Menyimpan Benih Psikopat

*Dasar sampah masyarakat, apa lu nggak mikir orang capek-capek beli motor dan lo dengan gampang nya membegal motor milik orang lain? Dasar nggak punya otak lu !" Ucap Irwan sambil memainkan pis4u yanga ada di tangan nya.

Tempat ini sangatlah gelap dan juga sepi, banyak sekali pohon rimbun disini pantas saja di sini sering terjadi pembegalan karena memang tempatnya begitu sepi Dan menyeramkan.

"Ampun bang." Kedua begal itu meminta ampun kepada kami namu sayang nya aku dan juga Irwan tidak mengubris omongan mereka, mereka saja ketika korban nya meming ampun tidak di respon sama sekali, malah semakin menjadi jadi.

Tutt

Tutt

"Kenapa Bas?" Aku langsung menelpon Gilang untuk meminta bantuannya.

"Lang, gue udah sherlock tempat gue dan Irwan sekarang tolong lo datang ke sini dan bawa motor korban agar tidak meninggalkan jejak, dan gue minta tolong sama lo agar kaka lo cek apakah di daerah sini ada kamera CCTV atau tidak!" Aku minta tolong kepada Gilang agar dia membawa motor pelaku begal itu.

Dan yang membuat kami beruntung memiliki Gilang adalah, salah satu kakaknya Gilang bekerja di salah satu instansi yang memang memliki akses untuk melihat CCTV di kota ini, kakaknya Gilang bisa diandalkan asalkan kita mengerti dan memberinya uang cukup banyak, sedangkan uang bagiku tidak penting.

"Aduh lu benerr bener, yaudah gue kesana sekarang!" Lalu Gilang mematikan tlpn nya.

Lalu aku dan juga Irwan membawa kedua orang ini masuk ke dalam mobil, dan setelah itu aku menyimpan motor kedua beg ini di balik pohon, aku tidak mau ada orang yang curiga karena hanya ada motor saja namun tidak ada orangnya.

"Cih lihat! Wajah wajah manusia sampah yang memang harus di musnahkan di muka bumi ini, giliran membegal orang mereka sok paling jagoan, tapi giliran di babad habis oleh kita, mereka sama sekali tidak berkutik!" Ucap Irwan sambil menertawakan kedua begal yang ada di kursi belakang.

"Ya begitulah, lumayan malam ini gue bisa ngelampiasin amarah gue ke dua orang modelan sampah begini!" Jawabku.

Setelah sekitar 55 menit menunggu, akhirnya Gilang datang Aditnya pun datang, mereka mengenakan motor si begal itu.

"Mana motor nya?" Tanya Gilang.

"Disana ehh gimana kata kakak lo? Apa disini aman?" Tanyaku.

"Aman, di sini aman karena memang jalanannya sepi bahkan lampu pun tidak ada, dia minta tranfer 5 juta!" Aku langsung memainkan hanphone ku lalu mentransfer uang ke kakaknya Gilang untuk tanda terimakasih.

Dan setelah semua dirasa cukup bersih, kami semua meninggalkan TKP Menuju kos kosan utnuk meng-3ks-eku-su kedua orang bod0h ini.

"Bawa ke aula langsung!" Titahku.

Sekarang aku dan Irwan beraksi dan Kami udah menyiapkan berbagai macam benda tajam untuk melenyapkan mereka.

"Ehh, gue sama Adit pengen ikutan dong! Suruh siapa lu pada nyuruh nyuruh gue sama Adit, jadinya kita kan minta jatah!" Aku pun tersenyum dan membiarkan mereka ber dua bergabung bersama kami.

Meminta ampun.

Jlebb

Tanpa basa-basi Gilang langsung melemparkan k4p4k dan tepat mengenai kening begak tersebut, sontak begak itu langsung men-ing-gal di tempat dengan keadaan mata melotot dan mulut yang menganga.

"Berisik, ampun ampun!" Jawab Gilang dengan sangat kesal.

"Gue dulu lalu setelah ini gimana kalian." Ucapku.

Aku menyuruh teman-teman ku untuk membantuku mengg-4nt-ung salah satu begal ini, agar aku bisa leluasa untuk men-ngg3-ks3-kus-inya.

