NovelToon NovelToon
I Am Duchess

I Am Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:spiritual / Time Travel / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Melsbay

dr. Lizza, seorang dokter muda yang terjebak dalam lingkaran gelap obat tidur, meninggal secara tragis karena overdosis. Namun, di dunia setelah kematian, ia terbangun dalam tubuh putri Duke Ashborn yang cantik dan berkuasa, bernama Lizra Ashborn, dalam Kerajaan Eldoria yang megah.

Terjebak dalam identitas baru yang jauh berbeda, dr. Lizza menyadari bahwa ia telah berada dalam jantung konspirasi dan intrik politik di kerajaan tersebut. Lizra, tubuh yang ia huni, merupakan sasaran perencanaan kejahatan yang meresahkan stabilitas kerajaan.

Dalam perjalanan yang penuh keputusan sulit dan pengorbanan, dr. Lizza harus menemukan keberanian dan kebijaksanaan untuk menghadapi musuh-musuhnya, sambil mengatasi konflik internalnya yang paling dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melsbay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Media Sihir

Dini hari yang dingin menyelimuti hutan utara dengan lapisan salju yang tebal, menyelimuti setiap langkah yang diambil oleh regu-regu pencarian. Dengan hati yang berani dan semangat yang membara, kedua regu memulai perjalanan mereka, siap menghadapi tantangan yang menunggu di tengah kegelapan.

Segerombolan prajurit yang dipimpin oleh Rozen menjelajahi hutan dengan penuh kewaspadaan, senjata-senjata mereka siap terhunus untuk menghadapi setiap ancaman yang muncul. Setiap langkah mereka dihadang oleh hujan salju yang lebat dan angin yang menusuk tulang, namun tidak satupun dari mereka menyerah.

Di sisi lain, Regu Lizra bergerak dengan sigap, menyusuri lorong-lorong hutan yang gelap dan menakutkan. Setiap anggota regu mengawasi sekeliling dengan mata tajam, siap untuk merespons setiap serangan yang datang dari kegelapan.

Dalam perjalanan mereka, regu-regu ini terus berhadapan dengan kelompok-kelompok monster, terutama monster jenis baru yang menjadi sasaran utama mereka. Dengan keterampilan bertempur yang luar biasa dan kerjasama yang solid, mereka berhasil mengalahkan setiap musuh yang datang, meskipun mendapat kan beberapa luka ringan.

Namun, di balik setiap kemenangan yang mereka raih, masih ada tantangan besar yang menanti: menemukan media sihir hitam yang menjadi pusat dari semua kekacauan ini.

Teriakan Ezra memecah kesunyian hutan yang dingin, memancing reaksi tak terduga dari kelompok monster yang tengah berpesta. Mata mereka yang ganas langsung beralih ke arah suara, mencari sumber gangguan yang baru saja datang.

Lizra, yang sedang berada di dekatnya, segera menyadari bahaya yang mengancam. Dengan gerakan cepat, ia mengangkat tangannya untuk memberi isyarat kepada regunya agar bersiap-siap menghadapi ancaman yang tiba-tiba ini.

Monster-monster tersebut, yang tadinya tengah menikmati mangsa mereka, sekarang berbalik ke arah suara tersebut dengan wajah kelaparan dan haus akan darah.

Dengan langkah-langkah yang besar dan cakar-cakar yang tajam, mereka mulai mendekati pinus besar itu dengan niat buruk yang jelas terpancar dari setiap gerakan mereka.

Lizra mendapati Ezra yang berdiri dengan tangan yang bergetar melihat gerombolan Monster yang berjalan ke arah mereka. Dengan tangan yang mantap, Lizra meraih panah dari salah satu prajuritnya dan melepaskannya ke langit, memecah kabut salju dengan sinyal yang jelas bagi regu Rozen. Sementara itu, dia memerintahkan prajurit-prajurit yang bersamanya untuk bersiap-siap menghadapi serangan monster yang semakin mendekat.

Ezra, meskipun bergetar, mencoba menenangkan dirinya sendiri saat menghadapi kehadiran monster-monster yang menakutkan.

Di depan mereka, gerombolan monster terus mendekat, langkah mereka berat dan cakar-cakar mereka siap untuk menyerang. Lizra dan para prajuritnya bersiap, mata mereka tajam memperhatikan setiap gerakan musuh yang semakin dekat.

Di sisi lain, saat regu Rozen sedang beristirahat dari perjalanan, tiba-tiba terlihat sinyal dari Lizra berupa anak panah api yang menembus langit dan membuka kabut tebal yang menyelimuti daerah tersebut. Rozen segera menyadari arti dari sinyal tersebut dan tanpa ragu mengambil pedangnya, memerintahkan anggota regunya untuk segera bergerak menuju arah sinyal itu.

Dalam pikirannya, Rozen merasa bahwa Lizra dan pasukannya berada dalam bahaya.

"Liz, kumohon, bertahan lah..." Batin Rozen ketika mereka dalam perjalanan menuju regu Lizra.

Regu Lizra bersiap untuk bertempur dengan monster yang semakin mendekat, beberapa dari mereka sudah mulai melakukan serangan. Lizra memberikan instruksi kepada anggota regunya untuk mengiringi monster agar tidak bergerombol dan menyerang dengan metode yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam kerja sama yang solid, mereka menghadapi ancaman dari monster dengan penuh keberanian.

Sementara itu, Lizra dan Ezra menantang monster lainnya yang mendekat dengan keberanian dan kecekatan. Meskipun jumlah monster cukup banyak dan pertempuran cukup melelahkan, mereka berusaha bertahan dengan gigih. Namun, luka-luka ringan hingga sedang mulai terjadi pada beberapa anggota regu.

