Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 31. Nasehat Sita
Hayooo udah 3 Bab nih, jangan lupa sawerannya ya hihihi. Biar othor semangat begadangnya. Happy reading reading readaers. Terimakasih. Matursuwun sanget
...****************...
Hari yang ditunggu ketiga remaja kembar itu pun tiba. Mereka dari siang sudah bersiap dan mempacking barang bawaan mereka ke tas carrier milik mereka masing masing.
" An.. Kok mukena bajunya dibawa?"
" Entah kak. Ana pengen bawa aja. Ya siapa tahu di sana ada gadis desa yang cantik cocok buat abang. Langsung kasihin aja buat seserahan hahahah."
Akhza hanya menggeleng pelan mendengar penuturan si bungsu.
" Oke.. Semuanya sudah?" Teriak Abra
" Siip…..!"
Akhza dan Ana mengacungkan jempol mereka. Ketiga nya pun menuruni tangga. Di bawah sudah disambut senyuman mommy dan ayah mereka.
" Kok ayah sama mommy nggak ada khawatir khawatirnya gitu ya sama kita."
" Iya kak… kan ini pertama kita pergi jauh ya…."
Akhza dan Abra berbicara dengan berbisik bisik. Ketiganya pun benar benar terlihat seperti hendak melakukan pendakian.
" Waah melihat kalian begini ayah jadi inget jaman masih muda. Dulu ayah sering banget naik gunung sama temen temen ayah. Sampai kita bikin agen trip and tour."
" Bukannya ARJ Adventure itu ya mas."
Rama mengangguk, ia benar benar teringat akan kegiatan masa mudanya bersama teman temannya.
" Baiklah… Apa kalian siap?"
" Siap…."
Rama dan Sita mengantarkan triplet ke terminal bus untuk menaiki bus yang sudah di pesan mereka. Ketiganya terlihat antusias sekali. Ini lah kali pertama perjalanan mereka sendiri.
" Baiklah… hati hati ya. Ingat… di daerah orang selalu jaga sopan santun. Ingat selalu pepatah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung."
" Iya mom."
" Jangan mudah percaya sama orang tapi juga jangan selalu curiga. Bersikap waspada dan selalu bersikap baik."
" Ya yah…"
Ketiganya bergantian mencium tangan kedua orang tuanya. Bus yang mereka pesan sudah datang. Ketiganya langsung naik setelah menaruh carrier mereka di bagasi.
Sita melambaikan tangannya sambil tersenyum. Jujur dalam hatinya sungguh khawatir. Namun rangkulan tangan Rama membuat wanita yang hampir berusia setengah abad itu menjadi tenang.
" Baiklah mari kita pulang dan beraktivitas dengan bebas."
" Aktivitas apa mas?"
" Aktivitas ranjang…."
" Ya Allaah mas. Umur kita sudah setengah abad. Kamu masih saja tetap mesum."
" Umur boleh banyak tapi junior tetap masih kuat berjaya. Ayolah aku sudah tidak sabar sampai ke rumah. Mumpung anak anak tidak ada di rumah."
Sita terkekeh geli melihat kelakuan sang suami yang menurutnya masih sama dan tidak berubah dari dulu. Namun ia bersyukur, Rama adalah sosok suami yang luar bisa untuknya hingga usia pernikahan mereka 20 tahun lebih ini.
🍀🍀🍀
2 hari setelah insiden pemukulan Kiran oleh Rio sekelompok petugas kepolisian mendatangi kampung Kiran. Mereka berjalan menuju rumah milik Martiyah. Hari itu adalah hari Jumat sore.
Beberapa tetangga tampak keluar rumah untuk melihat siapa yang akan dibawa ke kantor polisi.
Tok….tok….tok…
Dari dalam rumah Martiyah beserta suami dan anak anak nya sedikit terkejut. Di luar memang terdengar sedikit ramai. Tapi mereka tidak menyangka bahwa rumah mereka lah yang didatangi.
Martiyah berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan. Wanita paruh baya itu membelalakkan matanya bahkan tubuhnya menjadi limbung dan hampir terjatuh.
" Ono opo buk."
Subagio menghampiri sang istri. Ia pun sungguh terkejut di depan rumahnya terdapat petugas polisi.
" Selamat sore, apa benar ini adalah kediaman saudara Rio Haryadi?"
" Be-benar pak. Tapi ada apa ya."
" Kami membawa surat perintah penangkapan terhadap saudara Rio Haryadi atas kasus pemukulan terhadap saudari Kirana Adzakia."
Glek….
Martiyah dan Subagio menelan Saliva nya kasar. Mereka tidak percaya Rio melakukan hal tersebut. Meskipun Martiyah membenci Kiran namun tidak pernah terbesit sedikitpun untuk mencelakai keponakannya itu.
" Tidak… tidak mungkin Rio melakukan hal tersebut. Ini pasti salah. Ini fitnah."
