Tak ingin Ayahnya dipenjara, dan tak kuat membayar denda yang begitu banyak. Asyifa Humaira, gadis berusia 23 tahun itu akhirnya menjadikan dirinya sendiri sebagai penebus dosa yang tak disengaja dari ayahnya.
Bagas Nata Nugraha, 26 tahun. Seorang Pewaris dari sebuah perusahaan besar. Ia harus mengalami kecelakaan karena nyaris menabrak seorang tukang bakso yang sedang menyebrang ditengah jalan. Kecelakaan parah itu membuat seluruh tubuhnya lumpuh, bahkan sulit untuk berbicara.
Tapi karena status mereka yang beda Gender, dan Bagas harus dirawat 24 jam secara intensif. Akhirnya keluarga Bagas menikahkan mereka secara kontrak. Dengan catatan, Syifa harus sadar diri dengan status yang sebenarnya hanya perawat.
Bagaimana kisah mereka sebagai pasangan suami istri pasif?
Apakah akan tumbuh benih-benih cinta diantara mereka, setelah Bagas melihat ketulusan Syifa dalam merawatnya selama itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna Surliandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan aku, Fa.
"Ifa, kamu makan dulu. Biarkan Mama bersama Bagas sebentar." pinta Mama Ayu, yang tiba-tiba datang saat Syifa sedang menyuapi Bagas.
"Iya, Ma...."
Syifa pun pergi, untuk makan siang. Di sana, Bik Darmi sudah mempersiapkan makanan untuk Syifa dengan menu yang enak dan lengkap.
"Ini untuk Ifa?"
"Iya, Nyonya yang siapin. Bela-belain masak buat Non Ifa tadi."
"Dalam rangka apa, Mama masakin aku?" gumam Syifa dalam hati.
Syifa lalu duduk, dan menyantap makanan itu dengan senang hati. Ia bahagia karena Mama Ayu perduli, meski agak ragu untuk memakannya..
"Mama ngga pernah nanya, apa kesukaanku. Tapi, tak apa lah, coba makan saja. Nanti dikira tak menghargai lagi." ucap Syifa, yang tengah menikmati makanan itu perlahan.
Syifa menikmati nya hingga tandas, dan tak tersisa sebutir nasi pun di piringnya. Meski tubuhnya mungil, tapi Ia terkenal suka makan, dan itu yang membuat para sahabat iri dengannya.
Namun, tiba-tiba tubuhnya terasa mulai tak karuan. Bentol merah pun mulai muncul di lengan dan pipi Syifa.
"Hah, kok alergi?" kagetnya, yang mulai menggaruki tangan.
"Bik... Bibik...!" panggil Syifa yang tampak cemas.
"Iya, Non... Astaghfirullah.. Itu kenapa?"
"Mama, tadi masak apa? Seafood kah?" tanya Syifa.
"Bibik ngga tahu, soalnya ngga lihat."
"Ada, obat alergi ngga? Minum itu aja, cepet sembuh biasanya."
"Disini ngga ada yang alergi, jadi ngga simpen obat itu. Bibik anter ke klinik terdekat aja, ya? Pamit Nyonya dulu." ucap Bibik, lalu berlari ke kamar Bagas.
***
"Perusahaan sedikit kacau, sejak kamu tinggalkan, Gas. Papa tak bisa setegas kamu, karena Ia bukan pewaris resmi perusahaan. Semua ucapannya sering dibantah, apalagi dengan orang-orang dari Om Edward." ucap Mama Ayu, sembari nenyuapi anak kesayangannya itu.
"Tapi, Papa berusaha sekuat tenaga untuk menetralisir keadaan, bagaimanapun caranya. Untung saja, Reza mau membantu. Kamu percaya 'kan, sama dia?"
Bagas pun hanya mengangguk, dengan mengunyah makanan yang diberikan padanya.
Untuk saat ini, Ia harus kuat diam dan belum boleh bicara pada siapapun kecuali Syifa, karena banyak hal yang masih ingin Ia cari tahu kebenarannya.
Obrolan menjurus ke pertanyaan yang serius, mengenai perasaan Bagas dan Syifa. Bagas pun tampak sedikit tegang, ketika Mama Ayu mulai menyanyakan itu semua padanya.
"Kamu suka dia?" tanya Mama ayu, dengan wajah datarnya.
Namun, belum sempat Bagas menjawab, Bik Darmi masuk dan membuka pintu dengan kasar.
"Non Ifa, Nyah."
"Kenapa lagi dia?" tanya Mama Ayu.
"Non Ifa alergi. Badannya bentol semua, dari tangan sampain muka.".
"Apa? Bagaimana bisa? Mana dia sekarang?"
Bik Darmi pun menunjukkan, jika Syifa masih di ruang makan. Mama Ayu segera mendatanginya, dan meminta Bik Darmi untuk memanggil dokter keluarga yang menangani menantunya.
"Kamu istirahat dulu di kamar, sambil nunggu Dokter datang buat periksa kamu." ucap Mama Ayu, yang memapah Syifa masuk ke kamarnya.
Bagas menatap Syifa dengan begitu khawatir, tapi sayangnya Ia tak bisa berbuat apapun untuk sang istri.
Syifa merebahkan dirinya di atas ranjang, lalu memiringkan tubuhnya kearah Bagas yang menatapnya cemas. Jari-jari Bagas pun bergerak, meminta Syifa agar tidur di sampingnya, tapi Syifa menggelengkan kepala. Saat itulah, Bagas merasa sangat sedih.
"Kamu disana kesakitan, sedangkan aku hanya bisa diam, Fa. Maafkan aku." sesalnya dalam hati.
"Mama, tadi masak apa?" tanya Syifa.
"Itu olahan Seafood. Kenapa? Kamu alergi?"
Syifa hanya mengangguk lemah, "Syifa alergi seafood." jawabnya.
"Astaga... Maaf, Mama ngga tahu, Fa. Mama kira kamu suka, apa ngga kerasa dari aromanya?"
"Engga, Ma. Karena Syifa seneng banget, abis Mama masakin, jadi Ifa abisin semuanya." jawab syifa dengan lemah.
"Yaudah, kamu istirahat aja dulu. Sebentar lagi dokter datang. Mumpung Mama dirumah, Mama akan jagain Bagas." ucap Mama Ayu padanya.
Dokter datang dengan segera. Ia dengan cepat memeriksa Syifa dan memberinya obat. Dan setelah itu, Syifa tidur dengan begitu tenang, di tempat tidur yang letaknya jauh dari Bagas.
"Aku bahkan tak bisa meraihmu, walau hanya ingin mengusap rambut untuk menenangkanmu." sesalnya dalam hati.