Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Hah? Ma-maksud kamu? Eu ... kamu mau aku jadi pendamping kamu, begitu?" tanya Erlin, jantungnya seketika berdegup kencang, gugup dan salah tingkah.
Candra tersenyum lebar, wajah Erlin yang memerah terlihat lucu dan menggemaskan. "Bukan begitu maksud saya, Erlin. Tapi, saya mau kamu jadi salah satu orang saya. Orang kepercayaan saya, begitu."
Erlin menarik napas dalam-dalam. "Oh, maksudnya jadi asisten pribadi atau sekretaris kamu, begitu?"
Candra mengangguk-anggukkan kepala. "Ya seperti itu kira-kira."
Erlin terdiam sejenak seraya menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan. "Tapi aku 'kan udah bekerja sama Nyonya Rosalinda, Candra. Gimana caranya aku bisa kerja sama kamu?"
"Kita pikirkan itu nanti, Er. Sekarang kita fokus sama masalah saya dulu. Saya benar-benar butuh bantuan kamu. Cuma kamu orang yang bisa saya percaya. Selain itu, kamu juga deket sama Nyonya Rosalinda dan kamu bisa mengakses fail pribadi dia."
"Bener juga sih. Oke, aku usahakan, ya. Semoga ada titik terang mengenai orang tua kamu, Candra. Semoga kamu cepat dipertemukan sama Ibu kamu."
Candra tersenyum ringan. "Makasih, Er."
"Sama-sama, Can. Eu ... aku pamit sekarang, ya. Masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan."
"Oke, hati-hati di jalan. Makasih banget untuk hari ini."
"Astaga, dua kali lho kamu berterima kasih. Santai aja kali, Can. Udah kewajiban aku ngebantuin kamu."
Candra menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak gatal. Jantungnya seketika berdegup kencang, perasaannya gugup tidak karuan. Selama beberapa hari ini, ia menghabiskan waktunya bersama Erlin, dirinya bahkan mulai melupakan sakitnya dikhianati oleh wanita yang ia cintai. Lantas, apakah Candra mulai membuka hatinya untuk wanita lain? Semudah itukah?
"Oke, sampai jumpa lagi, Candra. Aku pergi sekarang, ya," pamit Erlin untuk yang kedua kalinya, berbalik lalu melangkah keluar dari dalam rumah.
Candra menatap kepergian Erlin dengan senyum kecil. "Makasih karena kamu mau membantu saya, Er. Saya janji gak akan melupakan kebaikan kamu," batinnya.
***
Satu jam kemudian, Erlin kembali ke hotel tempat di mana Rosalinda berada untuk melaporkan bahwa dirinya telah menyelesaikan tugas yang diberikan dan siap menerima tugas selanjutnya dari sang atasan. Wanita itu berdiri di depan pintu hotel, menatapnya dengan lekat seraya menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengetuknya pelan dan beraturan.
"Ini saya, Nyonya," serunya dengan suara lantang.
"Masuk!" titah Rosalinda, suaranya terdengar samar-samar dari dalam kamar.
Erlin membuka pintu lalu melangkah masuk dengan wajah datar. Menatap wajah Rosalinda yang masih duduk di tempat yang sama seperti terakhir kali ia meninggalkan tempat tersebut. Wajahnya nampak memerah, kepalanya sedikit bergoyang karena mabuk. Entah sudah berapa banyak minuman beralkohol yang sudah ia teguk. Dua buah botol anggur merah nampak tergeletak di atas meja, lengkap dengan satu buah gelas kaca yang masih terisi cairan berwarna merah terang.
Rosalinda menoleh dan menatap wajah Erlin seraya meraih gelas tersebut. "Gimana, kamu udah kerjain semua tugas dari saya?" tanyanya, seraya menggoyangkan gelas yang berada di telapak tangannya.
Erlin menghentikan langkah tepat di depan meja, menatap wajah Rosalinda masih dengan ekspresi wajah yang sama. "Sudah, Nyonya," jawabnya singkat.
"Bagus, sekarang beresin semua barang-barang saya. Kita kembali ke kota sekarang juga."
"Hah? Se-sekarang juga, Nyonya? Eu ... apa tidak sebaiknya kita tunda dulu kepulangan kita, Nyonya? Nyonya mabuk berat, saya takut Anda kenapa-napa di perjalanan. Lebih baik Anda istirahat dulu."
