Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yes
Ku lihat mata Ricard dalam-dalam, ada kesungguhan di dalam diri nya, aku masih bingung dengan perasaan ini.
Bukan aku ngga menyukai Ricard, jujur sebagai wanita aku sangat menyukai nya, selain wajah nya yang tampan dia juga punya sifat baik dan menghormati wanita, tapi aku sadar diri dengan status ku sekarang.
"Card kamu jangan begini, aku ngga mau jadi beban kamu ke depan nya, aku ngga mau kamu di benci sama keluarga kamu karena memilih ku." Dengan sedikit bergetar aku mengucap kan nya.
"Sampai kapan pun kamu ngga bakalan jadi beban ku, aku sangat mencintai kamu yang dulu dan yang sekarang, aku mencintai kamu tulus bukan karena kamu adik nya pak Leo sekarang." Ricard meyakin kan ku.
"Tapi keluarga kamu? Kita bersatu bukan hanya menyatukan aku dan kamu, tapi menyatukan dua keluarga, walau aku sadar keluarga ku sudah tidak ada." Aku mengingat kan Ricard kalau restu keluarga juga penting.
"Keluarga ku tidak akan mempermasalah kan nya."
"Tidak mempermasalah kan bagaimana, jelas-jelas pasti akan jadi masalah."
"Masalah yang mana? Kalau kita saling mencintai dimana letak kesalahan nya?"
"Status, apa kamu lupa dengan status ku sekarang, aku ini seorang janda sedangkan kamu? Orang tua mana yang akan memberikan restu kepada anak nya yang memilih seorang janda seperti ku."
"Kamu percaya kan sama aku? Jadi serahkan semua nya kepada ku, aku sangat mencintai kamu, dan saat ini yang ingin aku dengar adalah jawaban kamu tentang perasaan ini. yes or no." Ucap Ricard yang masih berlutut di depan ku.
Aku menatap nya dalam-dalam dengan mata yang sudah berkaca-kaca, karena baru kali ini aku di hargai sama seorang pria sampai-sampai pria itu bersimpuh di depan ku, dan yang terjadi sekarang memang yang selalu aku impikan.
Setelah aku memikirkan semua nya, dari awal Ricard memang tulus, dan aku juga sebenar nya sangat menyukai nya tapi aku malu dengan status ku.
"Yol, yes or no." Sekali lagi Ricard memberikan pilihan untuk ku.
"Yes, aku mau jadi pacar kamu." Akhir nya aku sudah memutuskan dan menjawab nya dengan deraian air mata, tangan ku mengambil bunga yang di berikan Ricard untuk ku.
"Really?" Seakan tidak percaya Ricard menatap ku lalu berdiri dan memegang tangan ku.
"Ya." Aku sudah ngga bisa mengucapkan apa-apa lagi selain kata iya, aku sangat terharu dengan apa yang sudah Ricard lakukan sama aku.
"Terima kasih sayang." Ucap Ricard sambil memeluk ku dengan erat.
Dengan perlahan aku balas pelukan nya, nyaman sekali yang aku rasakan berada di pelukan nya, aku sebagai wanita merasa terlindungi.
Aku melepaskan pelukan nya ketika aku mendengar suara saksofon yang sangat merdu melantunkan musik yang sangat romantis.
Ricard memeluk pinggang ku dan sebelah tangan nya memegang tangan ku dan sedikit menggerakan tubuh nya.
"Kita dansa." Ucap nya.
"Aku ngga bisa dansa."
"Coba saja, ikuti gerakan ku." Ricard mengajari aku cara berdansa hingga aku sudah mulai paham dengan segala gerakan nya.
Sekitar sepuluh menit kita berdua dansa dengan mata saling menatap, saling mencurahkan isi hati lewat tatapan, dan dengan seiring nya lagu berhenti Ricard memberikan ciuman yang sangat lembut di bibir ku.
