam pelukan.
"Aku percaya, tidak perlu dijelaskan panjang lebar, Devanka," ucapnya dengan mata terpejam usai mendaratkan kecupan di kening istrinya.
"Benar percaya?" tanya Devanka dan kali ini hanya Zeshan angguki perlahan.
"Tapi tadi Kakak sendiri yang bilang ragu tentang kesucianku."
"Bercanda, aku sudah mengenalmu sejak ingusan kalau lup_sshh awh!!"Mata Zeshan seketika terbuka tatkala Devanka mencubit lengannya.
"Kenapa marah? Memang nyata kamu begitu dulu."
"Terserahlah," ungkap Devanka perlahan melepaskan diri dari pelukan Zeshan dan hal itu sukses membuat pria itu ikut beranjak.
"Mau kemana?" tanya Zeshan segera.
"Kamar mandi sama ganti baju, nggak nyaman ... basah soalnya," jawabnya dengan raut wajah biasa saja dan membawa serta selimut yang membalut tubuhnya.
Zeshan yang mendengar sampai tertawa sumbang, lucu saja di telinganya. "Basah? Sebasah apa, Devanka?"
"Basah banget!! Mau lihat?" tawar Devanka seketika membuat Zeshan tersedak ludah.
Dia menggeleng dan meminta Devanka segera berlalu segera. "Serius nggak mau?"
"Astaga anak ini, sana!!" Tak hanya dengan lisan, tapi Zeshan juga melempar bantal hingga Devanka angkat kaki dan meninggalkan Zeshan yang kini termenung dibuatnya. "Kali ini aku semakin ragu, dia benar-benar 19 tahun kan?"
.
.
- To Be Continued -