"Apa kurang dari ku, Mas? Kamu dengan tega nya berselingkuh dengan Winda" teriak Mora dengan penuh air mata.
"Kau tidak kurang apapun, sayang" lirih Aron dengan menatap manik mata Mora dengan sendu.
"Kau yang membawa ku kemari , kau yang berjanji akan memberi ku banyak kebahagian, tapi apa Mas? Kau mengkhianati ku dengan teman ku sendiri" tegas Mora.
"Pergilah dan ceraikan aku secepat nya" ucap Mora dengan penuh ketegasan.
DEG.
Aron langsung saja menatap Mora dengan tidak percaya. Wanita yang sangat di cintai nya kini tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Ke esokan pagi nya, Mora dan Dokter Wildan sudah siap-siap untuk berangkat ke Bandara.
Mereka akan sarapan di Bandara saja , karena tidak akan sempat jika sarapan di mansion.
"Bibi" panggil Mora.
"Iya Nona" jawab Art yang baru datang dari arah dapur.
"Saya akan pergi menjemput Ayah dan Mama, Bibi masaka buat kalian saja ya karena kami nanti akan sarapan di Bandara dan makan siang di perusahaan" jelas Mora dengan lembut.
"Baik Nona" balas Art tersebut.
"Yasudah saya dan Dokter Wildan pergi dulu ya" pamit Mora tersenyum ramah.
"Hati-hati di jalan , Nona , Tuan" ucap Art dengan sopan.
Mora menganggukan kepala nya dan pergi dari sana bersama dengan Dokter Wildan.
Dokter Wildan memperlakukan Mora seperti seorang ratu yang sangat di lindungi, bahkan ia selalu siaga jika seandai nya Mora membutuhkan sesuatu hal yang mendesak.
Definisi seperti suami siaga ya, readers🤣
**
Sedangkan Roy, Elisa dan Hari sedang menuju ke Hotel untuk melakukan pengecekan.
"Tuan Hari, nanti saya dan Nona Elisa akan mencari WO nya dan yang lainnya" ucap Roy dengan wajah datar.
"Baik Tuan, nanti biar saya yang mengajak Tuan Wildan dan Nona Mora untuk fitting baju dan memilih cincin nya" balas Hari yang sama datar nya.
"Ya ampun kalian ini kenapa datar sekali sih" gerutu Elisa dengan mencubit pelan perut Roy.
"Sshhh Elisa" desis Roy dengan menatap tajam Elisa.
Elisa hanya cengengesan saja dan memalingkan wajah ke arah jendela luar.
"Oh iya Roy, apa undangan sudah di sebarkan?" tanya Elisa.
"Sudah sejak tadi pagi oleh anak buah ku, Sa" jawab Roy
Elisa menganggukan kepala tanda mengerti, lalu ia fokus pada tab yang ia bawa dari Apartemen tadi.
Sedangan Roy dan Hari terlibat obrolan antara bisnis kedua majikan mereka.
Hingga mobil mereka sampai juga di depan Hotel Sy. Hari langsung saja menuju ke tempat parkir khusus pemilik Hotel.
"Oh iya Tuan Hari, apa benar Dokter Wildan pindah ke Negara ini?" tanya Elisa dengan penasaran.
"Iya Nona, bahkan ia sampai rela mengesampingkan diri nya yang Dokter hanya demi melanjutkan perusahaan Ayah nya" jawab Hari sambil melangkah.
"Memang awal nya perusahaan Sy ini di pegang oleh siapa?" tanya Elisa kembali.
"Oleh saya Nona, tetapi atas kendali dan perintah Tuan Wildan" jawab Hari.
Elisa hanya manggut-manggut kepala saja, lalu mereka masuk ke dalam lift untuk menuju ke Ballroom yang ada di lantai tengah Hotel ini.
Lagi dan lagi Elisa di buat takjub dengan desain Hotel tersebut, bahkan Ballroom nya saja sudah seperti istana saja.
"Ini belum seberapa jika dengan rootof sana, Nona" ucap Hari dengan tersenyum tipis.
"Memang nya kenapa dengan Rootof nya?" tanya Elisa.
"Kau akan mati jantungan jika melihat nya sayang, dan itu akan terjadi jika pernikahan Nona Mora dan Tuan Wildan" jawab Roy dengan gemas akan wajah penasaran Kekasih nya.
"Wow Mora sudah seperti ratu bagi Tuan Wildan ya" ucap Elisa takjub.
"Ya anda benar Nona, memang Tuan Wildan menganggap Nona Mora adalah ratu di dalam hidup nya" balas Hari dengan tersenyum.
Lalu mereka bertiga langsung saja melihat ke setiap sudut ruangan tersebut.