"Arghhhhhhhhh kau! Kau berani-beraninya mendekati istriku, apakah kau bukan pria laku sampai-sampai mengejar istri orang lain!" Aku langsung mengayunkan pi-s-4u dan men-us-uk p3r-ut pria yang ada dihadapan ku ini.

Aku menganggap pria ini adalah Alex, aku m3n-us-uk tub-uh pria ini dengan secara acak dan juga random, bahkan saking sakit hatinya aku kepada Alex sampai-sampai aku melakukan hal gila ini lagi.

Badan ku sudah penuh dengan cairan m3rah karena aku terlalu bersemangat untuk menghilangkan amarah ku kepada Alex dan juga Deva.

Aku melakukannya berulang kali, bahkan wajah pria itu tak luput dari amarahku, aku berjanji akan melakukan hal ini secara langsung kepada pria yang bernana Alex itu.

Nafasku tersenggal senggal, sekarang aku sudah cukup puas, amarahku benar-benar tersalurkan, keadaan begal yabg aku gan-tung ini sudah tidak bisa di kenali lagi, wajahnya h4-nc-ur, jdi tidak ada yang bisa mengenainya lagi.

"Silahkan! Giliran kalian!" Semua teman teman ku seperti menatapku aneh entah apa yang ada di pikiran merena sekarang.

"Bas, lu punya dendam sama siapa? Sini cerita sama kita biar kita urus bareng bareng, kayaknya lo punya dendam kesumat sama orang yang lu sebut tadi." Tanya Gilang.

"Nanti tunggu perintah dari gue , dna ayo kita hab-is-s1 pria itu bersama , gue nitip mereka ya,!" Jawabku.

"Oke, tangan kami juga sudah gatal, tenang saja biar kedua begal ini urusan kami!" Akupun mengangguk dan lngsung pergi meninggalkan teman teman ku.

Aku tidak langsung bersih bersih, aku menyempatkan diri untuk merokok fi bangku parkiran motor, angin malam membuatku sangat tenang.

"Deva! Kamu benar benar membuat ku gila." Gumamku dalam hati sambil membayangkan wajah Deva dan tubuhnya.

Tak terasa sekarang waktu sudah menunjukan pukul 03.00 pagi, aku langsung masuk ke dalam mobil dan bergegas untuk pulang, aku belum sempat bersih bersih karena aku terlalu menikmati angin malam yang berhembus tadi, bahkan akh sampai menghabiskan satu setengah bungkus rokok, Deva pasti sudah tertidur dengan lelap.

Akhirnya aku pun tiba di depan rumah, dan saat aku hendak membuka pintu gerbang, aku langsung masuk kembali ke dalam mobil karena aku melihat Deva sedang duduk di teras dengan wajah cemas.

"Astaga! Kenapa dja disitu!" Aku langsung mengambil tisu basah dan mengelap wajah beserta tanganku yang terciprat banyak cairan m3rah, lalu aku melepaskan pakaian ku, aku tidak mau Deva melihat keadaanku yang seperti ini.

"Deva sedang apa kamu jam segini masih ada diluar? Kamu nggak tidur?"

"A....ampun, saya dimana?" Salah satu dari mereka terbangun dan Tanya ku, Deva langsung tersenyum ketika melihat aku pulang.

"A...aku takut sendirian di rumah, ngomong-ngomong kenapa di leher dan di kening mu banyak bercak cair4n m3r4h?"

****

Pov Deva

Aku cukup terkejut karena Baskara tidak marah ketika aku kepergok makan bubur bersma Alex, aku mengira Baskara akan marah besar kepadaku, namun ternyata dugaanku salah, Baskara justru malah langsung mengajakku pulang, dan di rumah pun Baskara tidak banyak bicara kepadaku, aku tahu Baskara marah tapi aku tidak menyangka bahwa Baskara akan marah dan marah nya hanya mendiamkan ku.

"Aku pergi!" Ingin rasanya aku mencegah Baskara agar tidak pergi keluar malam ini, tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri akan bersikap berbeda pada Baskara dan aku akan membuktikan padanya bahwa aku tidak membutuhkannya.