Bianca Aurelia, gadis semester akhir yang masih pusing-pusingnya mengerjakan skripsi, terpaksa menjadi pengantin pengganti dari kakak sepupunya yang malah kecelakaan dan berakhir koma di hari pernikahannya. Awalnya Bianca menolak keras untuk menjadi pengantin pengganti, tapi begitu paman dan bibinya menunjukkan foto dari calon pengantin prianya, Bianca langsung menyetujui untuk menikah dengan pria yang harusnya menjadi suami dari kakak sepupunya.
Tapi begitu ia melihat langsung calon suaminya, ia terkejut bukan main, ternyata calon suaminya itu buta, terlihat dari dia berjalan dengan bantuan dua pria berpakaian kantor. Bianca mematung, ia jadi bimbang dengan pernikahan yang ia setujui itu, ia ingin membatalkan semuanya, tidak ada yang menginginkan pasangan buta dihidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling mengungkapkan cinta
Bianca merutuki dirinya sendiri yang sangat bodoh itu, bisa-bisanya ia memakai pakaian Kaivan dan tidak memakai bawahan apapun, beruntungnya ketika ia menyuruh Kaivan keluar suaminya itu langsung keluar tanpa perlu di minta dua kali.
Bianca mendudukkan dirinya di pinggir ranjang, menatap baju dan roknya yang masih basah, mungkin akan lama menunggu pakaiannya sampai benar-benar kering, Lagi-lagi ia merutuki kebodohannya sendiri.
Bianca menoleh ketika mendengar suara ketukan di pintu, ia bangkit dan melangkah untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamar, mungkin itu Kaivan, tapi sepertinya tidak mungkin karena suaminya itu beberapa waktu pamit untuk meeting.
"Loh, kamu enggak meeting?" tanya Bianca ketika ia melihat suaminya sudah berdiri di depannya dengan satu tentengan tas di tangannya.
"Aku izin keluar sebentar, masa aku mau suruh orang lain yang kasih ini ke kamu," balasnya seraya menyerahkan tas kecil itu ke hadapan Bianca.
Bianca mengambilnya dan mengintip isi dari tas kecil itu.
"Itu isinya baju sama celana panjang, kamu bilang baju sama roknya basah banget kan? Jadi aku beliin yang baru biar setelah aku meeting kita bisa langsung pergi ke luar," beritahu Kaivan membuat hati Bianca menghangat. Ternyata perhatian kecil ini memang sukses membuat dirinya merasa berharga untuk Kaivan.
"Makasih," ucap Bianca sedikit berjinjit dan mencuri satu kecupan dari bibir Kaivan.
Kaivan yang mendapat serangan mendadak itu langsung mematung, tidak menyangka jika Bianca akan seberani itu mencium dirinya lebih dulu.
"Ciee muka kamu merah," goda Bianca tertawa puas melihat wajah suaminya yang memerah sampai ketelinga hanya karena ia cium tepat di bibirnya.
Kaivan langsung membawa Bianca ke dalam pelukannya, bukan untuk menyembunyikan rasa malunya atau salah tingkahnya, tapi ia merasa senang karena mendapatkan ciuman pertamanya dari Bianca.
"Sepertinya aku mulai mencintaimu, Bianca," bisik Kaivan di dekat telinga istrinya. Ia tidak mungkin salah dalam mengartikan apa yang sedang dirasakannya, ia mencintai istrinya itu.
Bianca diam, masih mencerna ucapan Kaivan, apa katanya? Kaivan sudah mencintainya? Ia tidak slah dengar kan? Kaivan mencintainya, sungguh tidak dapat di percaya, kini mereka saling mencintai.
"Sejujurnya, aku juga mulai jatuh cinta denganmu, mas," beritahu Bianca mendongakkan kepalanya agar dapat menatap Kaivan yang juga sedang menundukkan kepalanya menatap dirinya.
"Sejak kapan?" tanya Kaivan mengangkat tangannya dan mengusap pipi Bianca dengan ibu jarinya.
Bianca tampak berpikir sebentar, sebelum ia senyum-senyum sendiri karena ia juga tidak tahu sejak kapan perasaan itu tumbuh di dalam hatinya, yang ia ingat hanya saat ia mulai ingin menjadi istri yang baik untuk Kaivan.
"Aku tidak tahu," balas Bianca membuat Kaivan tersenyum gemas.
"Kamu umur berapa sih, kok kayak anak remaja gini?" tanya Kaivan menggoyangkan badan mereka ke kanan dan ke kiri, ia seperti memacari seorang gadis berusia tujuh belas tahun saja.
