Menikahi Calon Papa

-Plakk...

Tamparan keras Raja yang menggema membuat Rega menunduk di depan seluruh keluarganya: Krystal, Kimmy, dan Raka yang kini memeluk istri kecil Rega di ranjang pasien.

Jiwa ayah yang hangat dari Mr. arogan sejenis Raka tak lekang. Tak dipungkiri meski begitu arogan, dari Queen sampai Raja, Raka ikut tampil, ikut rewel mendidik putra-putrinya hingga menjadi pribadi yang baik.

Raka juga ayah angkat yang hangat bagi Joon meski anak es batu itu milik Hyun Ki yang pernah menyembunyikan istri mudanya selama bertahun-tahun. Bisa diklaim; Raka figur seorang ayah yang berhasil.

Queen Kirana Rain meraih cita-cita dan cinta Dhyrga secara baik. Raja Kryska Rain pun terlalu mulus perjalanan cita-cita bahkan begitu manis lika liku cintanya bersama Kimmy Zoya.

Saat Joon menghamili Murni, Raka andil menjadi penengah yang padahal saat itu anak es batu tersebut dihardik Hyun dan Krystal sendiri. Dan yah, nyatanya mereka semua berakhir bahagia.

Semua keberhasilan itu tak lepas dari didikan, dan kasih sayang yang tercurah. Meski sibuk, Raka dan Krystal selalu sempat untuk menjadi tempat curhat kedua anak kandung dan satu anak angkatnya.

Namun tidak dengan Raja dan Kimmy, Queen dan Dhyrga yang terlalu asik pada masing masing kesuksesannya. Hampir semua anak mereka bermasalah, tidak terkecuali Rega.

Fasilitas yang dijadikan teman anak mereka, acuhnya figur ayah. Rega tumbuh dengan baik namun selalu saja berpikir bahwa dia hidup karena uang dan bersama uang.

Merasa memegang kendali karena kepintaran yang tidak semua orang punya. Nyatanya, cerdas tak membuat manusia pintar memilah rasa dan perilaku kemanusiaan.

"Kamu mau aku miskinkan?"

Raja telah berjanji akan menjamin keamanan menantunya. Dan sekarang, dia merasa gagal dan malu ketika mendapatkan informasi dari dokter pribadi keluarganya.

"Kamu memanfaatkan keluguan Anes? Kamu lupa berapa usia mu?" Raja mengangkat wajah Rega dengan sebelah tangannya.

"Mulai sekarang. Kau bisa cari yang lain. Wanita yang sesuai dengan kriteria mu, Papi tidak peduli. Asal ceraikan Vanessa."

Rega mengangkat wajahnya yang kemudian menegas. Bercerai? Sepertinya akan sulit untuk bisa melepaskan gadis yang bahkan sudah membuatnya gila dengan cemburunya.

"Ceraikan istri mu... Talak Anes bila perlu talak tiga, Rega." Raka ikut menimpali. Yang mana permintaan kakek dan ayahnya, sama sekali tak diinginkan Rega.

"Kenapa diam?" Kimmy menyeletuk sedang Krystal hanya dingin dan tenang seperti perangainya selama ini.

Rega bergeming lebih kaku, berat rasanya mulut untuk bicara. Bercerai, tidak, tidak mungkin dan ini bukan kemauannya.

Daripada terus dicecar untuk menalak gadis yang masih menangis di pelukan kakeknya, Rega lebih memilih keluar dari kamar pasien istri kecilnya.

-Bugh....

Bogem mentah mendarat tiba-tiba di wajahnya. Arjuna melayangkan tinju geramnya seketika, membuat Rega reflek mengusap ujung bibirnya.

"Ceraikan Anes, Bangsat!" Arjuna takkan bisa tenang jika putri yang dia besarkan tanpa sosok istri tersakiti. Silahkan ambil seluruh hartanya, asal Vanessa aman bersamanya.

"Kamu gila, Rega!" Hilda juga datang memukul lengan, dada, punggung, semua bagian tubuh Rega yang bisa dijangkau olehnya. "Aku yang salah, bukan Anes! Sudah ku bilang jangan jadi bajingan!" histerisnya.

"Argh!" Rega berteriak sepuasnya, menepis Hilda lalu terduduk lemas sambil meremas rambut dengan kedua tangannya. Dia juga frustrasi, percayalah, bahkan lebih frustrasi dari siapa pun.

"Aku mau bawa Anes pulang! Kau ceraikan dia, kau boleh ambil perusahaan ku kalau kau mau! Jangan lagi sentuh putriku!" dekrit Arjuna.

"Aku KHILAF!" sergah Rega. "Vanessa punya kekasih...," lirihnya.

"Hanya karena itu?" Arjuna terkekeh samar.

"HANYA, kau bilang?" Rega menggeleng pada Arjuna. "Kau tahu, bahkan rasanya hampir gila memikirkannya saja!" lanjutnya.

