"Pergi kamu dari rumah" Usir Bianca, ibu tiri Sarah. Begitulah, Sarah terpaksa pergi dari rumah sendiri. Bukan hanya Bianca yang kejam, tetapi adik tiri Sarah pun selalu mengganggu hubungan percintaan Sarah dengan Rafi sang guru SMK di sekolah.
Di tengah perjalanan, Sarah bertemu dengan gadis tengil yang bernama Salma. Wajah Sarah dengan Salma mempunyai kemiripan 100 persen. Namun, jika Sarah wajahnya glowing, Salma berwajah kusam.
Rupanya, Salma pun kabur dari rumah lantaran menolak ketika dipaksa menikah dengan guru matematika yang bernama Haris. Salma lantas mempunyai ide gila, mengajak Sarah tukar tempat. Tukar tempat, itu artinya Sarah sudah siap menggantikan Salma menikah dengan Haris.
"Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cintaku Ditukar Siswi Kembar. Bab 33
"Salma... loe ada titipan," Kata teman satu kelas Sarah yang bernama Irfan berjalan tergesa-gesa ke meja Sarah.
"Titipan?" Sarah bingung.
"Pak Haris titip buku ini, katanya punya loe ketinggalan di atas motor," Jawab Irfan seperti yang di tuturkan pak Haris kepada Irfan.
"Oh iya, terimakasih Fan..." Tidak mau banyak bicara, Sarah menerima buku tiga mata pelajaran yang memang dia perlukan. Sebab, tadi malam tidak tidur di rumah Haris. Tetapi rupanya Haris sengaja menyiapkan untuknya.
"Sama-sama," Irfan pun segera pergi. Sementara Sarah memandangi buku tersebut.
"Pak Haris... kenapa Bapak selalu memperhatikan aku seperti ini," batin Sarah, bingung entah harus bagaimana bersikap kepada gurunya itu. Jujur, Sarah mulai kagum dengan kepribadian pak Haris. Hanya tersenyum khas dari bibir pria yang berbeda tujuh tahun darinya itu ketika Sarah selalu berkata ketus. Bahkan, tidak jarang memaki-makinya. Walaupun di awal pak Haris sempat marah-marah kepadanya, tetapi jika menyangkut pelajaran saja. Namun, mengapa hati Sarah tidak mau berpaling dari Rafi yang masih penuh mengisi ruang hatinya.
Lalu bagaimana pula jika yang dikatakan Salma bahwa Haris adalah suaminya itu benar? Batin Sarah berkecamuk. "Tidak mungkin" Sarah menepis semua itu. Sarah masih sedikit berburuk sangka kepada Salma. Bisa jadi, Salma mengatakan itu hanya karena dia ingin memiliki Rafi. Padahal Sarah memlih persahabatan itu utuh, dan Salma tidak harus berbohong.
"Salma... ini gue bawain cilok untuk loe," Hani yang baru tiba dari kantin mencari sarapan, membawa dua mika cilok. Satu untuknya dan satu lagi untuk Sarah.
"Terimakasih" Ucap Sarah, kemudian mengisi perut di dalam kelas, karena Sarah memang belum sarapan.
***************
Siang harinya pulang sekolah, Sarah lagi-lagi tidak pulang ke rumah, melainkan ke kediaman Asyima. Sarah ingin bertemu bibi, mungkin saja menyaksikan saat ijab kabul ketika itu. Mengapa bibi? Karena ketika ijab sedang berlangsung, Asyima ada bersamanya di dalam kamar.
Setelah menekan bel, tidak lama kemudian orang yang Sarah cari muncul membuka pintu.
"Non Salma..." sambut bibi.
"Iya Bi, saya ganti baju dulu, nanti bibi menyusul ke kamar ya, ada yang ingin saya tanyakan"
"Baik Non, tetapi Non Salma makan dulu ya" Bibi bermaksud membawakan makan siang ke kamar.
"Nanti saja Bi, saya ambil sendiri," pungkas Sarah tidak enak hati dilayani seperti itu. Padahal dirinya bukan Salma anak desainer yang sudah mempunyai cabang butik di mana-mana. Hanya anak orang biasa dan menikmati kekayaan sesaat milik Salma.
Dan sialnya, Salma justru pergi. Mau tak mau Sarah harus menghadapi masalah ini sendiri. Malam ini Sarah rencana akan menginap dan menceritakan semua apa yang sudah dia buat dan membuka jati dirinya. Sarah juga akan bercerita jika Salma pergi, dalam hal ini hanya mama Salma yang bisa mencari keberadaan Salma.
Sarah langsung saja naik tangga ke kamar Salma. Ia menukar baju seragamnya dengan baju santai setelah ke kamar mandi.
Mendengar langkah kaki masuk ke kamar, rupanya bibi sambil membawakan segelas air.
"Minumnya Non" Bibi meletakkan di atas meja, kemudian hendak menghubungi Asyima tetapi Sarah melarang.
