NovelToon NovelToon
Kemarau Menggigil

Kemarau Menggigil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Ayah, aku butuh selimut untuk tubuhku yang penuh keringat. Kipas angin tua milik bunda hanya mengirimkan flu rindu. Sebab sisa kehangatan karena pelukan raga gemuknya masih terasa. Tak termakan waktu. Aku tak menyalahkan siapa pun. Termasuk kau yang tidak dapat menampakkan secuil kasih sayang untukku. Setidaknya, aku hanya ingin melepuhkan rasa sakit. Di bawah terik. Menjelma gurun tanpa rintik gerimis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 33

Aku memanggilmu rumah, lalu membuka jendela yang menampakkan keindahan hamparan bumi yang terlihat dari dalam dirimu.

...----------------...

"Enak 'kan coklat lumernya?" Rasen bertanya.

Enak? Ini bahkan lebih hambar daripada telur dadar tanpa bumbu yang selalu aku makan. Bahkan untuk ukuran camilan favoritku pun tidak selera untukku memakannya.

Kami berada di perpustakaan. Atas paksaan Rasen yang memintaku untuk menemaninya. Padahal, jika sudah memegang buku maka dunianya seolah berpindah.

"Dainty," ucap Aezar yang entah muncul dari mana.

Ekspresi Rasen sudah berubah. Kejadian semalam membuat ayah tidak lagi bekerja di sawahnya. Sekarang, ayah harus mencari pekerjaan baru.

"Mau ngapain lo ke sini? Lo nggak lihat kalau gue lagi sama pacar gue, hah?" ketusku terhadap Aezar.

Tangan Rasen sudah meraih pundakku agar tetap tenang. Sementara Aezar yang kini rambutnya nyaris botak itu melirik sekitar, sembarang.

"Maaf, ayahmu jadi berhenti bekerja di sawah orang tuaku," ujarnya pelan.

"Apa?" seru Rasen terkejut.

Sudah berlembar-lembar tisu habis sebab aku gunakan pada hidungku yang mengeluarkan ingus karena menggigil semalaman. Sekarang, Aezar malah datang di saat aku ingin memarahi siapa pun. Terutama mereka yang hadir di pos ronda itu.

"Mending lo pergi aja deh, Aezar. Kedatangan lo selalu membawa sial tahu, nggak. Lo juga selalu sial kalau udah sama gue. Jadi, lebih baik kita nggak usah ketemu."

"Heh, berisik! Di sini tempat orang membaca dengan tenang. Bukan berdebat dengan cara tidak berbobot seperti itu! Kalau nggak bisa tenang, keluar!" timpal seorang penjaga perpustakaan tegas. Ia tetap di tempatnya yang dekat dengan pintu. Namun suaranya yang kencang terdengar seperti berada di depan kami. Padahal tubuhnya tertutup buku-buku di rak.

Akhirnya, Aezar yang tidak tahu harus berbuat apa pun berlalu.

"Apa yang terjadi, Dain?" tanya Rasen.

"Bukan urusanmu!"

Rasen berdiri. Meletakkan kembali sebuah buku pelajaran yang baru saja diambil. Lantas kembali dan menarik lenganku untuk ke luar dari perpustakaan.

"Apakah benar jika kamu berpelukan dengannya semalam?" Sebuah pertanyaan yang terlontar begitu saja dari mulut Rasen.

Kami berada di tepi lapangan. Beberapa siswa berpakaian olahraga tengah asik bermain berbagai macam cabang olahraga. Tanpa ampun, sekantong kecil coklat lumer yang masih berisi lima buah itu aku buang kemudian aku injak-injak hingga gepeng.

"Jawab, Dain!" tegas Rasen yang tidak peduli dengan coklat lumer yang aku injak-injak itu.

"IYA!"

"Kenapa kamu melakukannya?"

"Karena semalam hujan." Aku menjawab santai.

Mata Rasen memerah. Seperti tengah menahan amarah. Bukan karena pertanyaan Rasen yang membuatku jengkel. Namun lebih kepada siapa yang beberapa kali ini memberikan informasi tentangku dan bersama Aezar kepada Rasen. apakah ia ingin mengadu domba?

"Apakah pelukannya sangat hangat sampai membuatmu merasa nyaman dan diam di sana sampai keesokan harinya?" tanya Rasen, tatapannya fokus ke arahku dengan tajam.

"Iya, aku ingin melakukannya lagi. Jauh lebih tulus darimu yang setiap saat meragukanku. Yang selalu memaksaku untuk berbicara akan jawaban yang seharusnya tidak perlu." Aku berkata. Sudah dengan intonasi pelan.

Aezar menunduk dan memungut bungkusan kecil coklat lumer yang telah aku hancurkan.

"Meragukanmu? Aku terus berbaik sangka sekali pun kamu sudah terang-terangan begitu akrab seperti sepasang kekasih dengan kak Aezar."

"Tak ada ketulusan dengan menekan kehendak seperti itu, Rasen," ujarku sedikit sebal.

"Karena aku tidak sekedar membual. Kamu memang bermain di belakangku." Rasen menjawab, wajahnya semakin mendekat.

