NovelToon NovelToon
Dunia Dalam Mimpi

Dunia Dalam Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lekyusi Dj

Mimpi dan dunia nyata adalah hal yang berbeda. Tetapi bagaimana jika ada dunia di dalam mimpi? Seperti yang dialami oleh Devalina, takdir hidupnya seperti sebuah lelucon. Wanita yang terlahir dengan penuh kesempurnaan, kini harus menemukan letak ketidaksempurnaan dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lekyusi Dj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 3 MIMPI?

Aku memaksakan senyumku ketika melihat Abriela berjalan menghampiriku. Dalam hati kecilku, aku ingin sekali meneriaki dia dan menyuruhnya untuk keluar dari ruanganku. Tetapi jika aku melakukan itu sekarang sama saja dengan aku melakukan tindakan bodoh. Aku belum mengetahui apapun tentang dia dan juga mantanku Roland.

“ Eva, gimana keadaan kamu?” Tanyaa Abriela

“Aku enggak apa-apa kok Biel, sekarang udah mendingan.” Jawabku

“Maafin aku ya, coba aja waktu itu aku ngikut kamu, pasti kamu enggak bakal kecelakaan gini.” Katanya

Mendengar yang dikatakannya membuatku mual, munafik sekali orang di depanku.

“Udah, jangan ngomong kayak gitu. Lagian juga emang udah takdirnya kan aku dapat kecelakaan gini.” Jawabku

“Tapi kok bisa kamu ditabrak kayak gitu? Terus orang yang nabrak kamu sekarang dimana?” Tanyanya berentet kepadaku

Aku memicingkan mataku mendengar pertanyaannya, terdengar jelas ada kekhawatiran dalam suaranya. Tapi bukan ditujukkan kepadaku, itu seperti dia mengkhawatirkan orang yang menabraku.

“Eva, kok diam aja? Apa aku salah nanya ya?” Tanyanya

“Enggak kok, aku juga enggak terlalu tau orang itu dimana sekarang. Aku enggak sempat nanya ke Bunda tadi.” Jawabku

“ohh gitu ya, semoga aja pelakunya bisa ketangkap.” Katanya

Mendengar kata-katanya, aku merasa ada yang aneh dengan tingkah Abriela. Terlihat jelas di wajahnya bahwa dia berharap sebaliknya kepada pelakunya.

Percakapan kami terpotong saat pintu terbuka dan disana Bunda bersama Ayah masuk.

Melihat wajah Ayah membuatku bahagia, aku bersyukur karena masih bisa melihat ayah dengan keadaannya yang baik-baik saja. Walaupun ini adalah kehidupannya di tahun yang berbeda tapi aku bersyukur masih diberi kesempatan melihat mereka.

“Ayah” Panggilku dengan merentangkan tangan, ingin dipeluk ayah

Ayah menghampiriku dan memelukku. Hangat sekali pelukan ayah, tidak terasa air mataku jatuh lagi. Terakhir kali aku dipeluk ayah adalah ketika ayah melindungiku dari penjahat bertopeng yang menyodorkan senjatanya  kepadaku. Kilatan peristiwa itu begitu menusuk hatiku, hingga tidak terasa aku terisak dengan kuat.

Ayah berusaha menenangkan aku dengan mengelus pundakku. Inilah yang sering ayah lakukan kepadaku dari dulu ketika aku sedih dan butuh tempat untuk bersandar. Setelah merasa baikan, aku melepaskan pelukan dari ayah.

“Putri ayah, maafkan ayah yah karena tidak berhasil menjaga kamu.” Kata ayah dengan penyesalan

“Enggak apa-apa Ayah, ini bukan salah ayah.” Jawabku

“Ayah janji bakal tanggap orang yang udah mau nabrak kamu.” Kata ayah penuh dengan keyakinan

Mendengar kata-kata Ayah, aku lalu memperhatikan Abriela dan benar saja wajahnya pucat setelah mendengar apa yang dikatakan ayah.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia pucat begitu? Apa kecelakaan ini juga dalangnya dia dan pria brengsek itu?” Kataku dalam hati

Bunda membuyarkan lamunanku dengan menyodorkan piring yang berisi makanan favoritku.

“Wahh, udah lama banget aku enggak makan masakan ayah.” Kataku dengan senang. Untuk sejenak aku tidak ingin memikirkan semuanya. Biarkan aku menikmati momen bersama keluargaku.

“Iya dong, ini kan yang masak Ayah kamu.” Kata Bunda

“Ehh nak Abriel, ayo makan juga. Tadi Ayah Eva bawa makanannya lebih jadi kita juga bisa makan.” Kata Bunda kepada Abriela

Ingin sekali ku katakan jangan kepada Bunda, tapi biarkan saja untuk kali ini. Aku masih harus berteman dengannya agar mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan dari keluargaku. Soal tuduhan pembunuhan itu, aku masih tidak percaya. Maka dari itu, aku harus mengumpulkan bukti agar mengungkap fakta yang sebenarnya.

Jika Tuhan memberikan aku kesempatan memperbaiki kehidupanku di saat ini, berarti aku harus bisa manfaatkan itu dengan baik. Aku tidak ingin kebahagiaan keluargaku menjadi sirna seperti yang terjadi di kehidupanku di masa depan.

