Pertemuan tak terduga antara CEO perusahaan entertaiment bernama Ran dengan Asisten barunya Luna.
Luna seorang mahasiswi jenjang S2, bekerja sebagai kurir penghantar paket.
Namun, disuatu keadaan membuatnya beralih profesi menjadi asisten Tuan Ran. Tuan yang dikenal sebagai pria yang kaku dan tempramental.
Apakah kehidupan Luna berubah drastis atau menjadi titik berat hidupnya??, dimana tiba tiba ia harus menerima perjanjian pernikahan??...
Ikutin terus kisah cinta Ran dan Luna yaaa❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Aul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Di sebuah balkon rumah sakit, seseorang tengah menopang kepalanya dengan tangannya. Menatap bintang bintang yang sangat cantik dimalam itu. Langit yang sangat indah. Namun tidak seindah kehidupannya yang sekarang menjadi rumit. Ia harus merelakan hidupnya demi melihat orang tua satu satunya yang ia punya tetap bertahan hidup.
"Kau tidak perlu khawatir, kau tidak perlu menaruh perasaan apapun padaku, begitu juga sebaliknya, aku tidak akan menaruh rasa apapun padamu."
Masih mengingat perkataan yang masih terngiang ngiang dikepalanya.
Bagaimana aku tidak bisa menyukaimu, aku wanita normal, aku juga punya perasaan. Bagaimana kau mengatakan hal semacam itu dihadapanku! Kau memang tidak berperasaan Hiks.
Gadis itu menunduk dengan tangannya masih menempel di pagar balkon, ia menangisi dirinya sendiri. Kenapa dia mengatakan hal semacam itu didepan wanita normal? Meski ini pernikahan kontrak demi ayahku, tapi setidaknya jangan lontarkan kalimat hal itu. Kau pun juga untung kan? menggunakanku sebagai pelarian kan? Karena kau tak mau diganggu wanita itukan?.
Baiklah, aku memang tidak pantas.
Aku hanya sebatas asistennya, meski nanti kewajibanku sudah menjadi istri. Namun status asliku hanyalah asisten pribadinya.
Baik! aku akan menutup rapat hatiku padamu. Aku tidak akan menaruh rasa apapun padamu!
Mengusap air matanya, ia mendongak, kembali menatap langit. Ia memejamkan matanya. "Baiklah, wahai langit! lihat aku! aku bukan wanita lemah, aku bukan wanita yang cengeng! Aku bisa menjalani semua ini. Aku tidak akan mudah dipermainkan oleh laki laki kaku yang bernama Ran itu. Aku kuat dan aku bisa. Berpihaklah padaku langit!" Seolah olah satu satunya temannya adalah langit. Saksi bisu atas kesedihannya malam ini.
Btw, dimana laki laki sialan itu?
kok aku belum melihatnya lagi?
Apa mungkin dia pulang?
Ah sudahlah, biarlah! aku tidak peduli, aku benci padanya! Sangat benci!
Luna beranjak dari balkon itu, dan menuju kamar ayahnya. Ketika ia membuka pintu kamar, ia terkejut. Karena sosok yang dibencinya itu ada dihadapannya dan sedang menyuapi ayahnya.
Ngapain dia disini?
Berjalan cepat menghampiri ranjang ayahnya.
"Maaf, biar aku saja!" Merebut mangkok bubur yang ditangan Ran.
Ran tidak bergeming dan hanya menghela nafas pelan.
"Luna, sedikit sopan pada nak Ran, kau tidak boleh seperti itu" Ucap Sam menegur.
Nak? ayah panggil dia Nak?? Hei sudah kau apakan ayahku?
"Aku sudah sangat sopan padanya selama ini kok yah" Menyuapi Sam, tidak menghiraukan ekspresi yang disebelahnya.
Ran menoleh Luna.
Luna juga menoleh sekilas.
Kenapa dia tiba tiba kurang ajar padaku?
bukannya terimakasih, aku sudah menyuapi ayahnya.
Ran memicingkan bibirnya sambil melipat tangannya mengedarkan pandangannya menghindari Luna.
Sial! kenapa canggung sekali!
Suasana di kamar itu begitu hening, sampai akhirnya suara pintu yang dibuka seseorang membuyarkan keheningan mereka. Orang yang membuka pintu itu adalah bu Sinta dan seseorang yang Luna merasa tampak tak asing.
"Tante Sinta?" Berhambur ke pelukan tante Sintanya.
"Mama!" Ran heran dengan kehadiran mamanya yang turut serta.
"Ran? kau disini?" Ratna juga tak heran, kenapa ada anaknya disitu.
"Mama juga ngapain disini?" Mereka pun saling menunjuk.
Oh tante satunya ini mamanya.
kok aku baru melihatnya, selama ini dia kemana? apa ke luar negeri mungkin ya?
Tapi kok sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi dimana?, wajahnya tidak asing.
"Tantee Sintaaa!" Luca tak kalah heboh dengan kedatangan Sinta dan ikut memeluknya.
Mereka nampak akrab dengan Sinta, andai mereka pun tau kalau aku...
"Sintaa." Ucap Sam lirih.
"Kau tidak perlu repot repot." Sam melirik tangan Sinta yang menjinjing kantung belanjaan berisi buah dan makanan.
