Arumi est belle Razade, namanya cukup panjang. Razade adalah nama belakang keluarga besar dari mama angkatnya yang berasal dari Bali. Ia sendiri dibuang ke Los Angeles, karena kelahirannya membuat keluarga Razade menanggung malu. Maklumlah, mereka orang kaya raya dan berkasta tinggi.
Di saat neneknya sudah tiada dan Covid sudah berlalu, Arumi dipaksa pulang ke Bali disaat mama angkatnya dikremasi. Alasannya karena ia punya kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai hak yang ia terima saat ini. Tidak ada kata menolak, itu tabu dan tidak punya adab. Dipungut dari bayi, dipelihara, disayang, disekoĺahin sampai bergelar S1 Tehnik Informatika.
Apakah patut membangkang?
Ia menyadari dan harus membalas budi. Walaupun ia kini yatim piatu di Bali, ia berusaha belajar dan menerima beban berat dari keluarga besar.
Disaat terpuruk dan menjadi cemohan keluarga papanya, ada seorang pemuda mengulurkan tangan, membantunya dan menjeratnya kedalam surga dan neraka dunia.
Hallo guys, happy reading.
*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DAYAN KOLE
Pak sopir tidak peduli, ia mengambil kursi roda dan mengangkat gadis itu ke kursi. Protes dari Arumi tidak dihiraukannya.
"Diam atau aku civm kamu di depan orang banyak." bisik laki-laku itu seraya mendorong Arumi ke tempat parkir.
Arumi terpaksa diam. Ia mangkel dengan sopir Taxi. Sumpah serapah terlontar dalam hatinya.
Sampai ditempat parkir Arumi langsung digendong dari kursi roda ke mobil.
"Duduk, diam, jangan bawel. Aku sudah baik hati demi dua puluh lima juta. Terimakasih ya."
"Dasar penipu."
"Kriiiigggg....kriiiggg..."
Arumi mengangkat hapenya, ia tahu ini nomer HRD. Ia memberi isyarat supaya sopir diam.
"Hallo selamat pagi."
"Kenapa kamu tidak datang ke hotel?"
"Maaf pak, aku tabrakan saya izin hari ini."
"Jangan banyak alasan, ini hari pertama kamu kerja. Kamu pikir ini hotel nenek moyangmu?"
"Oke, kalau bapak tidak percaya, aku videoin." jawab Arumi ketus.
Ia lalu mengambil gambar rumah sakit, tempat parkir.
"Videoin luka-lukaku."
"Beress..."
Arumi menyerahkan hapenya ke sopir Taxi.
"Aku bingung dengan laki-laki yang tidak punya empati, lebih baik aku tidak kerja daripada punya bos diktator."
"Sabar, dia belum kenal kamu, kalau sudah kenal, lain ceritanya." sahut sopir tersenyum penuh arti.
"Kamu tidak ingin tahu namaku?" tanya sopir cengengesan.
"Siapa namamu?"
"King Samudra."
"Waduhhhh...namamu serem. Tidak cocok jadi sopir Taxi." ucap Arumi menatap laki-laki itu.
Kalau sepintas King terlihat biasa saja. Baju, celana tidak bermerek. Tapi dibalik topi itu terlihat wajah yang ganteng. Mata hitam seperti burung elang. Keseluruhan King terlihat macho dan dewasa.
"Berapa umurmu?" tanya Arumi pongah."
"Umurku dua puluh delapan tahun, hehe.."
"Waktu ini kami bilang dua lima, bilang sekalian tiga puluh dua atau duda anak dua."
"Mana pernah aku mengatakan umurku dua lima."
"Makanya jangan pernah bohong padaku, nanti kamu bingung melanjutkan kebohonganmu. Aku tak peduli mau berapa umurmu, bagiku tidak ngaruh sama sekali."
"Orang aku tidak bohong." kilahnya sambil
melanjutkan mengambil gambar lutut kaki Arumi yang lecet.
Darah muda sopir berdesir saat matanya menelusuri rok mini Arumi. Ia tidak bisa menahan salivanya saat melihat p*ha yang mulus. Otaknya berselancar.
"Mana hape, aku share ke bos." pintanya.
Ia mengambil hapenya dan membagikan video ke bos HRD.
"Baru aku mau share ke hapeku."
"Untuk apa kamu punya video ku. Ayo kita pulang." ajak Arumi menyandarkan punggungnya ke jok mobil.
"Untuk nakut-nakuti tikus, haha..."
"Hahaha...." Arumi ikut tertawa garing. Sungguh tidak lucu.
Selang beberapa menit ada notif masuk. Arumi membuka aplikasi hijau.
"Cepat ke kantor, aku tunggu!!" chat dari manager HRD.
"Aku SAKIT..."
"Sampai kau tidak datang, aku cari kau ke rumah bibi."
"Oke, aku datang!!" tulisnya kesel.
"Antar aku ke hotel, ada manager tidak mau mengerti."
"Sabar aku antar, tapi sampai tempat parkir."
"Ya, cepat dikit.'
Taxi melaju dengan kecepatan sedang, lagu Mercy dari Maoli mengalun dari
Playlist mobil. Arumi sedikit terhibur.
Sepanjang jalan ia terdiam dan meringis kesakitan. King yang berusaha bercanda tidak di respon Arumi.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya King menoleh sepintas.