Rosalinda tersenyum kecil, meletakan gelas yang ia genggam lalu menyandarkan punggung berikut kepalanya di sandaran sofa. Telapak tangannya perlahan mulai bergerak, memijit pelipis wajahnya yang mulai terasa pusing.
"Kamu benar juga, Er. Kepala saya pusing banget. Besok aja kita pulangnya," jawabnya dengan mata terpejam.
"Maaf, bukan maksud saya mau mendikte Anda, Nyonya. Anda sudah mabuk berat, lebih baik Anda berhenti minum dan istirahat."
Rosalinda kembali membuka kedua mata, menatap wajah Erlin dengan tajam. "Gimana keadaan Candra sekarang?"
"Dia baik-baik aja, Nyonya."
"Bagus, kamu pastikan Candra bekerja dengan baik dan terus awasi dia sampai kita pulang."
"Maksud Anda, saya jadi mata-mata Anda, begitu? Boleh saya tau alasannya?"
Rosalinda terdiam sejenak, mencoba berdiri tegak seraya menahan rasa pusing. Tubuhnya nampak sempoyongan dan hampir saja tumbang, beruntung Erlin dengan sikap segera meraih kedua bahunya dan membantunya kembali berdiri tegak.
"Hati-hati, Nyonya. Anda mabuk berat," ucap Erlin seraya memapah tubuh Rosalinda menuju ranjang.
"Astaga, berapa banyak aku minum?" decak Rosalinda, dengan senyum lebar, tubuhnya benar-benar terasa ringan dan sulit ia kendalikan.
Erlin perlahan membaringkan tubuh Rosalinda di atas ranjang. Wanita itu mulai meracau tidak karuan akibat minuman beralkohol yang ia minum. Sesekali tertawa dan seketika terlihat marah, muram bahkan seperti hendak menangis. Erlin hanya menggelengkan kepala seraya menutup separuh tubuh sang majikan menggunakan selimut tebal.
"Sekarang kamu puas, Mas. Aku berhasil menemukan Candra!" celoteh Rosalinda seraya duduk tegak dengan kepala bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Erlin terdiam, keningnya mengerut, memandang lekat wajah Rosalinda dengan rasa penasaran dan tidak sabar ingin segera mendengar kalimat selanjutnya. Tidak ada sepatah katapun yang ia ucapkan, dirinya tidak ingin merusak moment di mana Rosalinda benar-benar hilang kesadaran dan mengorek informasi yang berhubungan dengan Candra. Namun, Rosalinda tiba-tiba mendongak dan menatap wajah Erlin yang tengah berdiri tepat di samping ranjang, menatap wajahnya dengan tajam dan rambut sedikit berantakan.
"Apa kamu tau gimana rasanya dikhianati oleh orang yang kamu cintai?" tanyanya kepada Erlin seraya menahan isakan.
Erlin menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal seraya tersenyum cengengesan, bingung harus menjawab apa. "Ma-maksud Anda apa ya, Nyonya? Aku sibuk kerja dan gak punya waktu buat pacaran. Jadi, aku gak tau gimana rasanya dikhianati, tapi pasti rasanya sakit banget dikhianati sama orang yang dicintai," jawabnya dengan canggung dan gugup.
"Kamu tau gimana rasanya jadi yang kedua?"
Erlin terdiam, hanya menatap wajah Rosalinda tanpa berkedip. Kesedihan dan putus asa nampak jelas dari sorot matanya. Ia tidak pernah melihat sang majikan seterpuruk itu. Rosalinda bahkan tidak pernah membahas masalah pribadinya apalagi masa lalu kelamnya.
"Aku sudah memberikan semuanya sama dia. Aku bahkan rela dijadikan yang kedua dan berharap akan mendapatkan seluruh harta laki-laki itu, tapi apa?" teriak Rosalinda, jiwanya benar-benar berada di bawah kendali alkohol membuat kesadarannya hilang dan akhirnya memuntahkan apa yang selama ini ia pendam sendirian. "Seharusnya namaku yang ada di surat wasiatnya, Erlin. Seharusnya semua harta dia jadi milikku, tapi si brengsek bajingan itu malah mewariskan semua hartanya sama anak sialan itu. Dasar Askara Wijaya bajingaaaan!"
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