Kebangkitan Istri Tersakiti [Mengejar Cinta Janda]

"Kau keterlaluan mas, diam-diam kau masih menyelidiki Leona!"teriak Arita pada Arsa.

"Apa yang kau bicarakan"ucap Arsa seraya memalingkan wajahnya.

"Aku tahu mas, aku tahu kau dan papa sedang menyelidiki Leona kan? untuk apa kau melakukan itu lagi, apakah kau masih mencintainya?"ucap Arita dengan emosi.

"Arita .. kau diamlah, kau tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak penting, kau harus memikirkan kesehatan dan kesembuhan mu, aku memang menyelidiki Leona, tapi bukan berarti aku akan kembali padanya, karena itu sudah tidak mungkin"ucap Arsa dengan kesal.

"Kau masih mencintainya mas, kau masih mencintainya"teriak Arita.

"Ya, aku masih mencintainya, masih sangat mencintainya, apa kau puas, kau gila Arita"Ucap Arsa.

"Aku gila mas?kamu yang gila mas, aku yang gila,kamu yang gila!!"teriak Arita pada Arsa.

Terlihat Arita yang menjatuhkan tubuhnya di lantai, ia menangis dengan begitu Pilu, rasa takut ajan kehilangan Arsa selalu terbayang di benaknya.

Menyadari itu Arsa langsung duduk dan merangkul Arita seraya berkata

"Maafkan aku, Arita... aku dan Leona sudah benar-benar tidak ada hubungan apapun, kau jangan berfikir kemana-mana, aku dan papa mu menyelidiki Leona bukan karena aku ingin kembali padanya, sekarang kau yang aku punya, jadi jangan berfikir macam-macam lagi"ucap Arsa seraya memeluk Arita.

Arita mendongakkan kepalanya, menatap wajah Arsa, lelaki yang sudah 2 tahun bersama nya,

"Mas janji kan kalau aku lulus nanti, mas langsung menikahi ku"ucap Arita.

"Ya, aku janji, sekarang masih kurang 2 bulan untuk hari kelulusan mu, maka dari itu kau fokuslah dengan sekolahmu dan pengobatan mu, dan ingat jangan dekat-dekat dengan pria manapun saat di sekolah, kau mengerti kan?" ucap Arsa pada Arita.

Arita menganggukkan kepala nya, menandakan ia mengerti, itu larangan keras untuk Arita.

Arita berfikir itu adalah sikap cemburu Arsa padanya, namun... bagi Arsa itu adalah jalan untuk kesembuhan Arita.

"Aku tadi menelfonnya, apakah aku salah?"ucap Arita yang masih dalam dekapan Arsa.

Arsa melepaskan pelukannya dan berganti menatap Arita.

"menelfon nya, nelfon siapa?"tanya Arsa.

"Mantan istrimu"ucap Arita ragu.

Terdengar desisan kecil dari mulut Arsa.

"Apa yang kau lakukan, kau mengatakan apalagi padanya"ucap Arsa yang tak habis fikir dengan tindakan Arita.

"Aku hanya mengatakan kalau dia wanita munafik, di bibir bilang tidak, tapi diam-diam dia masih mengincar kamu mas"ucap Arita dengan nada cemburu nya.

"Astaga Arita, Leona bukan lah wanita seperti itu, aku salah padanya, semua kesalahanku selama ini sudah ia maafkan kecuali perselingkuhan Arita, ia tidak bisa menerima kesalahan itu, jadi berhentilah mengganggu nya oke"ucap Arsa seraya mengelus pipi Arita dengan jari jempol nya.

"Benarkah?"tanya Arita

"Dia gila keberhasilan, dia tidak akan berhubungan dengan sembarang orang, dan juga dia tidak ingin bekas orang lain"ucap Arsa yang begitu mengenali watak mantan istrinya itu.

"Arita, jangan ganggu dia lagi ya, lupakan dia, jangan selalu cemburu padanya, aku dan dia benar-benar sudah tidak ada hubungan apapun"ucap Arsa

"Baiklah, tapi mas janji tidak akan membahas dia lagi"ucap Arita.

"Ya janji"jawab Arsa dengan nada suara lemah.

Arsa memang masih mencintai Leona, bahkan sangat mencintainya, tapi mengingat Arita yang menghubungi Leona, Arsa tidak ingin menambah luka di hati Leona, apalagi tentang hal yang tidak ia lakukan.

