Izza merupakan wanita yang hidup di panti asuhan sejak masih bayi. Seiring berjalannya waktu, Izza tumbuh dewasa dengan banyak luka. Karena statusnya yang tidak jelas, ia sulit mendapat pekerjaan. Dan satu-satunya pekerjaan yang bisa ia kerjakan hanyalah menjadi asisten rumah.
Dan sekarang Izza berkerja di rumah seorang majikan muda yang membuatnya terpesona ketika melihatnya. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GP 33
Sampai di kantor, Deon belum menerima kabar dari orang suruhannya yang ia tugaskan untuk mengikuti mobil istrinya.
Tok tok ..
Suara pintu ruangannya yang di ketuk oleh seseorang menarik paksa dirinya dari segala lamunannya saat ini.
"Masuk!" teriak Deon dan terbukalah pintu.
Muncul sekretaris nya dari balik pintu dan melangkah masuk usai menutup pintu ruangannya kembali.
"Duduk!" Deon mempersilahkan wanita itu duduk di kursi biasanya.
"Terima kasih," ucap wanita itu seraya menganggukan kepalanya sopan.
"Ada laporan apa?" tanya Deon melihat sekretarisnya membawa sebuah berkas.
Wanita itu lekas memberikan sebuah berkas itu kepada bosnya. Deon menerimanya dan membaca isi berkas tersebut. Tidak lama kemudian raut wajah Deon berubah takjub.
"Kamu berhasil membatalkan kontrak kerja sama kita dengan orang itu?"
Wanita itu mengangguk membenarkan. Deon tidak menyangka sekretaris nya bisa kerja secepat ini dengan hasil seperti yang di inginkan.
Deon kemudian mengulurkan tangannya dan di jabat oleh oleh sekretarisnya.
"Terima kasih," ucap pria itu.
"Sama-sama, pak," balas sekretarisnya.
Jabatan tangan pun di lepaskan dan tak berlangsung lama. Apa jadinya jika sekretarisnya gagal membatalkan kontrak kerja sama dengan orang yang memiliki kasus skandall. Bisa-bisa perusahaannya akan terseret dan tercemar nama baiknya.
Sesuai dengan janjinya, Deon akan memberikan gaji lebih pada sekretarisnya karena sudah berhasil menjalankan perintahnya sekaligus menyelamatkan nama baik perusahaan.
Sekretarisnya pergi usai melaporkan hal barusan. Suara notifikasi pesan masuk mengalihkan perhatian Deon.
Deon meraih benda pipih di atas meja di hadapannya. Pesan tersebut di kirim oleh seseorang yang dari tadi ia tunggu kabarnya.
Orang suruhannya mengirim sebuah foto, dimana istrinya tengah duduk berhadapan dengan seorang pria yang posisi duduknya membelakangi pada foto itu sehingga tidak terlihat seperti apa wajahnya.
Deon memegang ponselnya erat-erat. Adell benar-benar bermain di belakangnya. Tapi jika di pikir-pikir ia juga sama juga, selama ini berhubungan dengan Izza. Tapi entah kenapa ia tidak terima dan marah jika Adell selingkuh darinya. Terlebih struk pembayaran hotel yang di temukan oleh Izza, menunjukan jika Adell mungkin sudah lama bermain di belakangnya. Bisa jadi itu bukan satu-satunya struk pembayaran.
Dalam keadaan marah seperti ini, Deon harus berusaha lebih tenang. Bagaimana cara supaya ia tidak grasak grusuk. Ia harus bermain lebih cantik lagi.
Sementara di tempat lain, seorang wanita tengah duduk di meja makan. Ia baru saja selesai membersihkan seisi rumah. Keringat masih terlihat bercucuran di pelipisnya. Dia menopang dagu menggunakan kedua telapak tangan sambil menatap kursi dimana tadi Deon duduk sarapan.
"Aku benar-benar sudah gila," ujarnya.
"Bisa-bisa nya aku membayangkan sesuatu sejauh itu saat sedang makan dan langsung di hadapannya."
"Harusnya aku tidak perlu halusinasi sejauh itu, karena aku yakin Deon pasti akan melakukannya tanpa aku minta."
"Aku berharap bu Adell selingkuh dan membuat Deon kecewa. Dengan begitu Deon pasti akan lari padaku. Aku tidak masalah meskipun di jadikan pelarian. Yang penting keinginanku terpenuhi untuk bisa memiliki dia seutuhnya."