"Bi, waktu aku menikah satu bulan yang lalu, apakah bibi mendengar ijab kabul yang di ucapkan Haris?" Selidik Sarah. Untuk mencari kebenarannya, memastikan bahwa ucapan Salma tidaklah benar.
"Jelas saya mendengar Non"
"Nama siapa yang di sebut Haris Bi?" Tanya Sarah memburu sudah tidak sabar mendengarnya.
"Non Salma ini ada-ada saja, Den Haris kan menikah dengan Nona. Ya jelas nama Non Salma yang disebut" Bibi terkikik mendengar pertanyaan Sarah.
"Tapi, kalau Non Salma mau mendengarkan saya ada video nya Non," Belum dijawab Sarah, bibi pun langsung ngribrit ke luar kamar. Tidak lama kemudian kembali membawa handphone miliknya yang sudah retak-retak memberikan kepada Sarah dalam keadaan sudah menyala.
"Terimakasih Bi" Sarah menonton video detik-detik ijab kabul wajahnya seketika pucat.
Prak!
Tangan Sarah gemetaran, handphone bibi yang dia pegang pun jatuh di lantai hingga kaca yang sudah terbelah pun hancur.
"Ada apa Non?" Bibi bingung memandangi handphone miliknya. Padahal mau diservis saja, tukang servisnya sudah tidak berani mengerjakan lantaran rusaknya sudah sampai dalam. Tetapi sekarang pencah, bahkan hancur.
Bukan hanya itu saja yang menjadi perhatian bibi, tidak lama handphone pecah, Sarah pun tersungkur ke lantai.
"Non... kenapa Non? Bangun Non..." Bibi kebingungan lalu mengangkat tubuh Sarah menidurkan di kasur.
"Non, eling Non" Bibi mengusap pipi Sarah. Disaat kepanikan terjadi, suara bel terdengar dari luar. Bibi bergegas membuka pintu sekaligus akan minta pertolongan.
"Den Haris... tolong Den..." Bibi terengah-engah, kebetulan Haris yang datang.
"Ada apa Bi?" Tanya Haris. Awalnya akan menanyakan keberadaan Sarah, karena tujuannya datang kesini mencari istrinya. Tetapi melihat bibi yang sedang panik hanya mengikuti ke lantai dua. Tentu saja deg degan lantaran bibi masuk ke kamar Sarah.
"Non Salma pingsan Den"
Tanpa menjawab, Haris mendekati ranjang istrinya. Dia singkirkan rambut Sarah yang menutup wajah, kemudian menggendongnya ke luar kamar.
"Saya mau membawa Salma ke dokter Bi, tolong pesan taksi ya" titah Haris. Tidak mungkin membawa Sarah ke rumah sakit menggunakan motor. Walaupun mempunyai mobil hadiah pernikahan dari Asyima, Sarah maupun Haris tidak berani menggunakan fasilitas tersebut. Karena keduanya merasa tidak mempunyai hak.
"Saya ikut Den" ucap bibi setelah mengetik nomor handphone milik Haris memesan taksi sekaligus menghubungi Asyima.
"Kenapa Salma sampai pingsan Bi?" Tanya Haris ketika taksi sudah berjalan.
Bibi menceritakan ketika Sarah menanyakan tentang pelaksanaan ijab kabul, tetapi setelah ditunjukkan video tersebut tiba-tiba saja pingsan.
"Mana video nya Bi" Haris terkejut tetapi tidak ditampakkan di depan bibi.
"Ya itu Den, hp butut saya pencah. Sudah tidak bisa digunakan lagi" tutur bibi.
Haris hanya bisa menarik napas panjang, siap tidak siap harus menghadapi kemarahan Sarah jika sudah siuman nanti.
***************
"Pak Haris jahat! Kelewatan!" Hardik Sarah. Dia pukul-pukul lengan kekar Haris ketika baru saja selesai diperiksa. Jelas Sarah tidak sakit apa-apa hanya syok setelah menerima kenyataan bahwa yang dinikahi Haris bukan Salma Haira. Tetapi Sarah Mahira Naira.
"Sarah... maafkan aku. Rupanya segitu bencinya kamu kepadaku. Apapun yang akan kamu lakukan, aku terima Sar" Lirih Haris kini pasrah, demi cintanya pada Sarah dia sampai berbuat curang. Dan pada akhirnya Sarah justru lebih membencinya.
"Jangan pernah temui saya lagi, saya akan menggugat cerai Bapak! Camkan itu!" Sarah pun berlari kencang meninggalkan Haris.
Haris hanya bisa memandangi Sarah dari belakang, mengajak bicara saat ini pun percuma. Dari rumah sakit, Haris memesan ojek pulang ke rumah.
...~Bersambung~...
terimakasih kembali author
ditunggu karya selanjutnya
iklan mendarat y kak