NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Putri kecil ibu

Wu Li Mei menatap wajah damai sang putri sendu, setelah mimisan dan sakit kepala hebat, Putri Xie Ling tidak sadarkan diri.

"Anda bisa kembali ke paviliun anda, Yang Mulia. Hari sudah petang." ujar Dayang Hong.

"Lalu, Xiao Xie?"

"Saya dan para dayang akan menjaganya, ini sudah.....biasa terjadi."

"Tak apa, aku akan tinggal lebih lama, aku ingin menunggu sampai Xiao Xie bangun." ujar Wu Li Mei, wanita itu duduk tepat di samping anak perempuan cantik yang masih setia menutup matanya, menggenggam tangan kecil itu seolah memberikan kekuatan. Hatinya teriris, sebagai seorang ibu, siapa yang tidak bersedih hati melihat anaknya sakit parah. Li Mei menyentuh pipi Xie Ling dengan sangat hati-hati, lalu mengusapnya perlahan. Wajah cantik yang selalu pucat tanpa binar cahaya. Sang selir kembali memeriksa denyut nadi putri kecil itu untuk memastikannya masih ada harapan.

"Tolong berikan lebih banyak penghangat di ruangan ini." titah Wu Li Mei.

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei menatap Tabib Zhong, tanpa melepas tautan tangannya. "Apa yang terjadi pada Xiao Xie?" tanyanya.

Tabib Zhong menggeleng, "Maaf, saya juga belum menemukan jawaban, Yang Mulia."

"Putri sudah seperti ini sejak lahir, Yang Mulia." tambah Dayang Hong.

Wu Li Mei melepas genggaman tangannya, menaikkan selimut hingga sebatas dada Xie Ling, dan mengecup puncak kepala sang putri singkat. Wanita itu beranjak menghampiri Dayang Yi, Dayang Hong, dan Tabib Zhong yang berdiri tak jauh dari mereka. Juga beberapa dayang lain yang berjaga.

"Gejala seperti apa yang terjadi, ceritakan padaku?"

Tabib Zhong menerawang, "Putri sering deman tinggi, ruam, otot lemas, dan mengeluh sakit kepala. Dulu, Putri pernah kejang-kejang, muntah, hingga tidak sadarkan diri, Yang Mulia."

"Ini sudah berlangsung lama, Yang Mulia. Sejak putri masih kecil." tambah Dayang Hong, wanita itu tahu benar keadaan Xie Ling karena telah mengurusnya sejak lama.

Tabib Zhong mengangguk, "Saya sudah memberikan semua herbal terbaik yang dimiliki negeri ini, tapi tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Obat yang saya berikan hanya membuatnya tetap bertahan." jelasnya.

"Putri selalu pucat, lesuh, dan tidak bersemangat, Yang Mulia." Dayang Hong menatap sendu Xie Ling yang tengah berbaring. "Putri selalu mengeluh sakit kepala."

Wu Li Mei mendengar dengan seksama penuturan Tabib Zhong dan Dayang Hong, mereka orang terdekat yang mengetahui pasti penyakit Xie Ling. Jika disimpulkan dari sudut pandang Dokter Risa, ia menduga ini adalah tumor otak atau mungkin meningitis. Tapi, untuk mendiagnosis pun harus melalui test medis. Dan inilah kesulitan yang ia hadapi, tidak ada radiografi, biopsi atau semacamnya di sini. Keterbatasan pengetahuan dalam bidang kesehatan membuat putri kecil ini harus terus menderita. Ingin rasanya Risa kembali ke zamannya dan membawa Xie Ling, untuk menjadi salah satu pasien kecilnya. Lagi-lagi, Risa merutuki Jessy yang memberikan kisah semenyedihkan ini untuk Zhou Xie Ling.

Wu Li Mei menatap ke luar paviliun, sepertinya hari memang sudah beranjak malam. "Baiklah, aku akan kembali ke paviliunku. Tolong jaga Xiao Xie ku, Dayang Hong, Tabib Zhong."

Wu Li Mei bangkit, ia bergegas kembali ke paviliunnya untuk mandi dan mempersiapkan sesuatu sebelum kembali menjaga Putri Xie Ling.

"Dayang Yi, aku ingin memasak bubur untuk Xiao Xie. Tolong bantu aku bersiap."

...****************...

Panglima Hong menghadap sang kaisar untuk menyampaikan hasil dari tugasnya, ya, sang panglima ditugaskan untuk mengawasi gerak-gerik Selir Agung Wu Li Mei selama Kaisar Zhou pergi untuk mengatasi masalah kekeringan di negeri timur. Dan sore ini, kaisar baru saja tiba di istana.

"Salam, Yang Mulia. Semoga kaisar hidup seribu tahun."

"Bangkitlah!" titah Kaisar Zhou. "Katakan padaku!"