"Jadi selama ini kamu enggak tahu umur aku berapa?" tanya Bianca tidak percaya jika selama sebulan lebih pernikahan mereka Kaivan tidak tahu umurnya.
Kaivan menggeleng, di pernikahan tidak disebutkan berapa umur kamu, kamu juga tidak pernah memberitahuku umur berapa?" balas Kaivan membuat Bianca cemberut.
"Selama kamu menyuruh orang mencari tahu tentang aku kamu tidak pernah menanyakan umurku kepada mereka?" tanya Bianca ingat jika dulu Kaivan pernah mengatakan jika ia memang mengirim seseorang untuk memperhatikan aktivitas dirinya di luar apartemen.
"Aku hanya menyuruh mereka megikutimu dan memberitahuku apa saja yang kamu lakukan di luar sana, aku tidak pernah memerintahkan mereka untuk mencaritahu hal pribadi tentangmu terlalu jauh," ucap Kaivan.
"Sama saja, menguntit seseorang tanpa sepengetahuanku seperti mencaritahu hal pribadi tentangku,"
Kaivan terkekeh, "Aku minta maaf, aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya khawatir dengan apa yang akan kamu lakukan diluar ketika kamu sendiri tidak suka dengan pernikahan kita, " ucap Kaivan mengecup sedikit lama kening istrinya.
"Aku hanya takut kamu bermain di belakangku, tapi waktu itu aku sadar diri kita tidak saling mencintai jadi aku biarkan kamu pacaran dengan temanmu itu, tapi tetap aku meminta seseorang untuk terus mengawasimu,"
"Tapi waktu itu kamu juga menjadikanku alat untuk balas dendam," kesal Bianca memukul pelan dada suaminya itu.
"Iya aku tahu aku salah, maaf ya,".
Bianca mengangguk, lagi pula itu sudah menjadi masa lalu, kini mereka dapat memulainya kembali dari awal, dan akan Bianca pastikan tidak akan ada yang berani mendekati Kaivan selama dirinya masih mencintai pria itu. Dan itu berlaku selamanya.
"Kenapa kita jadi membahas masa lalu," kekeh Kaivan mengeratkan pelukannya dan menaruh dagunya di atas kepala Bianca.
"Kamu yang mulai," ujar Bianca yang diangguki saja oleh Kaivan, ia sudah hapal dengan sikap wanita yang seperti ini. Pengalaman cintanya dengan mantannya membuat ia sedikit paham bagaimana perempuan ingin dimengerti.
"Kamu enggak lanjut meeting?" tiba-tiba Bianca teringat jika Kaivan sedang mengadakan meeting dan dirinya malah keasikan berduaan dengannya.
Kaivan melepaskan pelukannya, lalu menepuk dahinya, ia mendadak lupa jika sedang mengadakan meeting.
"Tuh kan, pasti kamu lupa," ujar Bianca heboh lalu langsung mendorong Kaivan agar keluar dari dalam kamar, bahkan tidak segan-segan menyeretnya sampai keluar dari dalam ruangan. Kaivan hanya pasrah saja ketika diseret keluar ia tidak ingin melawan yang ada Bianca akan mengamuk kepadanya karena tega meninggalkan para karyawan yang pasti sedang menunggu dirinya.
"Ya ampun, apa yang aku katakan tadi?" tanya Bianca kepada dirinya sendiri, ia tidak menyangka jika dia juga membalas ucapan kata cinta dari Kaivan, wajahnya tiba-tiba saja memerah, perasaan malu itu baru muncul setelah Kaivan tidak ada.
"Bisa-bisanya dengan santainya aku bilang aku juga mencintainya," jerit Bianca melompat ke atas ranjang dan tengkurap di sana.
"Dia juga tadi bilang cinta ke aku kan ya? Jadi bukan hanya aku saja yang cinta sama Kaivan, dan apa tadi? Aku bilang 'mas', Ya ampun memalukan sekali," Bianca menutup wajahnya dengan kedua tangannya bahkan sampai guling-guling di atas kasur.
"Mamaaaa aku maluuu, bodohnya aku memanggil Kaivan dengan mas, bagaimana ini, pasti Kaivan nanti akan mengungkitnya saat meeting selesai," rancau Bianca dengan hebohnya, ia bahkan sampai melemparkan semua bantal yang ada di atas kasur.
"Wajahku panas, mama tolong aku," ujar Bianca mengipasi wajahnya sendiri.
_________________________________________
Ada yang nyangka gak sama kelakuan bobrok Bianca, selama ini yang kalian tau Bianca enggak sebobrok ini kan? aslinya dia lebih dari ini kalau udah lama sama Kaivan.