NovelToon NovelToon
Rempah Sang Waktu

Rempah Sang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Istana/Kuno / Reinkarnasi / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author:

Seorang Food Vlogger modern yang cerewet dan gila pedas, Kirana, tiba-tiba terlempar ke era kerajaan kuno setelah menyentuh lesung batu di sebuah museum. Di sana, ia harus bertahan hidup dengan menjadi juru masak istana, memperkenalkan cita rasa modern, sambil menghindari hukuman mati dari Panglima Perang yang dingin, Raden Arya.

Season 2 : 05. Teh Botol dari Sang Sejarawan

Mobil sedan mewah yang membawa Arya dan Dyandra sudah menghilang di tikungan jalan, menyisakan debu yang beterbangan.

Kirana masih berdiri di lobi bawah gedung proyek, menendang kerikil dengan kesal.

“Dasar nenek lampir glow-up,” gerutu Kirana. “Mentang-mentang kaya, main serobot aja. Awas ya, nanti gue bikin konten “Review Kelakuan Minus Orang Kaya”.”

Kirana merogoh tasnya, mencari kunci mobilnya sendiri. Tangannya masih gemetar sisa emosi tadi.

“Maaf…”

Sebuah suara lembut menyapa dari belakang.

Kirana menoleh kaget, siap memasang mode defensif kalau-kalau itu anteknya Dyandra.

Namun, yang berdiri di sana adalah seorang pria muda berkacamata dengan kemeja flanel kotak-kotak yang rapi. Wajahnya teduh, senyumnya ramah, dan ia memeluk sebuah buku tebal berjudul ‘Arsitektur Kolonial di Jawa’.

Kirana mengerjap. Wajah itu…

Mata yang tidak menghakimi itu. Senyum tulus yang menenangkan itu.

Itu wajah Pangeran Dipa.

Bedanya, Dipa versi modern ini tidak memakai sanggul, melainkan rambut pendek belah pinggir yang rapi. Dia terlihat seperti dosen muda atau mahasiswa S2 yang pintar.

“Mbak Kirana, ya?” Tanya pria itu sopan. “Saya lihat tadi Mbak ditinggal sendirian di balkon. Maaf atas kelakuan Bu Dyandra. Beliau memang agak…dominan.”

Pria itu menyodorkan sebotol teh kemasan dingin yang masih berembun.

“Buat dinginin kepala. Cuaca Jakarta lagi nggak santai.”

Kirana menerima botol itu dengan canggung. “Makasih. Mas siapa ya? Staf sini juga?”

Pria itu tertawa kecil. Tawa yang renyah dan sopan.

“Saya Dimas. Dimas Pradipa,” ia mengulurkan tangan. “Saya sepupunya Arya. Sekaligus konsultan sejarah buat proyek ini. Saya yang mastiin Arya nggak sembarangan ngerobohin tembok bersejarah.”

Kirana menjabat tangan Dimas. Hangat. Rasanya seperti bertemu teman lama yang sudah berpisah ratusan tahun.

“Dimas…”gumam Kirana. “Nama yang bagus.”

“Mbak temannya Arya?” Tanya Dimas sambil membuka kacamata dan mengelapnya.

”Jarang-jarang Arya bawa teman perempuan ke proyek. Biasanya cuma Dyandra yang maksa ikut.”

“Iya, teman…teman makan nasi goreng,” jawab Kirana, mengulang definisi dirinya sendiri.

Dimas mengangguk-angguk, lalu menatap Kirana dengan tatapan menyelidik namun sopan.

“Mbak Kirana percaya reinkarnasi,?” Tanya Dimas tiba-tiba.

Kirana tersedak ludahnya sendiri. “Hah? Kenapa nanya gitu?”

Dimas menunjuk gedung tua di belakang mereka.

“Gedung ini…banyak yang bilang angker. Tapi buat saya, gedung ini cuma menyimpan memori. Memori yang nunggu buat diputar ulang,” Dimas tersenyum misterius. “Dan pas saya liat Mbak berdiri di balkon tadi sama Arya…entah kenapa, saya ngerasa ‘deja vu’. Kayak saya pernah melukis adegan itu di suatu tempat.”

Jantung Kirana berdesir hebat. Melukis. Dulu Pangeran Dipa memberinya lukisan perpisahan.

“Mungkin kita emang pernah ketemu, Mas Dimas,” kata Kirana pelan, memberanikan diri. “Di kehidupan yang lebih sederhana. Di mana nggak ada macet dan nggak ada deadline kerjaan.”

Dimas tertawa lagi. “Saya suka pemikiran itu. Oh ya, Mbak bawa kendaraan? Kalau nggak,bisa bareng saya sampai depan stasiun atau halte?”

“Bawa kok. Makasih tawarannya.”

Dimas mengangguk. Sebelum berbalik pergi menuju ruang kerjanya, ia berhenti sejenak.

“Satu hal lagi, Mbak Kirana,” kata Dimas, wajahnya berubah sedikit serius. “Jangan nyerah sama Arya ya. Dia itu kelihatannya aja kaku dan nurut sama Dyandra. Tapi sebenarnya…dia lagi nyari jalan keluar. Dia cuma butuh alasan yang kuat buat berani ngelawan arus.”

Dimas mengedipkan sebelah matanya—gestur yang sangat ‘Pangeran Dipa’ banget.

“Dan saya rasa…alasannya itu Mbak.”

Dimas melambaikan tangan, lalu berjalan santai masuk ke dalam gedung tua itu, meninggalkan Kirana yang terpaku dengan teh botol dingin di tangan.

Kirana tersenyum lebar. Beban di dadanya terangkat setengah.

Dia tidak sendirian. Semesta mengirimkan bala bantuan. Jika di masa lalu Dipa adalah teman curhatnya, di masa depan Dimas sepertinya akan menjadi sekutu terbaiknya untuk memisahkan Arya dari cengkeraman Dyandra.

“Oke, Tim Arya-Kirana nambah satu anggota,” gumam Kirana semangat sambil berjalan ke mobilnya. “Tunggu aja tanggal mainnya, Dyandra. Gue punya sejarawan di pihak gue.”

1
Roro
yeee ketemu lagi arya sama kirana
Roro
keren sumpah
NP
Makasih banyak ya kak 🥰🔥
Roro
wahhh ternyata nanti berjodoh di masa depan 😍😍😍
NP: 🤣🤣 tadinya mau stay di masa lampau kirana nya galau 🤭
total 1 replies
Gedang Raja
tambah semangat lagi ya Thor hehehe semangat semangat semangat
Roro
akan kah kirana tinggal
Roro
ayo thor aky tungu update nya
Roro
gimana yah jadinya, apa kita akan bakal pulang atau bertahan di era masa lalu.
NP: Hayoo tebak, kira kira Kirana pilih tinggal di masa lalu atau masa depan?
total 1 replies
Roro
Arya so sweet
Roro
panglima dingin.. mancair yah
NP
Ditunggu ya kak hehehe.. makasih udah suka cerita nya😍
Roro
aku suka banget ceritanya nya Thor, aku tunggu lanjutan nya
Roro
lanjut thor
Roro
kok aku suka yah sama karakter Kirana ini
Roro
ahhhsetuju Kirana
Roro
bagus ceritanya aku suka
Roro
keren thor
Roro
keren jadi semngat aku bacanya, kayak nya tertular semangat nya Kirana deh
NP: Makasih banyak kak Roro😍🙏
total 1 replies
Roro
fix Kirana berada di abad ke 14
Roro
jangan jangan Kirana sampai ke abad 14
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!