Setelah dirasa cukup, Roy dan Elisa berpamitan pada Hari untuk mengurus yang lainnya.
Sedangkan Hari sendiri akan ke Bandara menyusul Tuan dan Nona muda nya.
Tetapi sebelum Hari pergi, ia menugaskan beberapa anak buah nya untuk berjaga di Ballroom Hotel.
Mereka bertiga berpisah di parkiran, Elisa dan Roy naik mobil yang sudah di antarkan oleh anak buah Roy.
"Sampai jumpa kembali nanti malam, Har" ucap Roy dengan melambaikan tangannya pada Hari.
Hari hanya membalas nya dengan anggukan kepala dan lambaian tangan saja.
Setelah itu, Hari langsung melajukan mobil nya ke arah Bandara yang kebetulan tidak terlalu jauh dari sana.
Hening, itulah yang menemani perjalanan Hari sepanjang jalan.
Bahkan ia sampai disana dengan cepat karena memang melajukan mobil nya dengan agak cepat.
"Ah itu mereka" gumam Hari saat melihat Tuan nya dan calon Nona muda nya yang baru saja masuk ke dalam ruangan khusus menunggu penumpang VIP.
Hari langsung saja menghampiri kedua nya, ia sedikit berlari dari arah mobil nya.
"Tuan, Nona" panggil Hari dengan sopan.
Mora dan Wildan langsung membalikan badannya saat seseorang yang mereka kenal memanggil nya.
"Kau sudah tiba rupa nya, duduklah" ucap Wildan dengan menepuk kursi di sebelah nya.
"Bagaimana semua nya?" tanya Wildan
"Aman Tuan, dan yang mengurus lainnya akan di urus oleh Tuan Roy dan Nona Elisa" jawab Hari dengan menjelaskan secara rinci nya
"Apa ada masalah di perusahaan?" tanya Mora.
"Tidak ada Nona, semua nya aman" jawab Hari dengan cepat.
"Bagaimana dengan undangannya?" tanya Wildan.
"Sudah di sebar, Tuan. Dan minggu besok anda mendapatakan undangan dari Tuan Aron untuk peresmian Resort dan toko perhiasan" ucap Hari dengan melirik Mora sekilas.
"Aku sudah tahu, dan aku akan datang bersama dengan Mora" balas Wildan tersenyum kecil.
Hari menganggukan kepala nya, ia lalu duduk di belakang mereka berdua.
Hingga tak lama kemudian Tuan Darma dan Nyonya Hesti tiba juga di sana.
"Ayah, Mama" panggil Mora dengan tersenyum senang.
"Hai sayang, apa kabarmu, Nak?" tanya Nyonya Hesti memeluk Mora dengan erat.
"Baik Ma" jawab Mora lembut.
"Ma, Ayah" sapa Wildan menyalami mereka bergantian.
Tuan Darma tersenyum dan memeluk Wildan sebentar, setelah itu ia memeluk Putri nya dengan hangat.
"Apa kalian sudah lama?" tanya Tuan Darma.
"Tidak Ayah, kami baru saja tiba karena habis sarapan dulu di perjalanan tadi jadi kami baru saja tiba" jawab Mora lembut.
"Yasudah ayo kita pulang" ajak Nyonya Hesti.
"Kita langsung akan fitting baju Ma, dan memilih cincin pertunangan. Gak apa kan Ma, Ayah?" tanya Mora dengan menatap Wildan sekilas.
"Tentu tidak apa sayang, Mama malah seneng kok. Ayo cepat jalan" jawab Nyonya Hesti dengan antusias.
Lalu mereka berangkat dengan Hari yang menjadi sopir nya.
Mereka akan pergi ke butiq terlebih dulu sebelum ke toko perhiasan terbaik di Kota J itu.
Mora dan Nyonya Hesti duduk berdampingan, bahkan mereka terus saja bertukar cerita untuk mengurangi rindu nya.
"Apa mereka di undang?" tanya Nyonya Hesti.
"Di undang Ma, mana mungkin di lewatkan" jawab Wildan dengan terkekeh.
Sedangkan Mora, ia hanya tersenyum kecil sambil menganggukan kepala nya.
"Terus awasi Winda, jangan sampai kalian lengah. Dia itu wanita licik" ucap Tuan Darma penuh peringatan.
"Iya Ayah, anak buah kita sudah mengawasi nya selama 24 jam" balas Mora terkekeh pelan.
Tuan Darma ikut terkekeh, lalu ia mengusap lembut pucuk kepala Mora dengan lembut.
.
.
.
Mu itu untuk Sang Pencipta.
mu itu untuk orang
Nya itu untuk Sang Pencipta.
nya itu untuk ciptaanNya