Tantangan Kepenulisan Noveltoon
Bagaimana rasanya dijodohkan dengan 5 laki-laki tampan? Tanyalah kepada Irene Abraham.
Cantik, pintar, dan kayaraya membuat kehidupan Irene serasa sempurna. Apapun yang inginkan selalu bisa didapatkan dengan mudah. Hidupnya sangat bebas sesuka-suka hatinya.
Sampai suatu ketika, sang kakek berencana untuk menjodohkannya dengan salah satu putra keluarga Narendra. Ada lima tuan muda yang bisa Irene pilih menjadi pendampingnya, Alan, Alex, Alfa, Arvy, dan Ares. Kelima tuan muda memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Irene yang belum siap menikah, memutuskan untuk menyamar sebagai wanita jelek dan kampungan. Tujuannya satu, agar tidak ada dari kelima tuan muda yang akan menyukainya.
Apakah tujuan Irene berhasil? Ataukah Irene akan jatuh cinta pada salah satu dari kelima tuan muda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Hamish Abraham
"Cepat naik!" Ares mengulurkan tangannya agar Irene bisa naik ke atas dari dalam kolam.
Irene meraih tangan Ares. Ini untuk kedua kalinya ia masuk ke dalam kolam itu. Sepertinya ia harus mengambil les renang supaya tidak khawatir lagi dengan air.
"Terima kasih," ucap Iren. Ia heran melihat Ares yang tertegun memandanginya seakan ada yang salah dengannya. Ia ikuti kemana arah mata Ares memandang. Ternyata bagian perutnya sedikit tersingkap.
Irene membulatkan mata. Buru-buru ia membenarkan pakaiannya yang tersingkap dan basah. Untung saja body painting yang dikenakannya waterproof, tidak akan luntur sekalipun terkena keringat ataupun air. Kalau penyamarannya cepat terbongkar, semuanya akan berakhir.
"Aku mau masuk, ya! Kalau tidak cepat-cepat mandi, aku bisa masuk angin!" Irene langsung berlari ke dalam rumah sebelum Ares bertanya hal yang macam-macam kepadanya.
Sementara, Ares masih berpikir tentang apa yang baru saja dilihatnya. Seperti warna kulit. Bagian pinggang Irene memiliki warna kulit putih yang mulus. Tapi, hal itu tidak mungkin. Kulit tubuh Irene selama ini gelap.
"Apa dia memakai dua lapis pakaian?" gumamnya.
***
Seorang lelaki dengan perawakan gagah berpakaian formal melangkah dengan percaya diri memasuki halaman rumah keluarga Abraham. Matanya berwarna abu-abu dengan hidung mancung, alis tebal, serta rahang tegas yang ditumbuhi jambang lebat. Sorot matanya tajam bagaikan elang seakan fokus pada rumah besar yang ada di hadapannya. Ada sepuluh orang bodyguard yang berjalan di belakangnya dengan perlengkapan komunikasi yang terpasang di telinga mereka. Senjata api juga mereka kantongi satu-satu.
Para pelayan berjajar menyambut kehadiran lelaki yang berusia 36 tahun itu. Mereka tak ada yang berani mengangkat kepala seolah takut. Dua orang bodyguard keluar dari dalam kamar membawa kakek Irene keluar.
"Lama tidak bertemu, Kakek." Lelaki itu mengembangkan senyum.
"Tuan, Nona Irene tidak ada di rumah ini," bisik salah seorang pengawal yang terlebih dahulu ia tugaskan untuk mencari keberadaan Irene dan kakeknya di dalam rumah. Ternyata yang ada di dalam rumah besar itu hanya sang kakek.
Lelaki itu memberikan tatapan tajam ke arah kakek John. Ia masih menahan kesabarannya untuk tidak meluapkan emosi. Pasti ada sesuatu yang lelaki tua itu sembunyikan darinya.
"Bawa dia ke ruang tengah!" perintanya.
Hamish Abraham. Begitulah orang-orang menyebutnya. Seorang pengusaha sekaligus mafia yang lebih banyak menghabiskan waktunya di luar negeri untuk membangun jaringan bisnis yang lebih besar.
Hamish merupakan cucu pertama Kakek John Abraham dari putra pertamanya. Sedangkan Irene merupakan anak dari putra keduanya. Bisa dibilang, Hamish adalah kakak sepupu Irene. Kedua orang tua mereka sama-sama meninggal karena kecelakaan. Kecelakaan yang menurut Hamish merupakan suatu kesengajaan yang dilakukan oleh lawan bisnis mereka.
Hamish sudah cukup besar ketika kehilangan kedua orang tuanya. Sifatnya berubah menjadi ambisius dan arogan dengan tujuan balas dendam. Ia begitu menyayangi Irene mengingat nasib mereka sama. Keinginan untuk melindungi begitu besar karena mereka masih satu keluarga, generasi muda yang tersisa dari keluarga Abraham.
"Dimana Irene?" tanyanya.
