NovelToon NovelToon
Terpaut 20 Tahun

Terpaut 20 Tahun

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Terlarang / Beda Usia / Teen Angst / Persahabatan
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: ria aisyah

Cinta akan menemukan pemiliknya. Sebuah ketidaksengajaan, keterpaksaan, dan perjodohan, bisa menjadi jalan untuk menyatukan dua hati yang berbeda.

Seorang gadis SMA bernama Aira, terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang duda bernama Affan yang merupakan ayah sahabatnya, Faya.

Mengapa pernikahan itu bisa terjadi?

Akankah pasangan beda usia itu bisa saling mencintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ria aisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33. Menemani Affan

Faya, Anggie dan Aira berjalan di depan sedangkan Bimo dan Affan berjalan di belakang. Mereka melewati koridor yang sepi karena jam pelajaran sudah dimulai. Kelima orang itupun membisu, mereka larut dalam pikiran masing-masing.

Faya mengetuk pintu ruang kelasnya yang terbuka. Terlihat seorang guru sedang menerangkan pelajaran di depan kelas. Guru wanita bertubuh tambun itu berjalan mendekati pintu dan mempersilakan mereka masuk.

"Kalian bisa langsung mengikuti pelajaran," ucap guru itu.

Dia sudah tahu jika ketiga muridnya itu telah dipanggil oleh guru bimbingan konseling.

Aira kembali maju ke depan dengan membawa tasnya. Kepalanya menunduk tidak berani menatap wajah teman-teman. Sebelum pergi dia berhenti di depan kelas untuk berpamitan pada guru yang sedang mengajar.

Sejak kedatangannya, murid di kelas itu sudah menggunjingnya. Melihatnya membawa tas, mereka semakin yakin jika Aira dikeluarkan dari sekolah. Dugaan itu diperkuat dengan kehadiran ayah Faya di sana.

"Ayahnya Faya ternyata ganteng, ya. Pantas Aira tergila-gila padanya," bisik seorang murid wanita.

"Benar, selain itu dia juga kaya. Siapa yang tidak mau, coba?" bisik yang lainnya.

"Aku juga mau jadi istrinya setelah tamat SMA," sahut murid lainnya.

"Jangan mimpi, lihat penampilanmu. Ayah Faya suka wanita yang berkerudung."

Suara gaduh terdengar mengiringi kepergian Aira dari kelas itu. Mereka mengakui ketampanan Affan dan merasa iri dengan keberuntungan Aira tanpa mengetahui alasan pernikahan mereka yang sebenarnya.

Tok! Tok! Tok!

Guru yang sedang mengajar mengetok white board dengan alat tulis.

Semua murid di dalam kelas diam seketika. Mereka kembali belajar dengan serius dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh gurunya.

Di luar kelas,

Aira pergi mengikuti Affan dan Bimo ke mobilnya. Mereka harus kembali ke kafe yang berada tidak jauh dari sekolah.

Saat Affan dan Bimo meninggalkannya, klien yang sedang mereka tunggu belum datang.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponsel milik Affan. Dengan cepat dia membukanya dan membaca pesan itu.

"Mereka baru saja tiba," ucap Affan lalu menyimpan kembali ponselnya.

"Syukurlah, Boss. Kita tidak membuatnya menunggu lama," jawab Bimo.

"Hmm." Affan mengangguk lalu menatap Aira.

"Aira, nanti kamu ikut masuk, ya? Aku agak lama meetingnya. Sekalian aku akan memperkenalkan kamu pada klien-klien pentingku ke depannya."

Aira terbelalak mendengar ucapan Affan. Saat ini dia masih mengenakan seragam SMA dengan penampilan seadanya. Mukanya pun terlihat kusut setelah menangis.

"Tapi, Om ...," ucapnya ragu-ragu.

"Satu lagi, jangan panggil aku 'Om' di hadapan mereka. Kamu boleh memanggilku apa saja saat kita hanya berdua." Affan berbicara lembut pada Aira.

"Bukan itu masalahnya, Mas. Apakah aku akan menemui mereka dengan penampilan seperti ini?" Aira menunjuk dirinya sendiri.

