Menjadi Ibu Untuk Keponakanku

Flora tersenyum menatap pantulan tubuhnya yang terbalut pakaian casual, di depan cermin. Setelah beberapa hari berkutat membuat kerangka penelitian, hari ini ia akan ke perusahaan keluarga yang dikelola oleh kakaknya untuk melakukan penelitian skripsinya.

Pandangannya lalu berpindah menatap fotonya bersama Fiona yang ada diatas meja rias, senyumnya perlahan memudar. Meski hari ini ia semangat untuk melakukan penelitian skripsi, namun tetap saja ada keresahan di hatinya.

"Semoga aku tidak mengecewakan kakak," lirihnya. Dari beberapa tahun mengemban ilmu di perguruan tinggi, hal yang paling mendebarkan bagi setiap mahasiswa adalah menempuh sidang skripsi.

Meski yakin penelitiannya hari ini akan berjalan lancar, karena objek yang menjadi tempat penelitiannya adalah perusahaan keluarganya sendiri serta orang yang akan ia wawancarai adalah sang kakak dan beberapa karyawan yang sudah cukup ia kenal. Belum tentu saat sidang skripsi nanti semuanya akan berjalan lancar.

Meski sudah merasa melakukan yang terbaik, adakalanya seorang mahasiswi tidak lulus sidang skripsi karena kesalahan yang mungkin tidak disadari, semisalnya kesalahan tata bahasa, gaya penulisan yang tidak konsisten, struktur penulisan yang tidak jelas, atau ketidakmampuan menyampaikan argumen dengan jelas sehingga dapat menghambat pemahaman penguji skripsi terhadap kontribusi penelitian atau temuan yang dihasilkan.

"Semangat Flo, kamu pasti bisa. Kamu harus buat Kakak-kakakmu dan keluargamu bangga padamu." Flora menyemangati dirinya sendiri. Senyumnya kembali merekah.

Yah, jika bukan dirinya sendiri yang memberi keyakinan pada dirinya, lalu siapa lagi? Keluarga sudah pasti memberi dukungan, namun bila diri sendiri tidak merasa yakin terhadap apa yang akan dilakukan, maka semuanya tidak akan bisa berjalan dengan lancar.

"Dan untuk kalian berdua, meski nanti Tante bukan istri Papa kalian lagi, tapi Tante tetap akan menjadi Mama kalian berdua." Ucapnya sembari menatap foto Azka dan Kia yang ia letakkan bersebelahan dengan fotonya bersama Fiona.

Tak dapat dipungkiri, hampir dua pekan sudah ia meninggalkan rumah Rangga, ia sangat merindukan dua keponakannya yang sudah menjadi anak sambungnya itu. Dalam dua pekan ini ia sama sekali belum pernah bertemu Azka, hanya bertemu dengan Kia dan itupun baru sekali sewaktu di rumah sakit.

"Tante kangen banget sama kalian berdua," diambilnya foto Kiara dan Azka, dicium lalu dipeluknya.

"Nanti setelah urusan Tante selesai, Tante akan ke sana menemui kalian berdua." Diciumnya sekali lagi foto tersebut kemudian meletakkan kembali di samping fotonya bersama Fiona.

"Flo, sudah selesai belum siap-siapnya? Jemputan kamu sudah datang tuh," teriak mama Zana sembari mengetuk pintu.

"Iya Ma, sudah selesai." Flora lalu dengan gesit mengambil tasnya yang berisi berkas untuk penelitiannya, lalu mengambil tongkat dan gegas melangkah menuju pintu. Ia tidak mau membuat orang yang ditugaskan oleh kakaknya menjemputnya menunggu terlalu lama.

"Yang jemput Aku siapa, Ma?" Tanya Flora setelah membuka pintu kamarnya. Semalam kakaknya hanya mengirimkan pesan singkat bahwa besok akan ada orang yang menjemputnya, namun sang kakak tidak mengatakan siapa orangnya.

"Ada di bawah nungguin, yuk buruan." Mama Zana enggan untuk memberitahu siapa orangnya, biar nanti Flora yang melihatnya sendiri siapa orangnya.

"Yang jemput cewek apa cowok, Ma?" Tanya Flora lagi setelah beberapa langkah berlalu dari depan kamarnya.

"Cowok," jawab mama Zana dengan singkat.

"Mama kenal orangnya gak?" Kembali Flora bertanya, jujur ia merasa sungkan sebenarnya harus pergi bersama orang suruhan kakaknya yang tidak ia kenal.

"Kenal banget,"

"Karyawan Kak Farzan pasti ya?" Sekali lagi Flora memastikannya.

"Kenapa sih detail banget nanyanya? Takut dibawa kabur ke tempat lain?" Mama Zana menoleh menatap putrinya dengan mata memicing.

"Ya enggak gitu, Ma. Cuma kan Mama tahu sendiri kalau aku itu...

"Iya Mama tahu, kamu itu gak nyaman deket-deket sama orang yang gak dikenal. Tapi orang yang jemput kamu sekarang sudah sering kok bepergian sama kamu, sering dua-duaan malah. Dan yang paling penting selalu buat kamu nyaman saat sama dia." Ucap mama Zana dengan begitu lancarnya.

Flora langsung bisa menebak siapa orang yang dimaksud oleh mamanya, ia pun diam dan tak lagi bertanya apapun. Hingga mereka sampai di lantai dasar, orang yang ditugaskan oleh Farzan untuk menjemputnya, menyambut kedatangannya dengan senyuman.

Siapa lagi kalau bukan Arkan, pria yang memiliki hubungan keluarga dengannya sekaligus juga adalah mantannya.

Namun, tak hanya ada Arkan. Di samping pria itu juga ada Rangga. Mama Zana mengerutkan keningnya menatap menantunya itu. Perasaannya, saat pergi untuk memanggil Flora, hanya ada Arkan seorang diri, namun setelah kembali bersama Flora sudah ada Rangga yang berdiri di samping Arkan.

Flora hanya diam dengan netra yang bergerak menatap secara bergantian dua pria yang ada dihadapannya. Tatapannya lalu terpaku pada Rangga. Kedatangan Arkan sudah jelas untuk menjemputnya, namun entah apa tujuan Rangga datang hari ini padahal sudah jelas hari itu Farzan sudah menekankan agar Rangga membebaskannya.