Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.
Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.
Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.
******
"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 - Sampai Ketemu
Bukan hanya Bima yang kacau setelah pernikahan mereka berakhir, Lengkara juga sama. Lagi, setelah cukup lama papanya masuk rumah sakit dan penyebab utamanya adalah dia.
Sepanjang malam Lengkara sama sekali tidak meninggalkan papanya. Tidak pernah membuat kesalahan, sekalinya salah papanya masuk rumah sakit dan jantung Lengkara seakan dihujam ribuan anak panah.
Kendati demikian, papanya justru merasa bahwa ini adalah salah dirinya. Karena itu, papa Mikhail masih membela Lengkara kala Zean marah lantaran mereka berdua diam saja dan baru bersuara ketika talak sudah dijatuhkan.
Tidak hanya papanya yang membela, Sean juga masih berada di pihak Lengkara. Mungkin Zean menyayangi Yudha melebihi rasa sayangnya pada Lengkara, Lengkara tidak mengerti juga.
Namun, yang pasti situasi sejak papanya dibawa ke rumah sakit itu sama sekali tidak ada baiknya. Dalam hal ini Lengkara Zean tidak menyalahkan, dia hanya marah dan mungkin di mata Zean cara Lengkara marah dengan memilih diam itu sangat salah.
"Kita sama-sama tidak sempurna, Kak Zean ... jangan hanya marah padaku, bukankah kalian yang memulai semuanya dengan cara diam-diam?"
Tidak ada Zean dan Lengkara yang bicara kasar, tapi penuh kasih sayang. Yang ada hanya dua insan serius dan mereka menurunkan nada bicaranya. Saat ini Lengkara tidak butuh seseorang menyalahkan dirinya, sama sekali tidak.
Tidak ingin terjebak suasana yang semakin membuat kepalanya sakit, Lengkara terbang ke Semarang keesokan harinya. Sedikit terlambat dari perkiraan, seharusnya kemarin. Terpuruknya Yudha juga mengusik pikiran Lengkara, dia hanya ingin melihat pria itu, setidaknya sekali lagi.
Sejenak dia melupakan Yudha yang keras kepala dan menolaknya kemarin. Dia juga pergi atas izin sang papa, walau sebenarnya tidak mendapat izin secara suka rela, tapi memang tidak ada larangan yang menekan Lengkara.
Lengkara datang dengan baik-baik, tidak ada niat memaksakan diri seperti kala itu. Seperti kata Sean, mungkin dia terlalu dalam mencintai seorang hamba melebihi cinta pada pencipta-Nya hingga patah tidak terkira.
Tiba di sana, sesuai dugaan dia mendapatkan penolakan lagi, bahkan untuk masuk ke ruangan Yudha saja sesulit itu. Menurut penuturan ibunya, mental Yudha tidak siap dengan keadaan yang kini terjadi pada mereka.
Namun, untuk yang kali ini Lengkara enggan menyerah tentu saja, bagaimanapun akhirnya mereka harus bicara. Sesuai dugaan, Yudha terlihat keberatan dengan kedatangannya. Padahal, saat ini Lengkara hanya ingin memastikan keadaan pria itu.
"Kamu baik-baik saja, Mas?"
"Iya ... jangan khawatir, aku akan segera membaik, Lengkara."
Begitu jawaban Yudha, setelah apa yang terjadi pada papanya mana mungkin bisa baik-baik saja. Sejak dahulu Yudha sudah katakan tidak siap Lengkara lihat dengan keadaan seperti ini, apalagi sekarang.
Tidak banyak yang mereka bicarakan, dalam keadaan baik-baik saja dia merasa rendah diri, apalagi saat ini. Tidak hanya pada Lengkara dia merasa tak pantas, tapi malu tak terkira pada Mikhail juga jadi penyebabnya.
Sekali lagi, Yudha tidak ingin menyeret Lengkara dalam penderitaannya, masih banyak yang perlu Lengkara kejar jika memang bersama Bima tidak dapat dia teruskan. Mereka telanjur hancur, jalan yang Yudha pilih sangat-sangat salah dan seharusnya tidak begitu.
Bukan hanya perkara dua hati yang ingin menyatu saat ini, bukan pula keadaan yang menjadi penghalang, tapi kecewanya seseorang yang menjadi cinta pertama dan mencintai Lengkara lebih besar dari mereka, papanya.
"Tidak sebagai pasangan, apa tidak mau kutemani untuk sembuh?"
"Jika memang takdirku, aku akan sembuh dengan atau tanpa kamu. Aku tidak pernah bercita-cita kamu merawatku, dunia terlalu kecil jika hanya tentang itu ... kejar karirmu, Kara, temani Ameera dan dengan cara itu akan lebih baik jika ingin membantuku baik-baik saja."
Lengkara menghela napas panjang usai mendengar penuturan Yudha. Sebenarnya sudah dia duga jawaban Yudha akan begitu, tapi sekali lagi Lengkara ingin bertanya sebelum benar-benar mengambil keputusan.
"Aku pamit, Mas, sampai ketemu nanti."
Saat ini begitu banyak yang Lengkara pikirkan. Ada papanya, dan sejak dahulu dia tahu bahwa Yudha malas dipaksa jika memang tidak sesuai kehendaknya. Lengkara sempat pamit baik-baik, senyum hangat juga sempat dia ulas sebelum kemudian meninggalkan ruangan itu.
Sakit memang, siapa yang tidak sakit berada di posisinya. Hidup bukan hanya tentang dia saja, Lengkara tidak akan bisa memaksa semua harus sesuai dengan kemauannya. Bahkan, di saat dia mulai berusaha menerima, Bima menjatuhkan talak.
"Come on, Lengkara!! Jika mantanmu tahu kamu begini mereka akan tertawa," gumam Lengkara mengelus dadanya yang terasa sesak luar biasa.
Dia mulai berusaha menjadi seorang istri, dipaksa menerima seseorang yang tidak dia cintai bukan hal mudah. Ya, mungkin salah dirinya tidak meneruskan sandiwara dan pura-pura biasa saja di hadapan Bima, kebohongan itu tetap saja membuatnya marah.
Yudha menolaknya, dan Bima menjatuhkan talak. Dua hal itu sangat cukup untuk menjadi alasan Lengkara merasa dirinya tidak berharga, dan saat ini Lengkara membulatkan tekat untuk tidak akan bersama keduanya, baik Yudha maupun Bima.
"Lengkara!!"
Baru saja dipikirkan, suara itu menghentikan langkah Lengkara. Wanita itu menoleh dan menajamkan mata terhadap sosok pria yang berlari ke arahnya.
.
.
- To Be Continued -
bikin pedih mata...
ada luka yg tak terlihat tp bs dirasa.
kl diposisi lengkara apa jadinya