Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jengkel
Namun Lily tidak menyadari keberadaan seseorang yang sejak tadi sudah ada di sana dan berdiri hanya dengan memperhatikannya.
Siapa lagi kalau bukan Bara,Ia terdiam mendengar ucapan Lily hingga Ia kembali teringat saat masa SMA dulu, dimana Ia menemukan jaket yang Ia beli sebagai hadiah ulang tahun Lily karna di paksa oleh teman-temannya,namun sejujurnya meskipun di paksa Ia tidak akan memberikan hadiah untuknya jika Ia mengatakan tidak,tapi sebaliknya Ia memang berniat memberikan hadiah ulang tahun itu bahkan saat itu Ia menyiapkan nya secara khusus.
Namun saat itu semua orang mengetahui kalau Ia memberikan hadiah itu secara paksaan,dan saat itu Lily sama sekali tidak masalah dengan itu bahkan Ia sangat senang mendapatkan hadiah darinya,tapi ketika Ia yakin kalau Lily benar-benar menyukai hadiah ulang tahun yang Ia siapkan secara khusus tiba-tiba beberapa hari kemudian Ia menemukan kalau jaket pemberiannya di pegang oleh seorang pria yang notabene nya memang dekat dengan Lily pada saat itu.
"Kenapa jaket itu ada di tanganmu?"
"Oh jaket ini?, Lily mengatakan bosan dengan jaket ini jadi dia mengatakan untuk membuang nya, jadi aku sekarang ingin membuangnya ke tong sampah"
Mendengar itu,Ia begitu marah sampai tidak bisa menahan emosinya namun karna Ia adalah seorang ketua OSIS,Ia tidak ingin membuat keributan jadi Ia merampas jaket itu dan membawanya pergi begitu saja.
Saat itu Ia kira kalau Lily benar-benar bosan dengan jaket itu dan benar-benar ingin membuangnya sehingga Ia benci dan marah pada Lily sehingga selalu bersikap dingin dan kasar padanya,Ia juga sangat marah ketika Lily semakin dekat dengan pria yang ingin membuang jaket itu.
Mengingat kembali hal itu,Ia menghela nafas panjang sungguh sejujurnya Ia tidak pernah membenci Lily atau tidak menyukainya,justru sebaliknya Ia sebenarnya menyukainya dalam diam hanya saja gengsinya terlalu tinggi dan pada saat itu Ia masih bersama dengan Laura.
"Apa yang kau lakukan dengan jaket itu?"
Lily seketika tersentak mendengarnya dan langsung menoleh ke arah Bara yang sudah ada di sampingnya saat ini berdiri dengan lurus sembari melipat tangan di depan dada.
"Kenapa juga aku masih mengingat jaket ini, tidak penting juga",gumam Lily dalam hati menghembuskan nafas kasar kemudian begitu saja akan melepaskan jaket itu sebelum Bara mengatakan sesuatu yang membuatnya berhenti sejenak.
"Tidak perlu di lepaskan,itu adalah jaket mu"
Ujar Bara dengan suaranya yang datar juga dingin.
"Tidak,terimakasih"
Lily tidak mengindahkan ucapan Bara dan benar-benar melepaskan jaket itu,Ia akan berjalan melewati Bara dengan memasang wajah dinginnya.
"Apa kau akan keluar tanpa memakai pakaian seperti itu,hanya dengan handuk?"
"Tidak,aku lebih baik memakai pakaian pelayan daripada pakai pakaian di sini yang tidak tau punya siapa",cibir Lily tanpa menghentikan langkahnya untuk keluar.
"Ini bukan milik siapa-siapa dan tidak pernah ada siapapun masuk ke tempat ini selain aku, apalagi menyentuh barang-barang di sini"
"Ooh benarkah,aku juga tidak peduli jika memang sudah ada yang masuk ke sini, lagipula aku tau semua ini seharusnya tidak di sentuh oleh ku selain Laura bukan?!"ucap Lily menohok setelah menghentikan langkah tanpa berbalik menghadap ke belakang.
"Laura belum pernah menginjakkan kaki di tempat ini,semua barang di sini di siapkan untuk mu semua",jelas Bara dengan tegas dan penun tekanan.
"Kau yang akan memakai pakaian sendiri atau aku yang membantu mu", lanjutnya setelah beberapa saat tapi Lily masih diam saja setelah beberapa menit Ia mengucapkan hal itu.
"Tidak perlu,aku masih mempunyai tangan sendiri",ketus Lily kemudian langsung mengambil pakaian yang Ia inginkan, lagipula mendengar dari ucapan Bara Ia yakin pria itu tidak berbohong.
"Tidak seperti wanita mu yang tidak bisa memakai pakaian sendiri sehingga sepertinya kau sering memakai kan pakaiannya", lanjutnya.
Bara cengo mendengar ucapan Lily yang sama sekali tidak masuk akal, lagipula kenapa wanita itu bisa memikirkan sampai ke sana bahkan Ia sama sekali tidak pernah memikirkan hal seperti itu.
***
Masih di Villa,siang hari Bara keluar dari ruang kerjanya setelah menyelesaikan meeting yang di lakukan secara online.
"Dimana Liliana?"
"Maaf tuan nyonya muda tadi pergi keluar,saya sudah mencoba mencegahnya tapi Nyonya sangat memaksa jadi saya tidak bisa menahannya"
Bara menghembuskan nafas perlahan kemudian segera melangkah keluar rumah dan menelfon nomor Lily namun sama sekali tidak di angkat bahkan panggilannya di putuskan begitu saja.
Sementara itu Lily sedang bersama Theo seorang bocah kecil menggemaskan yang beberapa hari terakhir begitu dekat dengan dan Ia juga menyukainya.
Bersambung...
klaupun balikan lagi jgn semudah itu biar dia sengsara dulu baru d maafkan