Panglima Hao bangkit, menatap sang kaisar. "Beberapa hari ini Yang Mulia Selir benar-benar sangat berbeda, beliau menjadi lebih lembut kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan hari ini, beliau tersenyum dan bersikap baik kepada Putri Xie Ling, selayaknya seorang ibu."

"Siang tadi, Putri Xie Ling mimisan dan Yang Mulia Selir begitu panik, beliau menggendong putri menuju paviliunnya, bahkan ia masih disana hingga sekarang.

"Xie Ling kembali sakit?"

Panglima Hao mengangguk, "Iya, Yang Mulia."

"Kasim Hao!"

"Iya, Yang Mulia."

"Aku akan mengunjungi Putri Xie Ling, siapkan tandu." titah kaisar.

"Tapi, anda baru tiba dari perjalanan yang melelahkan Yang Mulia, tidakkah anda ingin membersihkan tubuh terlebih dahulu?"

Kaisar mengangguk, "Itu ide yang bagus, segera siapkan air, aku ingin berendam karena tubuhku sudah sangat lengket." ujarnya berubah pikiran.

Kaisar Zhou pergi menuju paviliunnya, diikuti Kasim Hao, dayang-dayang, dan beberapa kasim lainnya.

"Salam, Yang Mulia Kaisar." sapa Permaisuri Yang, ia bergegas menuju paviliun raja saat mendengar kabar bahwa Kaisar Zhou telah kembali.

"Bangkitlah." titah kaisar.

"Bagaimana perjalanan anda, Yang Mulia?" tanya Permaisuri Yang, mengikuti langkah kaisar menuju kediamannya.

"Yaa, cukup melelahkan."

"Apa negeri timur sudah mendapatkan air kembali?"

Kaisar mengangguk, "Belum sebanyak negeri yang lain, tapi itu cukup untuk pertanian dan kebutuhan penduduk."

Permaisuri Yang Jia Li mengangguk-angguk, sedikit ia mendengar bahwa negeri timur sedang dilanda kekeringan. Negeri timur adalah tanah kelahirannya yang indah dan menawan, banyak perbukitan kapur dan lahan pertanian, Yang Jia Li turut merasa sedih saat negeri itu sekarang dilanda kesusahan.

Yang Jia Li menatap ke langit, bulan dan bintang tampak bertabur indah di cakrawala. "Wahai, Yang Mulia, lihatlah!" Permaisuri itu menunjuk ke arah langit.

Mengikuti arah pandang Jia Li, kaisar tersenyum. "Sangat cantik."

Yang Jia Li terpaku dan merona seketika, "Terima kasih." ujarnya malu-malu.

"Maksudku.... bulan itu!" tunjuk Kaisar Zhou pada bulan purnama.

"Ah ya," Yang Jia Li merasa sedikit kecewa, pipinya sudah merah hingga ke telinga. Antara kecewa dan malu. "Tentu saja bulan itu."

Sampai di depan paviliun raja, Kaisar Zhou berhenti sejenak. "Beristirahatlah, Permaisuri Yang."

Permaisuri Yang mengangguk, "Bolehkan saya beristirahat malam ini dengan anda?" ujarnya penuh harap.

Kaisar mengangguk kaku, "Ya, nanti, nanti aku akan mengunjungimu."

Yang Jia Li tersenyum cerah. Berbanding terbalik dengan Kaisar Zhou yang memaksakan bibirnya untuk melengkung, sejujurnya sang kaisar sangat jarang menghabiskan malam bersama permaisuri atau selirnya. Ia hanya akan berkunjung sesekali, lalu kembali ke paviliunnya. Sampai-sampai, Ibu Suri harus mati-matian memaksanya bermalam dengan alasan kekaisaran butuh penerus.

...****************...

"Apa Xiao Xie belum tersadar?" tanya Wu Li Mei, wanita itu kembali ke kediaman sang putri. Sang selir tampak menawan dengan hanfu putih bermotif burung bangau.

Dayang Hong mengangguk, "Sudah, Yang Mulia, tapi putri tidak mau makan apapun sejak bangun. Saya khawatir, putri kembali sakit."

"Xiao Xie ada di kamarnya?"

"Iya, Yang Mulia. Putri memilih untuk kembali tidur."

Wu Li Mei mengangguk, "Baiklah, kau boleh pergi Dayang Hong, beristirahatlah barang sejenak. Malam ini, aku akan menjaga Xiao Xie."

"Tapi, Yang Mulia."

"Tak apa, masih ada beberapa dayang disini. Mereka bisa bergantian denganmu esok hari." titah Wu Li Mei.

Dayang Hong mengangguk, "Baik, terima kasih, Yang Mulia."

"Dayang Yi, tolong siapkan bubur untuk Putri Xie Ling."