Entah kenapa aku sangat menyukai bibir Ricard, mungkin karena aku belum pernah melakukan nya dan hanya dengan Ricard lah bibir ku sempat bertemu, ku pejam kan ke dua mata ku untuk merasakan sensasi nya.
Aku terdiam karena aku tidak tahu harus melakukan nya bagai mana, yang aku rasakan hanya kenyal dan lembut nya bibir Ricard dan membuat aliran di tubuh ku semakin tinggi.
"Seperti nya dia belum pernah ciuman? Apa mantan suami nya tidak pernah mencium nya." Gumam bathin Ricard sambil menatap mata Yola yang sedang terpejam.
"Aw." Bibir ku di gigit nya hingga aku membuka nya, belum sempat aku bicara ternyata lidah nya sudah masuk dan bertemu dengan lidah ku, aku sedikit menggerak kan bibir ku membalas ciuman nya.
Lumayan cukup lama kita berdua melakukan nya hingga aku merasakan sesak dan akhir nya aku memutuskan untuk menghentikan ciuman nya.
"Maaf membuat kamu sesak." Ucap Ricard sambil mengusap bibir ku yang basah karena ulah nya.
Aku sangat malu sekali karena sudah membalas ciuman nya, "Ngga apa-apa."
"Sekarang kita makan, kamu pasti sudah lapar." Ucap Ricard sambil menggeser kursi untuk ku, aku hanya mengangguk sambil tersenyum lalu duduk.
Ricard tidak langsung duduk tapi dia sedikit membungkuk kan kepala nya dan berbisik.
"Kamu sangat cantik sekali malam ini, terima kasih sudah mau menerima aku." Ucap Ricard lalu mencium pipi ku hingga wajah ku menjadi merah semua nya.
Kini Ricard sudah duduk di depan ku, ku lihat bibir nya terus mengembangkan senyuman.
Kita berdua pun akhir nya makan malam sambil bercengkerama.
******
Pagi hari aku terbangun dan mengingat kembali kejadian semalam, bibir ku tersenyum, aku seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta saat ini.
Aku masih enggan untuk turun dari tempat tidur, ingin sekali kabar ini aku sampaikan kepada Lea dan kak Leo, tapi apalah daya aku belum memegang ponsel.
Terdengar suara ketukan di pintu hingga membuat aku terpaksa harus turun dari tempat tidur dan membuka pintu nya.
Dengan wajah yang baru bangun tidur aku membuka pintu dan terlihat pria tampan yang mengisi hati ku saat ini sedang tersenyum manis sambil menatap ku dengan dua paper bag di tangan nya.
"Selamat pagi sayang, baru bangun ya." Ucap Ricard dengan senyum manis nya.
"Pagi Card." Aku bingung harus manggil dia siapa, tapi sumpah aku merasa ngga enak dengan panggilan nama nya saja.
"Ngga ada mesra-mesra nya, padahal aku sudah mesra lo, apa kamu melupakan kejadian semalam, dimana kita berdua berjanji untuk bersatu." Ucap Ricard dengan wajah yang sedikit di tekuk.
"Masuk saja dulu, masa mau berdiri di sini terus." Aku mengalihkan ucapan Ricard.
"Aku ngga akan masuk dan ngga akan pergi dari sini selangkah pun sebelum kamu memanggil ku dengan panggilan mesra."
Aku bingung dengan kelakuan nya, dia seperti anak kecil yang minta di belikan permen saja.
"Pagi sayang nya aku, ayo masuk, nanti kamu bisa mati berdiri kalau berdiri terus di situ." Aku berusaha menghilangkan rasa malu ku di depan nya.
"Nah gitu dong, kan enak di dengar jadi nya." Ucap Ricard sambil tersenyum lalu duduk di sofa.
"Madi sana, dan ganti pakai baju ini, hari ini kita jalan-jalan dan besok kita pulang ke Indonesia."
"Benarkah?" Ricard mengangguk, aku sangat bahagia sekali karena akan bertemu dengan Lea dan akan membalaskan dendam ku kepada keluarga mas Bagas.