NovelToon NovelToon
Maple Blue

Maple Blue

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: atps0426

Ini adalah kisah lanjutan dari Radio Maple. Pertemuan kembali antara Biru dan Langit setelah sepuluh tahun lamanya. Jadi kalau kalian belum baca Radio Maple, baca dulu ya.

(Bukan untuk anak dibawah Umur, mohon minggir cari yang lain saja ya)

"Aku ingin menunjukkan padamu, jika tidak semua pernikahan berakhir dengan perceraian" ~ Langit.

"Aku ingin dunia tau, kamu adalah laki-laki terbaik diantara yang terbaik. Aku ingin semua wanita cemburu karena perlakuan mu padaku" ~ Biru

"Cinta sejati itu benar-benar ada. Menghabiskan waktu hanya untuk menunggu satu wanita" ~ Dewa

"Mendapatkanmu adalah obsesi terbesar dalam hidupku" ~ Nando

"Jika kau percaya padaku, kau akan menceritakan suka duka mu. Berbagi segala perasaanmu padaku dengan nyaman" ~ Jingga

"Aku tepati janjiku untuk selalu bersamamu hingga tua nanti" ~ Kenzo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atps0426, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MB - Tujuh Bulan

Biru sudah bangun pagi-pagi sekali, ia melihat dapurnya yang masih berantakan. Pintu rumahnya di ketuk kala itu, Biru berjalan dan membukakan pintu. Ia terkejut melihat siapa yang datang, Biru menatapnya dengan dahi berkerut.

"Nenek, kenapa datang pagi-pagi sekali?" Tanya Biru bingung.

"Nak Langit menelepon, meminta tolong sebab nak Biru pasti akan bersih-bersih sendirian. Nak Biru duduk saja jaga kesehatan, biar Nenek yang bersih-bersih. Lagipula ini memang tugas nenek"

"Tapi dapur sangat kotor, Langit memasak semalam"

"Tenang saja, nenek membawa bantuan, hari ini cucu Nenek sedang libur sekolah. Mereka ingin berkunjung dan membantu, apa boleh?"

"Tentu saja, aku jadi bisa bersantai, terimakasih ya semuanya silahkan masuk. Jangan terlalu berisik, Langit sedang tidur, dia suka marah jika tidurnya terganggu" pinta Biru kemudian pergi keluar rumah untuk berbelanja.

Bunda dan istri Argo juga ikut keluar rumah untuk berbelanja sayur. Mereka memiliki tukang sayur langganan yang keliling kompleks.

"Kelihatan seneng nih menantu Bunda, habis ngapain semalam?" Goda Bunda.

"Suamiku Bund, masak makan malam semalam, dapur jadi berantakan. Sekarang kecapean tidur nyenyak banget sampai ngorok" jawab Biru.

"Oh gitu, hari ini ke kelas yoga mau Bunda antar?"

"Aku pergi dengan suamiku Bund" ujar Biru malu-malu.

Bunda mengangguk dengan senyumannya, sudah sewajarnya Langit pergi bersama istrinya. Tak terasa kandungan Biru semakin besar, Bunda bisa melihat kekhawatiran di wajah menantu bungsunya. Hari-hari Biru selalu di iringi dengan tawa bahagia, ia tak pernah kehilangan senyumannya. Langit beserta keluarganya selalu menjaga Biru dengan penuh cinta.

*****

Kini usia kandungan Biru menginjak tujuh bulan, perutnya semakin besar dan pikirannya juga sedikit terbebani. Ia merasa takut tak bisa melewati masa kelahiran bayinya nanti. Keluarga Langit menyiapkan acara tujuh bulanan di sebuah resort. Langit merayakannya dengan mewah, mengundang banyak teman-temannya.

Biru melihat banyak wajah baru yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Meski begitu, ia tetap menyapa semuanya dengan senyuman ramah. Anya dan Tata selalu berada di sekitarnya untuk membantu sahabat mereka itu. Namun mata Biru menatap sang suami yang tengah sibuk berbincang dengan teman-temannya. Langit terlihat bahagia berbincang dengan mereka semua.

"Ta, setelah melahirkan, suami loe berubah gak? Maksud gue, mungkin perhatiannya memudar atau gimana gitu?" Tanya Biru.

"Masih sama kok, loe terlalu khawatir Biru" jawab Tata.

"Sekarang aja dia sibuk" ketus Biru.

"Langiiitttt" teriak Anya marah. Ia menatap pemuda itu dengan tatapan tajamnya.

Biru terkejut dan menghentikan Anya membuat keributan. Langit berjalan mendekati tiga gadis itu, ia bertanya alasan Anya berteriak memanggilnya.

"Kenapa loe bilang? Loe buat sahabat gue cemburu tau gak, loe tau kan Biru selalu menyimpan perasaannya sendiri" keluh Anya mengomentari sikap Langit.

"Ti..tidak kok, aku tidak cemburu. A... Aku lapar, aku mau makan" tukas Biru.

"Ayo aku kenalkan pada teman-teman ku, mereka pasti..."

"Langittttt, makin kece aja deh loe, ganteng deh. Apa kabar?" Tanya seorang wanita memeluk Langit dengan centil.

"Sial, minggir" umpat Langit mendorong wanita itu.

