NovelToon NovelToon
PESONA TETANGGA BARU

PESONA TETANGGA BARU

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

"Bagaimana rasanya... hidup tanpa g4irah, Bu Maya?"

Pertanyaan itu melayang di udara, menusuk relung hati Maya yang sudah lama hampa. Lima tahun pernikahannya dengan Tama, seorang pemilik bengkel yang baik namun kaku di ranjang, menyisakan kekosongan yang tak terisi. Maya, dengan lekuk tubuh sempurna yang tak pernah dihargai suaminya, merindukan sentuhan yang lebih dalam dari sekadar rutinitas.

Kemudian, Arya hadir. Duda tampan dan kaya raya itu pindah tepat di sebelah rumah Maya. Saat kebutuhan finansial mendorong Maya bekerja sebagai pembantu di kediaman Arya yang megah, godaan pun dimulai. Tatapan tajam, sentuhan tak sengaja, dan bisikan-bisikan yang memprovokasi h4srat terlarang. Arya melihatnya, menghargainya, dengan cara yang tak pernah Tama lakukan.

Di tengah kilau kemewahan dan aroma melati yang memabukkan, Maya harus bergulat dengan janji kesetiaan dan gejolak g4irah yang membara. Akankah ia menyerah pada Godaan Sang Tetangga yang berbaha

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Be berapa hari berikut nya, Maya men coba men jaga jarak dari Arya. Ia hanya ber interaksi se perlu nya, fokus pada tugas-tugas nya se bagai asisten rumah tangga. Ia meng hindari tatapan Arya, meng hindari sentuhan nya. Ia ingin mem bukti kan pada diri nya sendiri, bahwa ia bisa kuat.

Namun, Arya tidak me nyerah. Ia terus men cipta kan kesempatan.

Suatu pagi, saat Maya sedang mem bersih kan halaman belakang, Arya keluar dari rumah nya dengan me ngena kan kaus polos dan celana pendek. Ia mem bawa se buah ember dan kain lap.

"Pagi, Maya," sapa nya, senyum tipis ter ukir di bibir nya

"Pagi, Arya," jawab Maya, berusaha acuh tak acuh.

Arya ber jalan men dekat, lalu duduk di tepi kolam renang, mulai mem bersih kan pinggiran nya. Maya terus me nyiram tanaman, berusaha mengabai kan nya.

"Maya," Arya me manggil.

Maya menoleh.

"Saya baru saja men dapat kabar," kata Arya, nadanya terdengar sedikit sedih. "Kakek saya di kampung sakit

Parah. Saya harus segera pulang untuk menjenguknya."

Maya terkejut. "Ya Tuhan. Semoga cepat sembuh, Arya."

Arya mengangguk. "Terima kasih. Tapi saya sedikit khawatir."

"Khawatir kenapa?" tanya Maya.

"Rumah ini akan kosong. Saya tidak tenang meninggalkan rumah dalam keadaan kosong," kata Arya, ia menatap Maya. "Saya ingin meminta bantuan Anda, Maya. Bisakah Anda mengawasi rumah ini selama saya pergi?"

Jantung Maya berdebar kencang. Mengawasi rumah?

Itu berarti ia harus sering masuk ke rumah Arya, sendirian.

"Tentu saja, Arya," Maya menjawab, merasa tidak enak untuk menolak. "Saya akan sering mengeceknya."

Arya tersenyum. "Tidak perlu sering-sering. Cukup

malam hari saja. Saya lebih khawatir kalau ada pencuri."

Malam hari? Sendirian? Maya merasakan merinding.

"Tapi... saya kan punya suami, Arya," Maya mencoba menolak.

Arya menghela napas. "Saya tahu itu, Maya. Saya tidak akan meminta Anda melakukan sesuatu yang aneh. Hanya mengawasi. Saya percaya pada Anda." Ia menatap Maya dalam, sebuah tatapan yang memancarkan kepercayaan.

"Saya hanya punya Anda yang bisa saya andalkan di sini."

Kata-kata Arya barusan menghantam Maya. Ia merasa dirinya penting bagi Arya. Sebuah perasaan yang jarang ia dapatkan dari Tama. Hati nuraninya mulai goyah.

"Baiklah, Arya," Maya akhirnya mengangguk. "Saya akan mengawasi rumah Anda."

Arya tersenyum puas. "Terima kasih banyak, Maya. Anda memang yang terbaik." Ia bangkit, mendekati Maya.

"Saya akan berangkat nanti sore. Mungkin sekitar pukul empat."

"Hati-hati di jalan, Arya," kata Maya.