"Aku tidak tahu."
Hamish tertawa. "Jangan mencoba membohongi aku. Kakek sengaja menyembunyikannya karena tahu aku akan pulang, kan?"
Kakek John terdiam. Tujuannya sengaja mengirimkan Irene ke tempat yang jauh memang salah satunya untuk menghindari pertemuan cucu kesayangannya dengan Hamish. Ia berpikir lebih baik Irene mendapatkan lelaki yang mampu melindunginya dari pada terus berada dalam kekangan Hamish.
Kakek John sangat hafal dengan watak cucu pertamanya. Dari segi pekerjaan juga sebenarnya ia tidak suka. Bisnis keluarga yang dijalankan secara jujur saja sudah banyak mendatangkan musuh sampai ia harus kehilangan kedua anaknya. Apalagi Hamish yang memutuskan terjun dalam dunia mafia.
Setelah kematian kedua orang tua Irene, Kakek John berusaha keras mempertahankan perusahaan dan bisnis-bisnis yang selama ini dijalankan oleh ayah Irene. Akan tetapi, usianya yang sudah cukup tua membuat ia tak begitu memiliki power. Kalau bukan karena bantuan Hamish, Irene sudah kehilangan segalanya.
"Dia sudah cukup dewasa untuk bisa menentukan hidupnya sendiri. Kamu jangan mengusiknya."
"Mengusik?" Hamish tidak terima dikatakan telah mengganggu kehidupan Irene. "Aku datang ke sini untuk menjadikannya istriku dan membahagiakannya."
"Hamish!" seru Kakek John. "Carilah wanita lain yang sepantaran denganmu. Irene terlalu muda untuk menjadi pendampingmu."
Hamish memiliki perasaan yang mendalam kepada sepupunya sendiri. Awalnya hanya rasa sayang pada keluarga, lambat laun tatapan matanya kian berubah, mulai tertarik pada wanita yang usianya cukup terpaut jauh darinya.
Beruntung saat itu Hamish disibukkan dengan pekerjaannya di luar negeri sehingga tidak mengganggu perkembangan Irene yang mulai beranjak remaja. Kakek John selalu menasihati agar Hamish menunggu sampai Irene cukup dewasa untuk mengutarakan keinginannya menikahi Irene. Kakek John sendiri sebenarnya tidak setuju dan hanya berniat mengulur waktu agar Irene bisa pergi dari rumah itu.
"Apa Kakek sedang berusaha membodohiku? Bertahun-tahun aku sudah bersabar untuk menunggu Irene tumbuh dewasa seperti kemauanmu. Setelah aku kembali, Kakek menyuruhku menikah dengan wanita lain?"
Hamish terlihat marah. Selama ini ia hanya bisa menyaksikan pertumbuhan Irene dari jauh, menahan kesabarannya untuk menjumpai wanita yang dicintainya dengan sabar. Ia biarkan Irene menikmati masa-masa remajanya, membiayai kuliah dan kursus-kursus yang diinginkan agar wanita itu bahagia. Setelah menjadi istrinya, ia bertekad untuk lebih membahagiakan Irene.
"Kakek tahu. Tapi kalian tidak cocok bersama."
Klak!
Hamish menodongkan pistol yang diambil dari dalam saku jasnya ke arah sang kakek. Tatapannya begitu tajam menyiratkan kemarahan yang membara. Ia tidak terima ada orang yang menghalangi keinginannya untuk bersama Irene, sekalipun itu kakeknya sendiri.
"Aku tidak akan segan membunuhmu jika berani menentang hubunganku dengan Irene." Ucapannya terdengar tidak main-main.
"Apa kamu tidak pernah memikirkan nasib Irene jika bersamamu? Musuhmu sangat banyak, bahkan kamu saja harus ditemani banyak bodyguard untuk menjamin keamanan. Biarkan Irene hidup normal saja sebagai wanita biasa."
Kakek John berusaha berkata bijak. Ia tidak ingin Irene ikut terlibat dalam dunia gelap yang diselami Hamish. Cucu perempuannya harus hidup bahagia dan penuh cinta, bukan hidup dalam bayang-bayang kematian dan kecemasan.
"Aku akan menjaganya dengan nyawaku sendiri, Kakek tidak perlu meragukan seberapa besar rasa cintaku kepadanya." Hamish kembali memasukkan pistol ke dalam sakunya.
"Aku yakin Kakek tidak akan memberi tahu aku dimana Irene berada. Jadi, aku akan tetap mencarinya sendiri. Atau akan aku buat dia datang ke rumah ini atas kemauannya sendiri."
"Kakek harus menjaga kesehatan agar bisa menyaksikan pernikahan kami."
"Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan calon pengantinku."
Hamish bangkit dari duduknya. Ia pergi meninggalkan mansion diikuti oleh anak buahnya. Hamish akan mencari keberadaan Irene dan membawanya kembali ke sisinya.
hamish tgh sekarat pun sempat lagi bercium... nyampahhhh