Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 07
Udara memanas dikediaman Wiranata setelah berubahnya rencana pertunangan Davin dan Selena.
Hanya butuh 2 bulan lagi mereka lulus sekolah dan bertunangan.
Davin mendesah frustasi namun wajahnya tetap memaksakan rileks. Ia memegang lembut lengan Selena untuk berdiri.
"Kita butuh udara sejenak untuk membicarakan ini secara pribadi." izin Davin kepada semua orang sebelum menarik Selena dengan lembut.
Semua mengangguk setuju, Lina berharap Davin berhasil menenangkan kembali hati Selena. Sementara Karina berharap Selena tidak mengubah pikirannya untuk mengundurkan pertunangan dengan begitu Karina dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan Davin.
Diluar rumah Davin berhenti menarik tangan Selena. menatapnya tajam penuh menyelidik. Apa alasan Selena mengundurkan pertunangan mereka.
"Kenapa Selena.. Kenapa?" tanya Davin bingung. Memegang bahu Selena dengan kuat agar menatap dirinya.
Selena memiringkan kepalanya, mengamati ekspresi Davin. "Yang dikatakan ayahmu benar, aku masih ingin menikmati masa muda ku.." Selena tersenyum tipis sembari melepaskan lembut tangan Davin dipundaknya.
Penolakan yang halus namun berhasil menusuk hati Davin.
"Kau bohong. Ada satu hal yang tak kau katakan bukan? Ini bukan soal bagaimana kau ingin kebebasan." Davin kembali memegang dagu Selena agar menatapnya. "Jangan berbohong, pasti ada yang kau sembunyikan dariku. Aku bisa memberimu kebebasan saat kita sudah bertunangan nanti jangan khawatir. Namun jangan undur pertunangan kita."
"Oh, kenapa?" tanya Selena penasaran mengapa Davin sangat ingin mempertahankan hubungan kita.
Padahal Davin lebih peduli dengan Karina dari pada dirinya.
"Karena aku mencintaimu Selena. Kita sudah berjanji akan bertunangan lalu menikah." jawab Davin tegas dengan seluruh tubuhnya gemetar menggambarkan emosinya yang buruk.
"Cinta.." bisik Selena menggantung di udara. Seperti tali tipis yang tak terlihat.
Cinta mereka seperti pasir halus. Hadir namun sulit digenggam dengan erat.
Selena tak percaya lagi cinta Davin. Jika pria itu memperhatikan Karina melebihi segalanya.
Ia ingat bagaimana kata-kata Davin yang kasar dan rendah. Ini membuat Selena yakin bahwa cinta Davin bukanlah miliknya.
Selena juga tidak tahu apakah itu cinta ada atau sebuah perasaan yang sudah ada sejak lama yang dipaksakan tetap ada.
"Pertimbangkan lagi oke? Aku sangat mencintaimu dan menyayangimu Selena." bisik Davin meminta kepastian dalam diri Selena.
Ia tak mau hubungan mereka yang sudah terjalin sangat lama, bisikan rahasia dan momen harus berakhir hanya karena pertunangan diundur.
Oke itu hanya pertunangan di undur namun entah kenapa Davin memiliki firasat bahwa inilah awal hubungan mereka retak.
Meski Davin tak menyadari hubungan mereka sudah retak saat Karina sudah masuk ke hubungan mereka.
Selena mengangguk mengiyakan bukan berarti ia luluh dengan bujukan Davin. "Baiklah, aku akan memastikannya."
Davin tersenyum kecil, hatinya sedikit lega mendengarnya meski masalah ini belum berakhir sepenuhnya namun Davin tetap menganggap positif tentang ini.
"Ini baru selena-ku." Davin menyingkirkan lembut sehelai rambut Selena yang menutupi. Tangannya memegang lembut pipi Selena—kepalanya sedikit mencondongkan ke arah Selena.
Mata Selena membelalak, bagaimana jarak mereka hanya sejarak beberapa sentimeter. Nafasnya tertahan.
kepalanya berpaling saat bibir Davin hampir mengenai bibirnya. Ia merasakan kehilangan rasa ingin dengan Davin setelah semuanya.
"Aku butuh ruang." bisik Selena, perlahan ia mundur kebelakang hingga berbalik meninggalkan Davin sendiri.
Davin memperhatikan punggung kecil Selena yang semakin menjauh darinya. Hatinya perih melihat bagaiman Selena menjauhinya—bukan secara terang-terangan tetapi seperti tetesan air yang keluar dari keran bocor.