Kenapa Arita menyalahkan Leona, sedangakn yang bersalah di sini adalah Dirinya dan Arsa.

Pagi pun telah tiba, Leona dan Veni kini menunggu telfon dari Tian, perihal dimana ia kan pergi nanti.

"Kau merasa di permainkan gak sih sama Tuan Tian?"ucap Leona.

"Loh kok kamu ngomong gitu"tanya Veni.

"Kan kita mau kerja, ternyata menjadi sekolah terlebih dulu selama 1 sampai 3 bulan, lalu dari mana kita alan mendapatkan penghasilan coba"ucap Leona lesu.

"Eh, kamu gak liat status M banking mu ya"ucap veni.

"Memang nya kenapa?"tanya Leona.

"Presdir udah mentransfer gaji kita bulan depan, meski gak kerja kota di bayar Na, nikmat banget kan?"Ucap Veni yang terus menatap layar ponselnya.

"Eh kau benar"ucap Leona saat melihat aplikasi Mbanking nya.

Saat Leona masih belum percaya dengan apa yang dilihat nya, suara dering ponsel nya membuat ia langsung menyentuh tombol hijau untuk mengangkat nya.

"Hallo Tuan"ucap Leona.

"Aku sudah ada di bawah,"ucap Tian yang langsung mematikan ponselnya.

Membuat Leona tak percaya.

"Ven, dia kemari...dia ada di bawah sekarng"ucap Leona yang mana matanya masih terlihat menatap ponselnya.

"Maksud mu Tuan Tian?"tanya Veni.

"Iya..."jawab Leona terkejut.

"Aaaaa ..., Leona ayo kita bereskan tempat ini serapi mungkin "ucap Veni dengan kebingungan nya.

Leona segera bangkit dan membersihkan peralatan Veni yang berantakan,

Sehingga suara ketukan pintu membuat mereka terlonjat kaget.

"Tenang Ven, tidak apa-apa, palingan Tuan Tian akan sebentar ke sini"ucap Leona menyemangati Veni.

"Kau benar saja, harus tenang ya"ucap Veni mengatur nafasnya,

Setelah mereka rasa nafas mereka sudah teratur, Leona melangkahkan kakinya membuka kan pintu untuk Tian dan Asisten Li.

"Bagaimana ... apa kau suka dengan tempat ini"ucap Tian yang langsung masuk tanpa disuruh.

"ya sangat istimewa, terimakasih Tuan"ucap Leona.

Tanpa di suruh duduk, Tian langsung mendarat kan bokongnya di sofa.

"Kau betah di sini?"tanya Tian pada Leona.

"Betah Tuan, tapi...saya __"

"Temanku akan kemari, setelah semua karyamu bagus, kau akan masuk kedalam perusahaan"ucap Tian,

"Seleksi di sana sangat ketat, jadi.. aku akan bicara dengannya agar langsung memasukkan mu tanpa harus melewati seleksi terlebih dahulu"ucap Tian.

"Tidak Tuan, jangan lakukan itu, aku ingin usahaku sendiri, Tidak apa-apa meski tidak di terima, yang penting itu hasil kerjaku sendiri"ucap Leona menolak.

"Kalau kau tidak diterima, kau akan kehilangan kesempatan itu"ucap Tian.

"Itu lebih terhormat Tuan, dari pada di terima dengan jalan yang salah"ucap Leona.

Tian memandang ke arah Asisten Li, Asisten Li faham dengan isyarat pandangan itu.

"Nona Veni, bisa kah kau ikut denganku sebentar, ada hal yang ingin aju bicarakan denganmu"ucap Asisten Li pada Veni

"Oh tentu bisa"ucap Veni seraya tersenyum pada Asisten Li dan juga presdir Tian.

"Mari"ucap Asisten Li mempersilahkan Veni agar berjalan terlebih dahulu.

Kini tinggal Tian dan Leona di ruangan itu, tiba-tiba Leona merasa ada angin dingin yang menyusup di lehernya.

Apalagi melihat Tian yang kini sudah berdiri dari duduknya.

"Kenapa aku jadi deg-degan seperti ini, ah Leona, kau jangan baper duluan" ucap Leona dalam hati.