Istri Kecil Tuan Jonathan

"Bagaimana kalau nanti saja, Kak?" tawar Nayla dengan terbata.

"Nayla belum mandi. Terus, Nayla juga lapar. Mau makan."

"Bagaimana kalau perkenalan dulu?" tawar Jonathan dalam mode serius dan bernafsu dan membuat Nayla kesulitan menegak air liurnya.

"Mulai dari sentuhan kecil terlebih dahulu agar nanti malam kita tidak terlalu canggung? Maklum, selama ini kita hanya berpegangan tangan dan berpelukan saat tidur saja."

Tanpa menunggu jawaban dari Nayla, Jonathan langsung kembali menempelkan bibir keduanya. Bukan hanya menempelkan saja, tapi juga melumat bibir Nayla dengan pelan.

Nayla yang terkejut melebarkan matanya. Karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Nayla pun memutuskan untuk diam seperti patung.

"Balas, Nayla," ucap Jonathan ketika melepaskan bibir Nayla.

"Aku tidak tahu caranya, Kak," jawab Nayla gugup.

"Kamu belum pernah berciuman?" tanya Jonathan dan mendapatkan anggukan kepala dari Nayla.

"Jadi, aku yang mengambil ciuman pertamamu?" tanya Jonathan kedua kalinya dan kembali mendapatkan anggukan kepala dari Nayla.

Jonathan tertegun dengan kenyataan itu. Meskipun dia belum pernah meniduri mantan pacarnya, tapi jika untuk ciuman, mereka sudah cukup sering melakukannya.

"Buka sedikit mulutmu," ucap Jonathan mengatakan apa yang harus dilakukan oleh Nayla. "Setelah itu, tirulah apa yang aku lakukan."

Setelah mendapatkan anggukan dari Nayla, Jonathan pun kembali menyatukan bibir mereka. Nayla yang sudah membulatkan tekadnya untuk memberikan cicit kepada Kakek Jonathan memejamkan matanya dan melakukan instruksi yang diberikan oleh Jonathan tadi.

"Kamu lapar?" tanya Jonathan setelah melepaskan tautan bibir mereka.

Nayla yang sedang malu hanya bisa menjawab pertanyaan Jonathan dengan menganggukkan kepalanya.

"Kenapa terus menganggukkan kepala sejak tadi? Apa kemampuanmu untuk berbicara mendadak menghilang?" tanya Jonathan dan mendapatkan tatapan tidak terima dari Nayla kali ini.

"Jangan berbicara yang tidak-tidak. Nayla tidak bicara karena malu." Nayla memalingkan wajahnya.

"Sudahlah," ucap Jonathan. "Kamu tidak perlu malu. Toh, kita sudah menikah. Aku janji aku akan lebih lembut dan lebih perhatian lagi. Aku juga akan memikirkan perasaanmu, tidak menggodamu lagi. Dan yang terpenting, aku akan belajar untuk mencintaimu."

"Bukankah kita memang sudah membahasnya?" tanya Nayla.

"Benar sekali," jawab Jonathan. "Dan tadi aku hanya memperingatkanmu agar kamu tidak lupa."

"Lapar," ucap Nayla untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Mau pesan makanan atau makan diluar?" tanya Jonathan yang sedang berusaha untuk menjadi suami yang baik.

"Makan diluar sambil jalan-jalan," ucap Nayla dengan tujuan agar dia bisa mengulur waktu.

"Baiklah," jawab Jonathan. "Ayo!"

"Kenapa sekarang Kak Jo berubah lagi?" tanya Nayla didalam hati.

"Terserahlah. Yang penting, Kak Jo bisa mulai berlaku baik kepadaku. Syukur-syukur aku bisa manja dengan Kak Jo seperti aku manja kepada Papa."

Kedua orang itu pun berjalan menuju sebuah restoran yang berada tidak jauh dari penginapan mereka. Sepanjang perjalanan, Jonathan memutuskan untuk menggandeng tangan Nayla dan Nayla membiarkan hal itu.

Selama acara makan mereka, Jonathan menunjukkan beberapa bentuk perhatian kepada Nayla. Dan Nayla menerima semua itu dengan senang hati.

Setelah selesai, keduanya memutuskan untuk kembali ke kamar mereka.

"Kak, aku mau mandi dulu," ucap Nayla yang langsung berlari menuju ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban dari Jonathan.

"Bagaimana ini?" tanya Nayla dikamar mandi seraya menatap cermin. "Kenapa aku jadi deg-degan seperti ini?"

"Aduh. Jantung, tolong jangan seperti ini." Nayla berjalan mondar-mandir didalam kamar mandi.

Sementara itu, Jonathan yang sedang di luar juga tidak kalah gugup seperti Nayla. Bahkan, pria itu juga berjalan mondar-mandir seraya menghembuskan nafasnya.

"Tenang, Jo," monolog Jonathan. "Ingat, kamu harus melakukannya dengan pelan-pelan. Jangan sampai kamu memperlihatkan kegugupanmu dihadapannya. Kamu juga tidak boleh membuat dia kapok berhubungan badan agar dia bisa cepat hamil."

"Ingat, Jo. Setelah kamu melakukannya, kamu harus menjadikan dia prioritas dalam hidupmu. Kamu harus bertanggungjawab penuh atas dia."

"Huh." Jonathan dan Nayla menghabiskan nafas mereka secara serentak meskipun keduanya berada di ruangan yang berbeda.