Pernikahan nya dengan seorang duda beranak dua,menyisakan luka yang setiap hari nya di rasakan oleh Fifian,,sang mantan istri yang selalu membayangi rumah tangga nya membuat sang suami tidak perhatian pada nya..Di tambah lagi pekerjaan yang selalu menyibukan diri nya..
Ketikan Fifian meminta cerai barulah Alexander sang suami menyadari akan kesalahan nya..
Akankah Fifian memaafkan Alexander..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dada_1407, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan
Kalau kamu tetap di sini dan melanjutkan percintaan kita, aku akan membatalkan gugatan cerai ini..!!" ucap Fifian..
Alex diam cukup lama,sedangkan Fifian menatap punggung suaminya dengan penuh harap.. Fifian berharap untuk kali ini saja suami nya mau memilih diri nya..
Alex berbalik badan,"Jangan menempatkan ku pada posisi sulit,bisa tolong mengerti keadaan, Febi masuk rumah sakit dan membutuhkan ku.."
"Memang nya aku gak butuh kamu,mas..??"
"Kita bisa melakukan nya nanti malam.."
"Bukan itu,bukan soal sexs..!!"
"Lalu apa,luka kan juga udah baik baik aja kan..?!"
Air mata nya sudah tak terbendung, Fifian pun segera tiduran dan menarik selimut hingga menutupi seluruh wajah nya agar air mata nya tak terlihat oleh suaminya.
"Fifian.."
"Pergilah. Kamu benar, Febi lebih membutuhkan diri mu.."
Alex benar-benar dilema. Sebenar nya dia juga tidak ingin pergi, tapi Febi membutuhkan nya. Kata dokter umur Febi tidak panjang Alex ingin membuat sahabat kecil nya itu bahagia di detik-detik terakhir dalam hidup nya.
"Aku akan segera pulang."
Alex pada akhirnya memilih pergi. Menutup pintu dan meninggalkan Fifian sendiri. Seketika itu tangis nya pecah. Fifian menangis sekeras mungkin.
Selama tiga tahun ini tak terhitung berapa kali dia menangis. Padahal dulu sebelum menikah, apapun masalah nya, apapun rintangan hidup nya, Fifian jarang menangis. Namun sekarang, hatinya jadi mudah terluka dan mudah menangis."Capek, aku capek, hiks," Fifian mencengkeram selimut dan terisak-isak.
***
sesampainya Alex di rumah sakit..
"Gimana keadaan Febi, Om?"
"Untunglah lukanya nggak parah."
"Syukurlah," Alex menghembuskan napas lega.
Bian pun mengangguk.
"Terima kasih ya Alex, kamu masih mau datang menjenguk Febi," ucap Rianti, mama Febi.
"Tante ngomong apa sih, tentu saja saya pasti datang."
"Seandainya kamu masihnmenjadi suami Febi, semua ini nggak akan terjadi."
Lalu Rianti menangis,sedih memikirkan nasib putrinya.
"Febi terlalu mencintai kamu dan tidak ingin membuat kamu susah, karena itu Febi pura-pura selingkuh agar kamu menceraikan nya. Dia mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan kamu. Febi perempuan yang sangat baik. Tapi pada akhirnya dia menderita sendiri."
Bian mengusap pundak istrinya, "Sudahlah, jangan menangis terus."
"Bagaimana aku nggak nangis, Pa. Anak kita hidup nya sangat menderita. Seandai nya bisa, aku ingin menggantikan posisi Febi.."
"Selama ada Alex penderitaan putri kita akan berkurang," Bian menatap alex dengan sorot mata penuh harap.
"Om titip putri Om ya, tolong beri dia kebahagiaan di sisa-sisa umur nya. Febi hanya ingin menghabiskan waktu bersama orang-orang yang dia sayangi, terutama kamu, Gina dan Gani.." ucap Bian mencoba meyakinkan Alex
"Iya, Om, saya akan menjaga Febi.."
"Terima kasih, ngomong-ngomong apa kamu masih mencintai Febi?" tanya Bian.
Alex terdiam.
Rianti menggenggam tangan Alex
"Tante tidak tau, apakah kamu masih mencintai Febi atau tidak, tapi satu hal yang Tante minta, tolong jaga dia ya, perlakukan dia dengan baik." pesan Rianti
"Iya, Tante."
"Ya sudah sana masuk, sudah dari tadi Febi menunggu kamu," ucap Bian sambil menepuk bahu Alex
"Iya, Om."