"Itu artinya kamu memang membenarkan bahwa aku adalah seseorang yang senantiasa meragukan bagimu. Ah, sial!" pekikku seraya mengepalkan kedua telapak tangan.

Suara bel tanda masuk kelas berbunyi. Perdebatan kami tidak bisa berjalan lebih panjang dan lebih lama lagi. Lelaki di depanku ini bahkan tidak bisa membentak. Kesabarannya seluas samudera. Aku memang tak tahu diri. Namun seseorang yang diam-diam memberitahu banyak hal kepada Rasen sangat ini aku hajar saat ini.

...****************...

Semua mata tertuju padaku. Sebab kejadian langka bahkan sangat langka terjadi. Aku mengangkat tangan saat guru bertanya tentang siapa yang bisa menjelaskan materi yang baru saja disampaikan.

"Baik, silakan maju Dainty!" pinta seorang guru muda yang mengajar mata pelajaran biologi.

Aku berdiri kaku di dekat papan tulis. Begitu tegang dengan wajah orang-orang yang mengarah padaku. Padahal, biasanya mereka tak ada yang berani menatap seperti itu. Kecuali Flo tentunya. Atau Nada.

"Membran sel atau membran plasma adalah selaput tipis yang mengelilingi sebuah sel. Membran sel merupakan lapisan yang sangat tipis dengan ukuran 7,5−10 mm, namun memiliki peran yang penting bagi tubuh. Membran sel memiliki sifat selektif yang bisa menyaring bahan-bahan yang melintas dalam tubuh. Sehingga dapat menjaga kadar ion dari dalam dan luar sel. Bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh akan masuk, sementara bahan yang tidak dibutuhkan akan dihalangi oleh membran sel.

"Fungsi membran sel pada tubuh adalah pelindung sel, perantara zat, interaksi atau komunikasi sel, penyedia enzim, dan mengatur pertumbuhan sel. Ada pun komponen membran sel adalah fosfolipid, glikosfingolipid, kolesterol, dan protein. Selanjutnya adalah sifat membran sel, yakni semi permeabel, permeabel, dan impermeabel."

Penjelasan yang merasuk begitu saja ke dalam kepalaku. Pikiran yang kacau akibat masalah yang tidak berkesudahan ini kemungkinan membuat otakku encer secara tiba-tiba. Haruskah masalah datang bak air bah agar aku mampu melampaui kepintaran Rasen?

Seketika, guru dan semua teman-teman kelasku bertepuk tangan. Termasuk Flo, walaupun terlihat terpaksa. Mungkin ia berpikir itu lebih baik daripada ia menjadi satu-satunya orang yang tidak bertepuk tangan. Padahal, aku tidak benar-benar menjelaskan secara detail. Namun, entah mengapa aku merasakan bahwa mereka bangga melihatku yang seperti ini.

"Keren sekali, Dainty! Gimana? Seru kan kalau kita aktif di kelas!" ujar guru biologi bernama bu Zira dengan senyuman lebar. Aura cantiknya terpancar hingga tumpah-tumpah.

"Keren sekali, Dain!" seru kencang seorang siswa bernam Beryl dari bangku paling belakang. Biasanya, ia paling cuek kepadaku.

Beginikah rasanya dibanggakan? Sekali pun yang aku lakukan hanya penjelasan sederhana. Hanya sekedar yang tertangkap otakku karena berusaha menghalau pikiran menumpuk dari masalah rumit ini.

Jika ayah menyaksikannya, apakah ia akan bangga dan tersenyum kepadaku untuk pertama kali setelah sekian lama.

"Terima kasih, Bu," jawabku kaku.

Nada terlihat tersenyum tipis. Manusia robot berwajah datar itu mau memberikan ekspresi untukku. Namun, saat hendak duduk, seketika aku terpikirkan. Waktu itu, Nada pernah menyebutkan bahwa Rasen cemburu. Artinya, apakah ia mengetahui seseorang yang selama ini memberitahu Rasen tentang kebersamaanku dengan Aezar? Rasa geramku kembali. Sedikit saja. Namun mampu membuat cemberut tercipta.

"Itu hebat sekali, Dainty!" ucap Nada.

"kamu akan lebih baik ke depannya, Dainty!" timpal Rendra.

Ah, aku merasa menjadi bintang kelas hari ini.

1
Selfi Azna
pada kemana yang lain
Selfi Azna
MasyaAllah
_capt.sonyn°°
kak ini beneran tamat ??? lanjut dong kakkkk novelnya bagus bangetttttt
Selfi Azna
mungkin bapaknya cerai sama ibunya,, truss jd pelampiasan
Chira Amaive: Bukan cerai, tp meninggal ibunya 😭
total 1 replies
melting_harmony
Luar biasa
Zackee syah
bagus banget kak novel nyaaa...
Chira Amaive: Thank youuuu
total 1 replies
Zackee syah
lanjut kak
🎀𝓘𝓬𝓱𝓲𝓷𝓸𝓼𝓮🎀
barter, aku like punya kamu, kamu like punya aku
Chira Amaive: okeyyyyy
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!