Ini lebih menyakitkan dari pada ledakan, amarah dan hinaan. Davin bingung harus berbuat apa. Ia tak mengerti mengapa Selena jauh darinya—seharusnya Selena didalam pelukannya dengan mereka berciuman mesra seperti dulu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saat menuju ruang tamu langkah Selena berhenti karena Lina yang sudah menunggu disana.
Wanita tua itu begitu cemas karena takut putranya membuat masalah besar hingga pertunangan ini batal.
"Ah, Selena." Lina memaksa tersenyum segera menghampiri Selena. Tangannya mengelus lembut punggung Selena tanda menenangkan yang tipu
"Ya, nyonya Lina?" sahut Selena, menatap Luna dengan penasaran.
"Apakah kau dan Davin memiliki masalah?" tanya Lina dengan hati-hati. Ia tak bisa langsung basa-basi jika menyangkut pertunangan ini.
Selena terdiam sejenak, Davin dan ibunya Lina sedang mencari kepastian darinya.
Ini bisa menguntungkan sesuatu.
"Ah, kurasa ya. Aku tidak bisa memberitahu Davin karena bisa jadi membuat hubungan kita semakin rumit." raut Selena sedikit murung seolah ikut mengkhawatirkan hubungan ini.
Wajah Lina panik, mengenggam lembut pipi Selena agar menatapnya dan mempercayainya. "Sayang, kau bisa cerita denganku.. tapi bukankah setiap masalah bisa diselesaikan bersama-sama?"
Selena mengenggam lembut tangan Lina, menariknya menjauh dari pipinya untuk mengenggam tangannya.
Bentuk tekanan frustasi dan mengandalkan.
"Sulit rasanya memberitahu Davin.." Selena berkedip beberapa kali, matanya mulai berlinang dengan cepat.
"Oh, jangan menangis Selena.. Baiklah, baiklah. Beritahu ibu saja apa masalah kalian berdua? aku akan membujuk Davin secara perlahan. Oke? Itu bagus kan?" tawar Lina dengan cepat-cepat, ia akan melakukan apapun demi mempertahankan pertunangan putranya.
Lina bertekad akan membimbing putranya sampai ke pernikahan. sesuai rencananya. Davin harus menikahi putri kaya raya yaitu Selena dan mendapatkan hak waris Wiranata.
"Jangan beritahu Davin okey? Anggap saja ibu yang menilai masalah ini sendirian." Lina mengangguk setuju dengan mudah. Selena hanya tak mau posisinya disalahkan sebagai gadis pencemburu oleh Davin atau Karina lagi.
Davin sangat patuh pada ibunya, Selena bisa mengunakan ini. Mempermainkan jalinan pertunangan untuk mempermainkan mereka.
"Aku sangat kesal Davin sering menghabiskan waktu dengan Karina, adik tiriku. Aku merasa Davin tak lagi mencintaiku dan itu membuat ku ragu untuk melanjutkan hubungan pertunangan ini."
Suara Selena tampak sedih, seperti merasakan kekecewaan yang mendalam. Bisikan sendunya membuat Selena tampak seperti tersakiti ditelinga Lina.
Lina mengangguk mengerti, ia mengutuk putranya diam-diam. jadi sangat masuk akal bagaimana Selena mengundurkan pertunangan ini dengan putranya.
Sebelumnya Lina juga sudah memperingati Davin untuk menjauhi Karina. Ia tak mengerti dimana letak kemiripan Karina dengan mendiang putrinya.
Mungkin dari segi wajah Karina yang lembut mirip mendiang putrinya, Viona.
"Jangan khawatir Selena. Ibu akan bicara baik-baik pada Davin. agar ia tahu batasannya dengan Karina ya? Kau tak perlu sedih lagi." dengan lembut Lina menghapus air mata yang menetes disudut mata Selena.
Selena mengangguk, memeluk Lina. Ia tersenyum puas dibalik bahu Lina—genggamannya sedikit menguat memeluk Lina. "Terimakasih ibu, terimakasih. Tapi janji jangan bilang ini dariku ya?"
Lina mengangguk, mengelus bahu Selena menenangkan. "Ya, tentu. Ibu janji, ibu akan berbicara dengannya secara perlahan hingga mengerti ya? Kau tak perlu khawatirkan itu. percayakan kepada ku."