"Hufftt .."
Izza menghembuskan napas sedikit kasar. Melipat tangannya di atas meja. Jika sebelumnya ia rela melakukan begituan karena uang, maka untuk saat ini ia rela melakukan hal itu karena cinta. Meskipun gratisan, ia akan tetap melakukannya dengan Deon atas rasa cinta.
Izza merogoh ponsel di bajunya yang memiliki dua saku di bagian dada. Kemudian ia membuka sosial media untuk menghilangkan pikirannya terhadap Deon. Namun, yang pertama kali di lihat saat membuka akun sosial medianya, ia mendapat berita seorang pengurus panti asuhan meninggal karena kecelakaan. Dan nama panti asuhan tersebut merupakan tempat dimana ia tinggal sejak bayi.
Kedua mata Izza terbelalak, ia menjatuhkan ponselnya ke atas meja saking terkejutnya. Apalagi setelah melihat nama pengurus panti tersebut merupakan orang yang selama ini baik padanya.
Setetes air mata keluar dari pelupuk mata Izza. Ia memastikan lagi apa beritanya benar atau tidak. Tapi berita itu benar-benar akurat.
Izza sudah tidak dapat membendung lagi kesedihannya. Wanita yang mengurusnya sejak bayi hingga dua puluhan tahun kini sudah menghembuskan napas terakhirnya.
"Aku harus pergi kesana, aku harus pergi kesana." Hanya itu yang ada di dalam pikiran Izza, ia menyesal karena dulu sempat kabur dan belum sempat mengucapkan terima kasih karena sudah mau merawat dirinya.
Izza mendial nomer seseorang dan meminta tolong untuk menemaninya ke panti asuhan.
***
Tangis Izza tak kunjung berhenti saat sampai di panti asuhan tempat tinggalnya. Ada bendera kuning dan rangkaian bunga sebagai ucapan bela sungkawa. Ia berjalan masuk ke dalam panti tersebut. Terdengar banyak suara tangisan anak-anak di sana.
Tangis Izza semakin pecah, melihat tubuh seseorang yang telah merawat dirinya terbaring terbujur kaku di hadapannya. Ia tidak berani mendekat karena sudah tidak lagi kuat menahan kesedihan ini.
Seseorang yang datang mendampingi Izza memegang kedua bahunya dan memberi kekuatan pada wanita itu.
Kemudian datang seseorang dan mengenali Izza. Beliau merupakan salah satu pengurus panti juga.
"Izza," panggil wanita itu.
Izza menoleh. "Bu," balas Izza.
Kemudian Izza menghambur ke dalam pelukan wanita pengurus panti tersebut. Ia menumpahkan tangisnya di dalam pelukan wanita itu dan wanita itu mengeratkan pelukannya.
Wanita itu melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Izza.
"Kamu kemana saja, Za? Kenapa kamu menghilang?" seru wanita itu.
"Maaf," ucap Izza dan hanya itu yang bisa ia ucapkan.
Wanita itu kembali memeluk Izza untuk melepas kerinduan selama bertahun-tahun tidak bertemu. Dan bertemu lagi ketika suasana panti sedang berduka.
Kemudian pandangan wanita itu beralih pada pria yang berdiri di belakang Izza. Ia melepaskan pelukannya.
"Ini suami kamu?" tanya wanita itu dan Izza menoleh ke arah pria yang di maksud.
"Ini-"
"Saya suaminya," sahut pria itu memotong jawaban Izza.
Izza terkejut dengan pengakuan palsu pria itu. Tapi mungkin ada alasan kenapa pria itu melakukan ini.
"Oh selamat, ya. Ternyata kamu sudah menikah dan mendapat kehidupan baru di luar sana. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang kamu impikan."
Izza mengangguk. "Iya, terima kasih, bu."
"Jika kamu sudah bahagia, almarhumah juga pasti ikut bahagia di sana. Karena anak asuh kesayangannya sudah mendapatkan kebahagiaan."
Kata anak asuh kesayangan yang di ucapkan oleh wanita di hadapannya membuat air mata Izza kembali meluruh. Ia jadi semakin merasa bersalah karena dulu ia pergi dari tempat ini tanpa berpamitan.
Pria itu menarik tangannya dan membawanya ke dalam pelukan. Mengusap punggungnya beberapa kali, membelai rambutnya dengan lembut dan memberi kekuatan padanya.
_Bersambung_
makin seru nih...lnjut thorrr up nya