"Baik, Yang Mulia."

Wu Li Mei memasuki kamar Xie Ling setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali, tapi tidak ada jawaban. Sang selir melangkah dengan tenang, menuju seorang gadis kecil yang meringkuk di ranjangnya.

Wu Li Mei duduk di tepi ranjang, tangannya terulur membelai surai sang putri. "Xiao Xie, apa kau sudah tidur sayang?" tanyanya pelan.

Meskipun dengan pencahayaan yang temaram, Wu Li Mei bisa melihat dengan jelas peluh yang membanjiri pelipis Xie Ling. Sang selir menyekanya dengan sapu tangan di hanfu putihnya, lalu ia kembali mengusap surai Xie Ling, berharap rasa sakit itu bisa berpindah ke tubuhnya saja. Wu Li Mei terus menemani Putri Xie Ling, selayaknya seorang ibu, ia setia menjaga sang putri sambil terus menggumankan doa, agar para dewa mendengar rintihan gadis kecilnya yang kesakitan ini.

"Yang Mulia." Dayang Yi datang dengan semangkuk bubur putih, beberapa lauk, dan air minum.

"Letakkan disitu saja, Dayang Yi." ujar Wu Li Mei tanpa menoleh.

"Baik, Yang Mulia."

"Terima kasih." ucap sang selir tulus.

Merasakan usapan halus di puncak kepalanya, Zhou Xie Ling membuka kelopak matanya perlahan. "Ibu." lirihnya.

"Iya sayang, ini ibu." Wu Li Mei tersenyum hangat. "Apa kau lapar? Ibu membuatkan bubur spesial untukmu."

"Se.. spe.. sia... apa?" Xie Ling ngeryit bingung.

"Ah!" Wu Li Mei melirik ke kanan dan kiri. "Istimewa sayang, bubur istimewa. Bangunlah, ibu akan menyuapimu."

Wu Li Mei membantu sang putri untuk duduk, membawa tubuh ringkih itu bersandar di kepala ranjang. Wanita itu meraih semangkuk bubur buatannya, dan dengan telaten menyuapkan satu demi satu sendok untuk Xie Ling.

Di suapan ke lima, Zhou Xie Ling memilih menyerah, ia sangat bahagia disuapi oleh sang ibu. Tapi, rasa mual kembali mengalahkannya.

"Aku tidak mau, Ibu." tolaknya saat Wu Li Mei memberikan semangkuk cairan berwarna hitam yang ia kenali, obat pahit dari Tabib Zhong. Gadis kecil itu terus menggeleng dan menunduk, takut jika Wu Li Mei akan memarahinya.

Tapi, alih-alih marah. Li Mei justru tersenyum. "Kemarilah sayang." pintanya.

Zhou Xie Ling mendongak, menatap sang ibu sambil mengerutkan kening. Apa sang ibu akan kembali memarahinya? Tapi ia salah, Wu Li Mei justru merengkuh tubuhnya, menguncinya dalam sebuah dekapan hangat.

"Kau tahu, semua obat itu selalu pahit dan tidak enak." tuturnya.

"Tapi, itu bisa membuatmu lebih baik."

"Ibu ingin kau meminum obat dari Tabib Zhong untuk membuatmu tetap sehat."

"Ibu akan bersedih jika kau terus merasa sakit."

Wu Li Mei mengurai pelukannya, kembali membelai puncak kepala Xie Ling sambil tersenyum. "Ibu ingin kau menemani ibu memetik beberapa bunga peony di dekat danau timur, maukah, kau menemaniku?"

Xie Ling dengan cepat mengangguk, "Ya, tentu aku mau ibu."

"Baiklah kalau begitu, sekarang minum obatmu agar kau lekas membaik."

Wu Li Mei meraih kembali mangkuk herbal untuk Putri Xie Ling, syukurlah gadis itu mau meskipun harus pelan-pelan.

Wu Li Mei berbaring di ranjang, menarik sang putri agar mendekat ke arahnya, lalu kembali memberikan pelukan hangat. "Tidurlah, ibu akan memelukmu sepanjang malam."

Putri Xie tersenyum cerah, melingkari pinggang sang ibu dengan tangannya. Aroma tubuh, senandung, dan usapan di punggungnya, berhasil membuat anak itu nyaman dan tak lama kembali tertidur.

"Selamat tidur, putri kecil ibu."

Seseorang dari balik pintu menyunggingkan senyum tipis melihat interaksi ibu dan anak yang begitu menyentuh.

"Menarik."

1
Retno Nining
Luar biasa
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
Anonymous
ok
Win Wiwin
kisah pngeran dan putri thor lanjut
Juliatni andiani Andiani
Luar biasa
Theresia Sri
lanjut tor
Rini Puspitayani
seperti disinetron kisahx kalah mulu engga asik
missyy
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!