Dalam keadaan yang semakin mendesak, Lizra berharap dengan sungguh-sungguh agar bantuan dari Rozen dan regu Rozen segera tiba. Mereka membutuhkan bantuan tambahan untuk menghadapi ancaman yang semakin meningkat ini.

Ezra menghapus darah yang mengalir dari luka di pelipisnya dengan tangan gemetar, ekspresinya mencerminkan kekhawatirannya yang mendalam tentang kemungkinan kekalahan mereka dalam menghadapi jumlah monster yang begitu besar. Namun, Lizra dengan tenang mengingatkan Ezra bahwa mereka pernah menghadapi situasi yang lebih buruk di medan perang, dan mereka selalu mampu mengatasi tantangan tersebut. Lizra meyakinkan Ezra bahwa pertempuran melawan monster ini juga akan mereka lewati dengan baik.

"Nona, ini... ini terlalu banyak, terlalu banyak monster untuk kita hadapi sendiri."

"Tenanglah, Ezra. Kita pernah menghadapi situasi yang lebih sulit daripada ini di medan perang. Kita berhasil melewati semuanya. Kita bisa mengalahkan mereka."

"Tapi, No..na, mereka begitu banyak, mereka..." Ezra dengan tangan gemetar memegang pisau nya. dia begitu ragu dengan serbuan monster jenis baru yang berlari kearah mereka.

"DENGAR, EZRA!!! Panggilamu adalah 'Anjing Gila Ashborn'! Itu bukan sekadar kata-kata. Itu adalah identitasmu, kekuatanmu. Kita akan menunjukkan kepada mereka mengapa kita begitu ditakuti."

"Ya, kamu benar. Kita akan menghadapi mereka. Kita adalah Ashborn, kita tak kenal takut!"

"Bagus, Ezra. Angkat pisau mu, lemparkan seribu pisau, dan gigit para makhluk menjijikkan itu dengan taring Ashborn!"

Ezra menemukan kembali semangat dan tekadnya, dia mengangkat kepalanya dengan penuh keyakinan, mata dipenuhi dengan api semangat. Dia mengingat panggilan "Anjing Gila Ashborn" bukanlah sekadar sebutan kosong, tetapi sebuah identitas yang memberikan kekuatan dan keteguhan hati di tengah-tengah badai.

Bunyi pertempuran bergema di udara, mencampur dengan suara angin yang melolong di antara pepohonan hutan. Teriakan seruan semangat dan perintah-perintah terdengar di sepanjang barisan prajurit yang bertempur. Pedang bersentuhan dengan kuku tajam monster, menghasilkan suara gemerincing logam yang tajam, sementara anak panah melesat melalui udara dan menancap dengan kasar di tubuh monster.

"TRANG! PRANG! TING!" pedang dan kuku tajam monster saling beradu.

"ZIUUUNG! ZAP!" anak-anak panah yang di lempas kan ke arah monster.

"WHOASS" Api membakar beberapa mosnter namun monstrer itu tetap bangun dan menyerang dengan tergopoh gopoh. melihat itu kawanan monster lain datang untuk membantu menyerang.

Di tengah kekacauan ini, terdengarlah suara Ezra, suaranya lantang dan penuh semangat, memotivasi prajurit di sekitarnya.

"KITA TAK KENAL TAKUT! KITA ADALAH ASBORN! KITA ADALAH ELDORIAN! MAJU TERUS!"

Para prajurit menjawab teriakan Ezra dengan semangat yang sama, teriakan mereka bergabung dengan dentuman senjata dan suara langkah yang cepat. Meskipun kekacauan berada di sekitar mereka, semangat mereka tak tergoyahkan.

"AAAGGHHH!"

Beberapa prajurit sudah mati karena serangan monster. Mereka semakin terdesak. Lizra dan Ezra melaju dengan kecepatan kilat melawan Monster di hadapan mereka, seperti mesin yang tidak kenal lelah dan juga merupakan kegilaan itu sendiri dalam medan perang. prajurit lain takjub dengan cara mereka berperang memeberikan semangat pada prajurit yang masih tersisa bahwa kedua gadis tersebut masih berdiri dengan kaki yang teguh, pedang Lizra yang mengkilat seolah menari di udara dengan kobaran api dan menumbangkan monster demi monster.

Begitu juga langkah Ezra yang mengikuti nya, hujan pisau menghantam monster, bidikan nya yang tepat sasaran dan pergerakan nya yang cepat menumbangkan beberapa monster.

Mereka bahkan tidak perduli dengan luka yang mengenai mereka, darah monster yang mengalir di kulit mereka akibat tebasan demi tebasan pada tubuh monster membuat tubuh mereka seolah tenggelam dalam lumpur hitam di tengah putih nya salju yang tebal.

1
salwi
/Chuckle/
salwi
👍
salwi
🫰
Olive
up sering2 thor
Bird
👣👣👣👣
Keyzie
🦾🦾
Pembaca Setia
👣👣👣
sysyn
🤗🤗🤗
sysyn
🥲
cell
halo kak, izin koreksi. Lizza kan dokter yah. Do deskripsi novelnya penulisan dokter nya pakai "Dr" tapi yang bener itu "dr" kak. Soalnya kalau "Dr" itu gelar doktor bukan dokter
Melsbay: thankyou...
total 1 replies
IndraAsya
👣👣👣
Melsbay
😁
Rahmat Aljissri
Mantap
Keyzie
lanjutkan👍👍
sysyn
👍👍👍
Rinjani Putri
aku mampir juga ya tinggalkan jejak bintang
Melsbay: trims ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!