"Untuk kali ini tidak masalah. Ambil ini!" Affan meraih tisu basah lalu memberikannya pada Aira.

Aira mengambilnya lalu mengambil sehelai untuk membersihkan wajahnya. Sisa-sisa air matanya telah menghilang, tetapi kepercayaan dirinya belum kembali.

"Jangan sedih lagi, Aira. Kita akan melewati masalah di depan kita bersama-sama." Affan menggenggam tangan Aira untuk menguatkannya.

Aira berkaca-kaca menerima perlakuan Affan. Bibirnya sulit untuk berucap meskipun sekedar kata terimakasih.

"Hei, jangan menangis lagi. Aku menikahimu bukan untuk membuatmu menangis." Affan mengelus lembut pipi Aira.

Aira menyambar lengan Affan dan memeluknya erat. Affan membalas perlakuan Aira itu dengan sebuah kecupan di pucuk kepalanya.

Pemandangan itu terlihat dari spion depan dan membuat Bimo tersenyum. Dia ikut bahagia melihat Boss-nya yang perlahan bisa menerima istri dadakannya.

Momen keromantisan mereka tidak berlangsung lama karena mobil yang mereka kendarai sudah memasuki halaman parkir.

Suasana di kafe itu masih sepi karena baru saja buka. Affan sengaja memilih kafe ini karena buka sejak jam tujuh pagi. Ada beberapa pengunjung yang mengenakan seragam kantor, mereka biasa sarapan di sana sebelum berangkat untuk bekerja.

Selain menunya yang lengkap, kafe ini juga berada di tempat yang strategis, di mana terletak di dekat rumah sakit, perkantoran dan sekolah. Tidak heran jika tempat ini menjadi favorit para pengusaha untuk meeting bersama para kliennya.

"Selamat pagi, Pak Affan!" sapa Pak Dirga dan asistennya, Sania.

"Selamat pagi, Pak Dirga. Maaf jika membuat Anda menunggu. Tadi saya harus menjemput istri saya terlebih dahulu. Perkenalkan ini Aira, istri saya dan ini Bimo asisten saya."

"Wah, istri bapak muda sekali. Maaf saya tidak bermaksud untuk menyinggung Anda. Ini pujian," ucap Pak Dirga sambil tertawa.

"Terimakasih, Pak. Tidak masalah, saya tidak keberatan dengan penilaian apapun. Namanya jodoh, mau bagaimana lagi." Affan mencoba bijak untuk menyikapi keadaan.

"Itu memang benar, yang penting bisa saling mencintai dan menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oh, iya, ini Sania asisten pribadi saya. Ke depannya dia yang akan mengurus kerja sama ini."

Sania mengulurkan tangannya tetapi Affan membalasnya dengan mengatupkan tangannya. Melihat penampilannya yang seksi, dia lebih memilih untuk menatap ke arah lain.

'Sok suci. Sama gadis ingusan saja doyan, pakai sok-sokan tidak mau menatapku. Memang apa hebatnya dia, cantikan juga aku,' gumam Sania dalam hati sambil melirik kesal pada Aira.

Aira mengulurkan tangannya pada Sania tetapi dia pura-pura tidak melihatnya. Sania terlihat sibuk memeriksa berkasnya dan mengabaikan tangan Aira yang masih menunggu untuk disambut.

Affan menarik tangan Aira yang tidak mendapatkan balasan itu lalu membawanya berjalan ke meja yang dipesannya.

'Tuh, kan, bener. Orang sepertiku hanya dikacangin. Aku takut jika kehadiranku di sini hanya akan merusak reputasi bisnis Om Affan, eh, Mas Affan maksudku. Sepertinya di lain waktu aku harus berpikir seribu kali untuk ikut dalam acara rapat-rapat seperti ini.' Wajah Aira menjadi lesu setelah kejadian ini.

Seperti yang dikatakan pada Pak Dirga, Affan tidak mempedulikan pendapat orang tentang pernikahannya.