Malam harinya aku tidak bisa tidur dengan tenang, aku takut menutup mataku. Ini saja masih menjadi misteri, bagaimana bisa aku kembali ke masa lalu, atau ini hanya mimpi? Jika benar ini mimpi, maka aku lebih memilih

terjebak dalam mimpiku selamanya. Aku berusaha keras tidak menutup mataku, lalu tiba-tiba sekeliibat cahaya masuk ke dalam ruanganku.

“Apa itu? Kenapa bisa cahaya masuk dalam keadaan gelap seperti ini?” Tanyaku

Karena penasaran aku menghampiri cahaya itu dan terlihat disana ada seseorang yang berjalan melewati koridor. Aku mengikuti orang itu dan ketika sampai di sebuah ruangan aku ditarik paksa oleh seseorang. Di

hadapanku  terlihat jelas peristiwa yang terjadi di hari pernikahanku.

“Apa ini? K-kenapa aku bisa kembali kesini lagi?” Tanyaku bingung

Belum sempat aku berpikir tiba-tiba aku mendengar teriakanku sendiri memanggil Ayah dan tepat di depan mataku Ayah tertusuk oleh senjata yang dipegangi oleh penjahat bertopeng itu. Kata-kata yang diucapakan Ayah terakhir kali masih sama, Ayah meminta maaf kepadaku dan mengatakan itu adalah bentuk penebusan dosanya terakhir kali untukku.

Lalu tiba-tiba, kepalaku seperti dihantam oleh batu dan sebelum kesadaranku hilang Abriela maju dan kali ini lebih jelas, dia seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Tetapi belum sempat aku mengerti yang dikatakannya, semuanya menjadi gelap.

Setelah itu, aku terbangun di dalam ruangan rumah sakit. Aku melihat kalender disana dan aku masih di masa lalu. Paling tidak aku bersyukur karena aku masih hidup di masa lalu, yang berarti aku masih bisa melihat kedua orang tuaku.

Pikiranku kembali tertuju dengan mimpi yang kudapati.

“Kalau memang itu mimpi kenapa seperti nyata terjadinya? Hantaman di kepalaku juga seperti nyata. Lalu apa maksud dari mimpi itu? Kenapa kejadiannya berputar pada kalimat ayah, kenapa ayah meminta maaf kepadaku dan dosa apa yang ayah maksud? Terus apa yang dikatakan oleh Abriela?” kataku dengan banyak pertanyaan bersemayan di otakku

Belum ada yang bisa terpecahkan, aku seorang diri disini dan orang-orang disekilingku adalah mereka yang kehidupannya masih di masa lalu. Tidak ada orang yang bisa kutanyai, jalan satu-satunya adalah aku mencari tau

sendiri jawabannya. “Tapi darimana aku harus memulainya?” Tanyaku bingung

Saat aku ingat-ingat setelah kejadian kecelakaan ini di masa lalu,  dua minggu lagi aku akan bertemu

dengan Roland dan itu adalah pertemuan pertama kami. Seingatku juga pelaku yang nabrak aku di masa lalu berhasil ditanggap, tapi saat diintrogasi pelakunya mengaku dia disuruh oleh orang anonim yang tidak meninggalkan jejak apapun sehingga pelaku sebenarnya dari kecelakaanku belum terungkap.

“Atau Roland yang menabrak aku saat itu?” Pikirku dengan semua yang terjadi saat ini.

Saat aku memikirkan semuanya tiba-tiba pintu dibuka, aku melihat Bunda masuk membawakan makanan untukku.

“Sayang, makan dulu ya. Habis ini kamu bakal diperiksa sama dokter Pratama, kemungkinan kamu bisa keluar besok atau lusa.” Kata Bunda

“syukurlah kalau begitu Bunda, makasih makanannya Bunda.” Kataku dengan senyuman

“Ohh iya sayang, Bunda baru lihat kalung liontin kamu. Bagus banget, itu kamu beli dimana?” Tanya Bunda

“Kalung?”  Aku memegangi kalung tersebut dan baru kusadari ada kalung di leherku. Tapi kalung ini bukanlah milikku dan juga bentuknya unik, setengah kalung ini bersinar sedangkan satunya redup.

“Iya itu kalungnya kamu dapat dimana? Bunda suka konsepnya” Kata Bunda

“O-oh ini kalung aku dapat dari teman aku bunda.” Kataku berbohong

“Teman? Abriela maksudnya?” Tanya Bunda

“Enggak Bunda, adalah pokoknya dia teman aku yang baru. Tapi

sekarang dia udah tinggal di luar negeri. Kami juga kenalnya enggak lama kok

Bun. Makanya bunda enggak tahu.” Bohongku kepada Bunda

“Ohh gitu, lain kali kalau temannya balik kesini ajak ke rumah ya. Bunda pengen kenalan sama teman kamu itu.” Kata bunda dan kujawabi dengan anggukan.

Kuamati lagi liontin itu, dan kusadari ada yang berbeda dibagian yang masih bersinar. Disana ada angka yang menunjukkan 59

“Angka apa ini?”

1
Ayang
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!