Alex tersenyum sekilas pada mantan ayah dan ibu mertua nya lalu masuk ke dalam ruang rawat Febi..
"Mas Alex," rengek Febi.
"Hai," Alex tersenyum dan duduk di kursi samping brankar.
"Gimana keadaan kamu?"
Febi ingin duduk dan dengan cekatan Alex membantunya duduk, tak lupa dia meletakkan dua bantal di belakang tubuh Febi agar posisi duduk nya lebih nyaman.
"Tangan aku sakit," Febi menunjukkan tangan nya yang diperban.
"Kok kamu bisa kecelakaan sih, lain kali hati-hati."
"Aku mau nyebrang, terus nggak tau ada motor."
"Motor? Perasaan tadi Om Bian bilang kamu keserempet mobil."
Febi pun tampak kegalagapan.Iya motornya menghindar, mobil di belakang nya yang jadinya nabrak aku."
"Oh gitu. Yaudah mulainsekarang kalau nyebrang harus liat kanan kiri dulu."
Iya, Mas."
Febi tersenyum, hati senang sekali Alex datang, nggak sia-sia usahanya menabrakkan diri. Untung saja lukanya nggak parah. Febi akan melakukan apapun untuk menarik perhatian Alex. Febi juga akan melakukan apapun agar mantan suami nya ini rujuk lagi dengan nya.
"Hari ini kamu bisa langsung pulang?"
Febi mengangguk, "Dokter bilang aku boleh pulang sore ini, tapi harus bedrest. SetelahnInfus ini habis aku bisa langsung pulang. Kamu mau anterin aku pulang kan?"
Alex diam sesaat. Dia kembali dilema, di sisi lain dia ingin segera pulang, takut kalau tiba-tiba Fifian kabur, tapi di satu sisi dia juga tidak tega meninggalkan Febi, Apalagi Alex sudah berjanji pada kedua orang tua Febi akan menjaga Febi selalu.
"Mas Alex" Febi menggenggam tangan Alex dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku nggak minta kamu temenin aku sampai malam atau menginap di rumah ku kok. Aku tau kamu sudah menikah dan kamu juga ingin menghabiskan waktu bersama Fifian. Aku mengerti posisiku hanya orang luar, aku sudah nggak berhak atas kamu. A-aku hiks."
Febi tak sanggup mengatakan apapun lagi, air matanya mengalir begitu saja.
"Ssttt jangan nangis ya," Alex menarik Febi dalam pelukannya.
"Maafkan aku, Mas. Aku sudah menyusahkan mu."
"Nggak. Kamu nggak menyusahkan ku. Kamu jangan berpikir yang berat-berat nanti kamu stress. Kamu harus happy supaya cepat sembuh. Ingat kan kata dokter kamu barus bahagia."
"Kebahagiaan ku hanya kamu. Aku selalu ingin dekat dengan kamu. Aku ingin kamu menemani ku dua puluh empat jam. Selain itu aku juga ingin bersama dengan anak-anak terus. Tapi aku nggak mau egois, aku juga memikirkan perasaan Fifian.. Karena itu aku nggak pernah nuntut kamu melakukan apapun untuk ku.Tapi kenapa Fifian sangat membenciku. Dia juga tau umurku nggak lama, tapi kenapa dia jahat banget nuduh aku pelakor."
"Nggak, kamu bukan pelakor. Kamu nggak usah dengerin apa kata Fifian. Dia sebenarnya baik, mungkin karena emosi dia jadi ngomong begitu."
Febi agak kesal dengan jawaban Alex yang mengatakan kalau Fifian itu sebenarnya baik. Tak apa, ini masih awal, Febi yakin bisa merebut hati Alex.. dan Alex akan kembali dalam pelukannya. Febi juga akan segera mendepak Fifian dari hidup Alex
***
waktu menunjukannJam sebelas siang, Fifian menjemput anak-anak ke sekolah. Selama enam bulan ini, tepat nya setelah Febi kembali, biasanya Febi yang menjemput anak-anak. Tapi karena Febi yang 'katanya' kecelakaan itu, jadinya Fifian yang datang ke sekolah.
"Kecelakaan beneran ternyata...tau rasa dia," gumam Fifian sambil melajukan mobil.
Fifian benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Febi.. Segitu besarnya keinginan untuk kembali pada Alex sampai dia berpura-pura sakit kanker bahkan pura-pura kecelakaan..
Padahal lagi seru-serunya🥺🥺