Pegawai kafe banyak yang mengenalnya sehingga mereka tahu jika wanita yang digandengnya itu bukan putrinya. Mereka terlihat ingin tahu karena selama ini Affan tidak pernah sembarangan menyentuh wanita.

Seragam SMA yang dikenakan oleh Aira juga menarik para pengunjung mengingat saat ini adalah jam efektif untuk kegiatan belajar mengajar. Terlebih lagi di lengan Aira terdapat tanda tingkat dua belas di mana dia seharusnya sibuk untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional, bukan malah berjalan-jalan ke kafe.

Meskipun berusaha untuk tenang, tetap saja pandangan buruk orang-orang di sekitarnya membuat Aira salah tingkah. Dia merasa menjadi objek semua orang dan melihat tatapan mata merendahkan dari mereka.

'Ya, Allah. Betapa malunya hamba di tempat ini. Aku terlihat seperti seorang pendosa di hadapan mereka.' Aira meringis getir.

Seperti tahu apa yang dirasakan oleh Aira, Affan mengeratkan genggaman tangannya.

Mereka berhenti di depan sebuah meja yang telah dipesan oleh Affan. Bimo menarik dua kursi untuk kedua boss-nya lalu mengambil tempat duduk untuk dirinya sendiri.

Di kejauhan terlihat seorang pria berjalan tergesa menuju ke meja Affan. Sebelumnya dia sedang duduk bersama beberapa orang temannya.

****

Bersambung ....

Kak numpang promo novel karya temanku ya kak ... Semoga berkenan mampir, terimakasih ...

1
Rina Herfina
cerita bagus ,TPI aku orang nya suka baca TPI tak suka komentar
Mamah Alfa
lanjutan nya apa thor
nur
kapan kehidupan faya?
Ei_dach v_3 yah🥰
ceritanya bagus... pembahasan nya nggak berbelit-belit..suka saya suka...😁
harwanti unyil
itu lh hukum alam
harwanti unyil
wah belah duren
Nurul Umilhuda
ceritanya sangat bagus
Mariya Retno
lanjutannya mn mb
sari emilia
aku bc dr bab 70 lgsung loncat k bab 109 😄😄😄 pusing mslh nya bc nya byk muncu pemeran baru n byk drama muter2...jd bc yg langsung tamat aja kn kelar
sari emilia
asli spt drama indosiar
sari emilia
😃😃😃😄 ada ga novel yg ky jiplakan drama indosiar 😝😝
sari emilia
mk nya paya aira goblok jgn d pelihara 😄😄😄
sari emilia
aku paling tdk sk wntia muslimah yg taat kt crt nya tp sk bohong jujur aja knp....kl aku sll jujur sm suami apalg kl mrs terancam....jd tdk sk dgn aira...
sari emilia
jgn salah anggie org kampung itu meski tp sangat cantik2 alami bkn spt km cantik krn riyasan menor...km ank2 kampung ini jarang dandan
sari emilia
😆😆😆 yg sampai sekarng msh masuk dlm pola pikir ku ank umur 20 msh SMA kls 2 🤪🤪 gmn crt nya emg mrk b2 oon sampai jd siswa abadi...thor yg bnr aja...ank SMA kelas 2 itu paling banter 16/17 thn 😇😇
Sedang Bertapa: Kalau membaca dipahami dulu mb... kelas 12 itu sama dengan 3 SMA... Terpaut 20 Tahun itu artinya beda 20 tahun bukan umur 20 tahun... Di bab sebelumnya sudah dijelaskan jika istri Affan meninggal 18 tahun yg lalu artinya Faya dan Aira 18 tahun dan Affan 38 tahun di mana mereka beda 20 tahun... paham???
total 1 replies
sari emilia
kl bc sinopsisnya aira ank SMA...ms sdh umur 20 thn...atau paya yg umur nya sdh 20 thn tp otak nya aga lemot jarang naik kelas jd umur sdh 20 thn msh SMA 😄😄
Dadang Yuliadi
sangat bagus
dina
keren
Ani Vabbiani
suka thor sama ceritanya
Ani Vabbiani
mampir thorrr...semangatttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!