Hilda tertawa kesal. "Kau mau berdalih kau cemburu padanya, begitu?!"

"Entah apa namanya!" Rega berteriak. "Tapi aku terlalu marah saat dia disentuh pemuda lain."

"Dan kau mau bilang. Sudah berhasil move on dari ku? Kau pikir aku percaya?" sergah Hilda.

"Maaf," ucap Rega tulus. "Tapi jangan suruh aku menceraikan Vanessa. Aku tidak bisa."

Tak bisa jauh, buktinya Rega menyusul kemana pun istrinya pergi. Dia terbiasa dengan adanya sosok Vanessa di sisinya.

Rega tak ingin melihat Hilda kembali pada Arjuna. Tentu saja, lelaki mana yang tak murka jika dibohongi, dipermainkan, bahkan seakan Hilda semudah itu beralih setelah berani menipu dirinya mentah-mentah.

Namun percayalah, cemburu dan murka Rega yang sebenarnya, bisa Rega rasakan saat melihat Vanessa tersipu pada pemuda lain.

Dia marah saat Vanessa menggaungkan nama Geo sedang otak dan pikirannya hanya dipenuhi Vanessa. Hanya bisa menikmati keindahan yang tersuguh di hadapannya yaitu tubuh dan lenguh Vanessa Disaga, bukan wanita manapun.

Antara dendam pada Hilda, dan kekaguman pada Vanessa, Rega sadar dua hal itu telah bercampur aduk menjadi satu. Yang mana membuat konflik batin, juga gengsi yang tidak pernah usai.

"Jangan suruh aku menceraikan Vanessa."

Arjuna menggeleng, dia langsung masuk ke dalam kamar pasien Vanessa lalu mendekati gadis itu. "Kita pulang. Dokter akan merawat mu di rumah. Papa yang akan merawat mu sendiri."

"Pa..."

Arjuna bermuram, saat Vanessa diam seakan menolak pergi bersamanya. "Kenapa? Jangan bilang karena Papa hampir bangkrut, kamu tidak mau bercerai!" sentaknya.

Arjuna bergemuruh, dia bisa kehilangan apa pun. Tapi tidak dengan putri kecilnya yang cantik ini. Meski dia sadar, putrinya begitu nakal, tapi Arjuna juga paham bagaimana sikap penyayang anak itu.

Mendengar berita tentang Rega meng.ga.uli putrinya dengan cara tidak baik, darah Arjuna seakan mendidih. Dia kecewa jika Vanessa sendiri yang memilih tinggal.

Benar, sepertinya Vanessa benar-benar tidak ingin meninggalkan tempat ini. Memang perilaku Rega mengerikan, tapi Vanessa pun sadar dia salah, dia bahkan menjadi maklum sekarang, entah karena apa dia jadi maklum.

Vanessa mengingat, dia juga sangat kesal saat Rega berdekatan dengan sekretaris seksinya, ingin rasanya mencakar wajah suaminya saat itu juga. Ah Tuhan, apa mungkin aku jatuh cinta, tapi...

"Jangan bilang kamu juga menolak bercerai dari Om Rega, Anes!" Hilda mencecar penuh selidik. Ada raut aneh yang Hilda tangkap dari putrinya, dan mungkin itu yang dinamakan firasat seorang ibu yang pernah melahirkan.

Jangan bilang Anes sudah menyukai, Rega... Ini konyol, Vanessa Disaga, sangat konyol...

Melihat kediaman Vanessa yang tidak biasa, Rega segera menghampiri. Lelaki itu duduk menggenggam tangan istrinya, terdiam menatap dalam manik kecoklatan gadis itu.

Tak ada yang bisa Rega ucap selain menatap dengan penuh sesalnya setelah khilaf yang begitu mengerikan baginya sendiri. Vanessa bisa melihat sesal itu, dan Vanessa jujur saja tak menginginkan sebuah perpisahan.

Namun, untuk berlanjut pun, apakah mungkin mereka bisa mendapatkan kebahagiaan di masa depan? Sedang, dia sendiri masih pada fase yang belum bisa serius.

"Anes mau sendiri di sini." Vanessa mangkir dari tatapan Rega. Gadis itu membelakangi semua orang lalu memejamkan matanya.

Semua orang terdiam bingung. Entah apa yang Vanessa inginkan, sepertinya anak gadis Arjuna masih meraba rasa yang dia punya teruntuk suaminya: Rega putra rain.

Lembut, Rega mengusap dan mengecup kepala istrinya. "Maaf," ucapnya, dengan gelepar harapan, kata maaf yang sulit sekali tercetus dari mulutnya ini bisa membuat Vanessa memberikan kesempatan ke dua.

Sebab jujur, jika Vanessa memilih berpisah, dia belum siap. Atau mungkin tidak akan pernah bisa sesiap itu.