Biru mengelus perutnya, meminta sang anak agar tidak mendengarkan perkataan Ayahnya. Ia juga meminta Langit menyelesaikan urusannya sebelum mendatangi dirinya. Anya menginjak kaki Langit seraya memberikan jari tengah padanya. Sedangkan Biru pergi untuk mengambil makanannya. Belum sempat ia makan, Bunda menghampiri dirinya untuk di kenalkan pada teman-teman nya.

Langit memandangi istrinya, ia menghampiri sang Bunda dan membisikkan sesuatu. Setelah itu Bunda meninggalkan Biru bersama suaminya.

"Anak Ayah pasti lapar" bisik Langit.

"Gak tuh" ketus Biru.

"Bumil marah nih, kalau Biru kecil tau Bundanya marah, pasti bakal benci sama Ayah ya. Soalnya Ayah tidak bisa menjaga Bunda"

"Ih tau ah, lagian kamu dekat banget sama cewek-cewek itu. Ketawa lebar bicara apa kalian?"

"Masalalu, mereka selalu membahas itu. Tapi denganmu aku selalu ingin membahas masa depan kita"

Biru menyandarkan tubuhnya pada Langit, pemuda itu memeluknya dari belakang sambil mengelus perutnya. Mereka selalu saja menunjukkan kemesraan di depan banyak orang. Langit mengambil piring dan menaruh beberapa makanan disana. Mereka duduk di sofa, Biru kembali menyandarkan tubuhnya pada Langit.

"Laper sekali" gumam Langit ikut melahap makanannya.

"Kok dimakan? Ambil sendiri sana, ini kan punyaku"

"Gak sabar lihat Biru kecil, pasti selucu Bundanya. Cantik seperti Biru, dan cerewet, oh, pasti suka ngambek juga seperti istriku ini"

Biru menepuk paha suaminya, ia mengelus perutnya yang sudah semakin besar. Langit kembali menyuapi Biru, sesekali ia menatap sekitar. Ia takut jika seseorang yang tidak diundang menghampiri mereka saat ini. Sejak hari itu, Mama Biru sering terlihat mengintai rumah mereka. Langit selalu khawatir, ia tak mau terjadi sesuatu pada istrinya apalagi sampai membebani pikiran Biru.

"Kakakkk" teriak Jingga yang baru saja tiba dengan keluarga besarnya.

"Halooo, anak Bundaa" ucap Biru merentangkan tangannya ke arah Felix.

"Bunda terlihat cantik" puji Felix.

"Pinter gombal ya sekarang, sini sayang Bunda mau peluk"

Felix mendekati Biru lalu memeluknya, ia meletakkan kepalanya di perut Biru sambil mengelusnya perlahan.

"Bunda, aku mau adik perempuan" pinta Felix memasang wajah cemberutnya.

"Tenang saja, disini ada adik perempuan yang mirip sekali dengan Bunda kamu" pungkas Langit sembari memangku keponakannya.

"Cantik seperti Bunda ya, Paman?"

"Tentu saja"

Kenzo menepuk pundak Langit, pemuda itu mengajak Kakak iparnya untuk pergi bersama. Jingga duduk di samping Biru seraya menggendong putra bungsunya. Sedangkan suami mereka berdiri di kejauhan untuk membicarakan sesuatu.

"Ada berita terbaru?" Tanya Langit.

"Mau?" Tawar Kenzo menyodorkan rokok.

"Gue udah gak ngerokok sejak menikah, Mama mertua gimana?"

"Datang, mengancam akan menemui Kak Biru. Gue gak punya pilihan lain selain memberi apa yang diminta. Ini hanya sesaat, gue dan Jingga gak mau Kak Biru kenapa-napa. Setelah Kakak ipar melahirkan, gue akan stop dan menuntut Mama Mertua" jelas Kenzo.

Langit mengangguk mengerti, jadi itu alasan Mama mertuanya tak lagi mendekati Biru.

"Jingga tau tentang ini?"

"Tentu saja, gue tidak bisa menyembunyikan apapun dari dia Kak. Tidak ada rahasia diantara kami, makanya kami langgeng kan"

"Nyindir loe?"

"Sensi deh yang mau jadi Ayah. Kak, setelah punya anak nanti, Kak Biru bakal sibuk merawatnya. Mungkin dia tidak akan punya waktu untuk Kak Langit, mungkin dia juga akan jarang berdandan. Itu jika dia merawat bayinya sendiri, tapi Jingga tidak begitu, ada Kak Biru yang merawatnya. Jadi saran gue mending panggil baby sister"

"Iya deh yang anaknya dua. Kirim gue kontak baby sister tempat loe. Tapi loe mau sampai kapan tinggal disana? Gak bakal balik lagi?"

Kenzo meniupkan asap rokoknya ke langit-langit, ia juga khawatir tentang Jingga serta kedua anaknya. Kenzo akan tinggal di rumah kedua orangtuanya sampai putra nya berusia satu tahun, ia tak mau istrinya terbebani apapun. Langit tertawa lalu menepuk punggung adik iparnya itu. Mereka saling memandangi lalu tersenyum lebar.

Keduanya tak menyadari jika istri mereka memandangi mereka sejak tadi. Biru dan Jingga juga saling berpelukan sambil tertawa.

1
Rinjani Putri
hallo KK author salm knl ijin titip bintang dikaryamu yuk saling follow dan mendukung ya
Efi Ana
wah sahabat yg patut di buang ke laut ini nadin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!