"Aku memikirkan bagaimana caranya men*nju mulutmu yang lemes."
"Hahaha...tinjulah, aku akan memelukmu dari belakang."
"Kau pikir aku manakin gampang dijamah, seenaknya saja ngomong."
Taxi sudah mendekati hotel tempat Arumi bekerja. Mobil memasuki area parkir yang luas, berada di belaka.ng hotel.
"Kamu tunggu disini, setiap lima belas menit, akan ada Shuttle menjemputmu." ucap King. Ia turun dan membuka pintu untuk Arumi.
"Kenapa kamu tidak langsung ke lobby hotel?"
"Tidak boleh, kecuali staff khusus." kilah King. Sebenarnya ia malas bertemu dengan warga Razade.
Arumi duduk di kursi tunggu, bergabung dengan staff yang lain. Ia merasa seluruh tubuĥnya kaku dan sakit.
"Maaf nona, aoakah nona staff hotel?" seorang pemuda mendekati Arumi.
"Ini hari pertama aku berkerja, agak terlambat, karena tadi tabrakan."
"Pantas terlihat kacau." ucap pemuda itu prihatin.
Di antara dua puluh orang penghuni Shuttle, hanya pemuda itu yang membantu Arumi dari naik ke mobil sampai di depan ruangan manager HRD.
"Terima kasih." ucap Arumi. Pemuda itu hanya mengangguk.
Setelah mengetuk pintu Arumi masuk ke dalam ruang. Betapa kagetnya ketika melihat managernya.
"Siang bos." sapa Arumi seraya duduk di sofa tamu. Ia berusaha bersikap biasa saja dan berusaha menyembunyikan kekagetannya.
"Kamu disini akan menjadi assisten ku." ucap Dayan Kole dingin.
"Apa aku tidak boleh pulang, kamu lihat aku lecet-lecet."
"Kau pikir aku bodoh, aku sudah menghubungi UGD yang kau kunjungi dan mereka mengatakan kau baik-baik saja." sinis suara Dayan.
"Ingat Arumi, disini kau bawahanku dan hotel memberi kamu upah. Jangan kau banyak alasan, hanya karena ingin pacaran dengan sopir Taxi."
"Siapa yang pacaran! Pak 0jol yang aku tumpangi menabrak motornya." pungkas Arumi dengan suara tinggi.
"Aku tidak peduli alasanmu, yang aku lihat kau bermesraan dengan sopir Taxi."
"Jangan memfitnah!!" kata Arumi setengah teriak.
Dayan Kole tidak banyak cakap, ia mengarahkan laptopnya ke Arumi. Barulah Arumi menyadari kalau video yang dikirim King sangat romantis.
Terlihat King menggendong Arumi ke mobil dan membuat video di mobil. Yang Arumi herankan ada orang ke tiga yang mengambil gambarnya dan mengirim kepada King.
"Siapkan materi untuk morning briefing besok."
"Besok selasa, biasanya senin."
"Tadi ditunda karena kamu tidak datang, kita sepakat besok. Banyak yang harus dijelaskan."
"Maksud bapak saya yang mimpin rapat ini?" tanya Arumi nervous.
"Siapa lagi, kamu adalah assisten saya. Belajarlah, jangan bekerja kalau tidak menguasai pekerjaan."
"Tolong ajarin saya, pak."
"Kalau mau kerja di hotel harus siap, tidak akan ada yang ngajarin. Jika tidak mampu bikin surat resign."
Arumi terdiam, tiba-tiba ia merasa kesal dengan Dayan Kole. Pria ini selalu menyudutkannya.
Sebagai anak angkat dari nyonya Sonya, Arumi tidak pernah berpikir, apakah ada saudara mamanya yang tidak senang atau suka padanya.
Dua kali bertemu dengan Dayan Kole membuat amarahnya membara. Dulu pernah ke Bali, tapi tidak ketemu Dayan. Ia kenal saat ogoh-ogoh.
Waktu temu saudara sangatlah sempit, dan pertemuan itu pun ketika ia liburan ke Bali beberapa tahun, sebelum Covid.
Jadi ia tidak begitu kenal dengan anak dari om Yoga dan om Wijaya. Ia sibuk berpikir dan menduga-duga tentang Dayan. Siapakah dia?
"Kerjakan surat-surat ini, setelah selesai masukan ke file pribadimu." ucap Dayan menyerahkan sebuat laptop.
"Oke, tapi kalau aku tidak mengerti tolong kasih tau. Masalahnya aku belum pernah bekerja di hotel."
"Belajar, ada google." sahut Dayan Kole menyerahkan sebuah buku panduan.
"Baca ini, kalau ada waktu senggang."
*****
gak di sangka cerita uda habisssss
Sayang nya kenpa anaknya ikutan meninggal yaa
Oke Kak Ay, sukses selalu, ditunggu karyamu selanjutnya
Jangan bilang dayan tergoda dgn wanita cantik itu
ea jelas di dalam kamar trus.....
yukkkk arumi ke pantai pandawa biar gak uring-uringan lagi...... ✈️
nty arumi pasti datang dan kembali pulang
Smoga aj King gak ngeereog lagi, biarlah Arumi bahagia bersama suaminya. Tinggal bikin perhitungan dgn Vina nih. Masa orang jahat dibiarkan begitu saja