" Silahkan ikut ke kantor untuk menjelaskan lebih lanjut. Kalian berdua masuk dan bawa saudara Rio ikut ke kantor."
Brak… klontang….
Mendengar dirinya hendak digelandang ke kantor polisi Rio pun berlari keluar melalui pintu belakang.
" Ndan…. Tersangka kabur."
" Kejar."
Tak...tak...tak...buk...buk...buk….
4 orang polisi mengejar Rio dengan sekuat tenaga. Rio yang sempat jadi atlet lari saat masih sekolah menengah atas itu mampu berlari begitu kencang sehingga membuat petugas kesulitanengejar.
" Hah… hah...Sialan… dasar brengsek hah … semua gara gara gadis itu…. Hah… hah... Tau gitu hah...aku habisi sekalian nyawanya…. Hah...hah…"
Rio bergumam di sela sela nafasnya yang tersengal. Berkali kali pria itu melihat ke belakang memastikan polisi tidak lagi mengejarnya.
" Hahaha dasar lemah. Masa kayak gini aja mereka nggak iso nguyak (ngejar)."
Bruk….
Rio terpental saat tubuhnya menabrak sesuatu. Ia pun segera bangkit namun kerah bajunya dicengkeram oleh seseorang.
" Bajingan sopo koe…."
Bugh… bugh...bugh…
Rio mendapatkan bogem mentah di kedua pipi nya. Darah segar pun keluar dari mulutnya.
" Jangan bermimpi bisa kabur dari hukuman mu brother."
" Bule sialan.. Semua ini pasti kau yang mengaturnya."
Kai tersenyum sinis, ia pun segera mencekal kedua tangan Rio di belakang tubuhnya agar pria tersebut tidak kabur.
" Tentu saja, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyentuh istriku. Dan aku pastikan kau akan lama mendekam di balik jeruji besi. Terlebih aku tahu pelanggaran hukum yang kau lakukan."
Rio sungguh terkejut dengan ucapan Kai. Ia sedikit panik tapi ia mencoba menenangkan dirinya, " Tidak mungkin… tidak mungkin bule sialan ini tahu. Ya tidak mungkin."
Kai menyeringai melihat ekspresi ketakutan Rio.
" Hahahaha, tidak perlu takut. Mungkin jika kamu mengakui semuanya hukuman mu akan lebih ringan."
" Mengaku… mengaku apa. Jangan mengada ngada."
" Hahaha… Rio Haryadi adalah anggota dari sindikat curanmor di kota M dan sekitarnya. Berlaku sebagai eksekutor dan juga penadah. Aku rasa polisi akan suka dengan tangkapan besar ini."
5 orang polisi mendatangi Kai dan Rio. Mereka mengucapkan terimakasih kepada Kai karena berhasil menangkap Rio.
" Terimakasih saudara Kai, kami akan segera memprosesnya."
" Baik pak, saya tidak perlu ikut kan?"
" Tidak… tidak perlu. Kami sudah cukup menerima laporan dari anda."
Dua orang polisi langsung mengambil ali Rio dari Kai. Rio menggertakkan gigi giginya hingga terdengar.
" Awas kau bule sialan… Aku akan membalas mu."
" Butuh waktu seratus tahun untuk kau bisa membalas ku."
Kai tersenyum puas. Ia pun melambaikan tangannya ke arah Rio pergi.
Sedangkan di rumah Martiyah, wanita paruh baya itu menangis histeris. Semua tetangga menonton kejadian penangkapan tersebut. Mereka mengatakan apa yang terjadi pada Rio adalah karma yang di dapat Martiyah karena telah berbuat dzolim kepada Kiran.
" Sukur… rasakno… kui akibate dzolim sama ponakan nya sendiri."
" Iyo mbak… wong jadi bude kok yo tega… kejam sama ponakannya."
" Biar tahu rasa… kapok…"
Riati geram dengan ucapan ucapan warga, sedangkan Subagio lebih memilih membawa Martiyah masuk ke kamar.
" Cukup… kalian bukane bersimpati malah ngatain."
" Hahahah Ria… Ria… kamu kok ngajari kami untuk simpati. Lha wong kamu ki lho bulek mu meninggal saja kamu nggak kelihatan di rumah maupun di pemakaman. Dan ibumu dengan tego ne mengusir adik sepupumu seko omahe dewe."
" Betul… jadi jangan ngajari kami untuk simpati. Kamu tahu siapa yang benar benar harus diberikan rasa simpati. Dasar keluarga serakah."
Brak….
Riati segera menutup pintu rumah. Telinganya sungguh merasa panas mendengar ucapan ucapan warga tersebut.
" Ya Ampun, andai aku yang dilaporkan untuk kasus kemarin pasti aku akan lebih malu lagi. Bule itu benar benar tidak bisa ditebak. Aku tidak boleh cari masalah sama Kiran. Dan aku harus kasih tahu ibu."
Riati berjalan cepat masuk ke dalam dan ingin menemui sang ibu. Ia punya ide untuk membebaskan Rio.
TBC