Arya mengangguk. Ia meraih tangan Maya,

menggenggamnya erat. "Saya akan merindukanmu, Maya." Bisikan itu begitu lembut, begitu mendesak, membuat bulu kuduk Maya meremang. Lalu, tanpa diduga, Arya mencium punggung tangan Maya, sebuah ciuman yang singkat, namun penuh makna. Lalu ia melepaskan tangan Maya, berbalik, dan masuk ke rumahnya. Maya terpaku di tempatnya, menatap punggung Arya.

***

Sore hari nya, tepat pukul empat, Maya me lihat mobil Arya melaju pergi dari garasinya. Ia menghela napas panjang. Ada perasaan lega, namun juga ada perasaan hampa yang aneh. Arya pergi.

Ia masuk ke dalam rumah. Tama sudah pulang dari bengkel. Wajah nya ter lihat lebih cerah dari kemarin.

"Kamu sudah makan, Yank?" tanya Tama, duduk di meja makan.

"Sudah, Mas," jawab Maya. Ia sengaja tidak me ngata kan Arya pergi, takut Tama akan curiga.

Malam itu, setelah Tama ter lelap, Maya ber baring di ranjang. Pikiran nya me layang pada rumah Arya yang kini kosong. Pada janji yang ia buat pada Arya. Ia me rasa kan daya tarik yang aneh untuk pergi ke sana. Se buah rasa penasaran, se buah ke inginan untuk me rasa kan kembali aura Arya di rumah nya.

Ia bangkit per lahan dari ranjang, me ngena kan jaket tipis, lalu keluar dari kamar. Ia ber jalan me nuju pintu samping rumah, pintu yang meng hubung kan langsung ke halaman belakang rumah Arya.

Ia mem buka pintu itu per lahan, me langkah keluar. Udara malam terasa dingin, namun jantung Maya justru ber debar panas. Ia ber jalan me nuju pintu samping rumah Arya. Pintu itu tidak ter kunci.

Maya me langkah masuk ke dalam rumah Arya. Sua sana gelap, hanya di terangi oleh cahaya remang dari lampu jalanan yang me nyusup masuk melalui jen dela. Rumah itu terasa sepi, namun aura Arya masih begitu kuat. Aroma parfum nya yang khas masih ter cium samar di udara.

Ia ber jalan me lewati ruang tamu, lalu me nuju ruang kerja Arya. Ia me nyala kan lampu meja. Komputer Arya ter geletak di meja, laptop nya masih mati. Ia mem belai keyboard nya per lahan, mem bayang kan Arya duduk di sana, bekerja.

Ia lalu ber jalan me nuju kamar tidur Arya. Lampu kamar itu mati. Ia ber jalan me nuju ranjang. Aroma Arya se makin kuat di sana. Ia me nyentuh seprai sutra yang dingin, mem bayang kan setiap adegan panas yang telah mereka lalui be berapa waktu lalu. Se buah gair4h yang tak ter tahan kan kembali muncul, begitu kuat hingga ia merasa gemetar.

Maya me mejam kan mata. Ia mem bayang kan Arya. Sentuhan nya. Bisikan nya. Ciu*man nya. Ia me rindu kan sen sasi itu. Hati nurani nya kalah oleh hasr4t. Ia tahu, ia telah jatuh ter lalu dalam. Dan ia tidak tahu bagai mana bisa keluar dari sini.

Tiba-tiba, suara pintu utama rumah Arya ber decit pelan. Maya mem beku di tempat nya. Suara decitan pintu utama rumah Arya di lantai bawah me mecah ke sunyian, me ngoyak lamunan nya. Jantung nya men celos. Siapa? Arya? Tapi pria itu baru saja pergi. Atau... pen curi? Ke ngerian men jalari tulang nya. Ia tidak se harus nya berada di sini, di rumah yang kosong ini, sendirian.

Ia me nahan napas, berusaha men dengar kan. Langkah kaki ter dengar pelan, me nyeret, naik me nuju lantai atas. Se makin lama se makin dekat. Maya panik. Ia ber sembunyi di balik gorden tebal, ber harap tidak ter lihat. Suara langkah itu ber henti tepat di depan pintu kamar Arya.

Tok tok!

Ketukan pelan itu mem buat Maya nyaris ber teriak. Ia me nahan napas, me mejam kan mata erat-erat.

1
Mar lina
kalau sudah ketagihan
gak bakal bisa udahan Maya..
kamu yg mengkhianati Tama...
walaupun kamu berhak bahagia...
lanjut Thor ceritanya
lestari saja💕
klo sdh kondisi gtu setan gampang bgt masuk menghasut
lestari saja💕
ya pasti membosan kan bgt.bahaya itu
lestari saja💕
mampir,penulisannya bagus,semoga ga berbelit2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!