Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pribahasa yang cocok menggambarkan seorang gadis cantik bernama Emila. Setelah hubungannya kandas karena kehadiran orang kedua, kini ia harus merasakan menjadi yang kedua pula untuk seorang pria yang sudah beristri karena mengandung anak dari pria itu setelah melewati malam panas dan ia dinyatakan mengandung.
Penawaran pernikahan sebagai bentuk tanggung jawab dari pria yang sudah menanamkan benih di rahimnya membuat Emila tak bisa menolak karena tidak ingin membuat ibunya malu dan akhirnya mendapatkan perlakuan buruk dari orang sekitarnya.
Bagaimana nasib Emila selanjutnya setelah menikah menjadi yang kedua sedangkan istri pertama pria tersebut tidak mengetahui pernikahan diam-diam mereka? Apakah istri pertama pria itu akan bersikap baik pada Emila atau justru sebaliknya setelah kebenaran itu terungkap mengingat istri pertama dari pria itu dinyatakan sulit memiliki seorang anak?
Yuk ikuti kisah Emila dan Arkana di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia tidak bekerja
Arkana yang sedang berlari kini sudah masuk ke dalam rumah. Kakinya melangkah dengan lebar menuju kamar tamu yang menjadi saksi rusaknya kesucian seorang wanita oleh dirinya. Setelah berada di dalam kamar, Arkana mengusap kasar wajahnya melihat noda merah yang tadi ia lihat masih terlihat jelas di atas sprai dan benar-benar nyata!
"Astaga... apa yang sudah aku lakukan!" Pria yang sudah beristri itu mengusap kasar wajahnya. Entah apa yang harus ia katakan pada istrinya nanti tentang kejadian tadi malam.
Tak ingin banyak berpikir karena hanya akan menguras waktu dan tenaganya, Arkana segera membereskan kekacauan yang ada. Ia melangkah ke arah ranjang berniat membuka sprai dan menggantinya dengan yang baru. Setelah kamar tamu rapi seperti biasanya, Arkana pun keluar dari dalam kamar tamu sambil membawa plastik berisi sprai yang terdapat bercak darah.
"Lebih baik aku cuci sendiri saja." Gumam Arkana tak ingin bekas noda itu terlihat oleh orang lain jika bukan dirinya yang membersihkannya. Cukup lama Arkana menghabiskan waktu untuk mencuci hingga menjemur sprai tersebut.
Setelah selesai membereskan kekacauan tadi malam, Arkana segera melangkah ke arah kamarnya berada.
*
Pagi itu Arkana memilih tidak langsung pergi ke perusahaan melainkan pergi ke toko milik ibunya yang ia yakini ada Emila di sana. Niat Arkana yang ingin berbicara dengan Emila harus ia urungkan karena dari informasi yang ia dapatkan Emila tidak masuk bekerja hari ini dengan alasan sakit.
"Astaga... apa dia sakit karena perbuatanku?" Tebaknya.
Tring
Ponsel Arkana berbunyi. Arkana segera meraih ponselnya dan mengangkat panggilan telefon yang ternyata dari sekretarisnya di kantor.
"Tuan, pagi ini Tuan Redy meminta untuk bertemu di perusahaan. Apa anda bisa?" Tanyanya pada Arkana.
Terdengar keheningan di tempat Arkana berada. Arkana bingung harus mengiyakannya atau bagaimana. Saat ini ada urusan penting yang harus segera ia selesaikan. Namun bertemu dengan Tuan Redy juga tidak bisa ia tinggalkan.
"Baiklah, setengah jam lagi saya akan sampai di perusahaan. Kau atur saja jadwal agar Tuan Redy sampai di saat saya sudah berada di perusahaan." Jawab Arkana pada akhirnya.
Buk
Arkana melempar ponselnya ke kursi di sampingnya. Ia mengusap kasar rambutnya ke belakang merasa sangat frustrasi dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Di saat genting seperti ini pun Arkana harus dibuat memilih apakahan menyelesaikan urusannya lebih dulu atau bertemu dengan rekan bisnisnya.
Karena keputusannya ia akan bertemu dengan Tuan Redy lebih dulu, akhirnya Arkana pun melajukan mobilnya menuju perusahaan miliknya yang berada tidak terlalu jauh dari toko ibunya.
Sedangkan di tempat berbeda atau lebih tepatnya di rumah milik Emila dan ibunya, Emila nampak mengurung diri di dalam kamar sambil menangis mengingat kejadian menyakitkan yang terjadi kepadanya tadi malam.
Bu Asma yang tidak mengetahui apa yang terjadi pada putrinya pun percaya dengan perkataan Emila jika putrinya itu sedang sakit dan saat ini ia pun fokus mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri.
"Mama... maafkan Mila karena untuk yang kesekian kalinya mengecewakan Mama kembali. Maafkan Mila, Ma. Mila sungguh mengecewakan!" Ucapnya lalu menepuk-nepuk dadanya yang terasa sakit. Kejadian tadi malam adalah hal yang tidak pernah Emila inginkan. Namun apa mau di kata, yang sudah terjadi tak bisa ia perbaiki lagi.
***