"Gak apa apa kak Sam, gak afdol kalau menjenguk orang sakit dengan tangan kosong." Meletakkan kantong belanjaannya di nakas. Sam pun ikut tertawa. Karena ia sudan biasa dengan kehadiran Sinta, semenjak Istrinya meninggal. Sinta sering mengunjunginya dan Luna. Tak jarang Sinta sering membawakan makanan untuk mereka dirumah.
Melihat wanita disamping Sinta. "Anda mama dari Ran?" Sam menyapa Ratna dengan senyuman.
"Oh iya pak, bapak cepet sembuh ya." Ratna juga melemparkan senyuman.
"Iya bu, dan terimakasih sudah berkenan mengunjungi saya." Ratna mengangguk pelan.
Ternyata dia tidak ingat denganku.
Mereka pun duduk dan saling basa basi untuk mencairkan suasana, sampai akhirnya.
" Baik, karena semua disini. Saya ingin membicarakan sesuatu." Ratna bingung dengan Ran yang tiba tiba berdiri.
Disitu hanya Luna yang wajahnya nampak pias, ia berfikir bahwa laki laki didepannya itu akan membicarakan soal pernikahan.
"Saya menyampaikan informasi bahwa-"
Luna mencengkeram sendok yang ia gunakan untuk menyuapi ayahnya tadi.
"Bahwa paman bisa melakukan operasi transplatasi jantung, karena sudah terkonfirmasi pendonor jantung yang ada di negara X."
Jadi dia tidak membicarakan pernikahan?
Syukurlah, aku masih tidak siap dengan itu semua. Meski cepat
atau lambat mereka akan tau juga. Tapi yang penting jangan sekarang dulu.
"Ran? apa yang kamu katakan itu benar?"
Ratna menatap wajah Ran dengan penuh keyakinan.
"Iya, aku sudah mendapat informasi pendonor itu. Dengan ini paman bisa segera pulih."
Mereka yang di ruangan itu nampak senang dan saling mengucap syukur.
Namun tidak dengan Sam. Ia bimbang, ia merasa tidak punya biaya untuk semua itu.
"Ran? tapi paman lebih baik menggantungkan hidup paman pada obat saja." Perkataan Sam itu membuat seisi ruangan terkejut.
"Kak sam? kenapa kak sam memilih obat? bukankah lebih baik kakak operasi transplatasi jantung saja? itu bisa meminimalkan resiko." Sinta menghampiri Sam yang terlihat cemas.
"Aku juga ingin begitu Sinta, namun aku tidak punya biaya untuk itu."
"Paman tenanglah, tidak usah memikirkan biaya. Itu semua sudah Ran tanggung. Paman hanya persiapkan diri saja." Sam terkejut mendengar ucapan Ran.
" Apa ini semua karena nak Ran? kamu tidak perlu repot untuk biaya paman Nak."
Ucap Sam dengan wajah sungkan.
"Siapa yang repot sih paman, Ran lakukan juga demi calon ayah mertua."
Semua mata membelalak tertuju pada Ran, seisi ruangan itu lagi lagi dibuat kaget oleh ucapan Ran. Apalagi Luna. Wajahnya semakin pucat mendengar kalimat yang dilontarkan Ran.
"Apa?"
"C,calon mertua?"
Ratna menutup mulutnya tak percaya, ia bingung harus bereaksi seperti apa. Disisi lain ia merasa rencananya kali ini berhasil tanpa harus memulainya. Disisi lain ia masih tak percaya bahwa kalimat itu muncul dari mulut anaknya sendiri.
"K,kalian?" Sinta menunjuk Ran dan Luna bergantian.
Luna berdiri dan mengangkat tangannya, berharap semua tidak salah paham. Ia gelagapan sendiri dan seperti tidak bisa membuka mulut.
"Benar, Kami sudah menjalani hubungan. Dan kami akan memutuskan untuk segera menikah!" Menjawab dengan lugas.
Luna menoleh Ran cepat. Melirik tajam Ran.
Bedebah kau Tuan, kenapa mengatakan hal konyol itu! menjalani hubungan kepalamu!
Ah rasanya aku ingin lari sekarang! Ayo lari!
Kenapa kakiku lengket sekali dengan lantai ini sialan!
Wajah Luna memerah, ia sangat merasa malu. Malunya yang begitu luar biasa. Apalagi didepan ayah dan mama Ran.
Oh tuhan! apa anakku sekarang sudah normal? apa yang harus aku lakukan?
Aku tidak perlu susah susah mendekatkan mereka lagi sekarang!
bahkan itu sudah di proklamirkan putraku sendiri!
Risa... keinginanmu terwujud.
Sam tak kalah terkejut, ia melihat wajah putrinya, ia memastikan jawaban dari putrinya itu.
"Luna? benar nak?" Memegang pergelangan tangan Luna.
Ran menatap wajah Luna, mengisyaratkan bahwa kau harus meng iyakan Luna!
Luna hanya mengangguk pelan sambil memaksa senyum dibibirnya.
"Akhirnya. Ayah lega sekarang nak. Setidaknya ada pria yang melindungimu, apalagi dia adalah nak Ran." Melihat kearah Ran dengan senyum cerah diwajahnya.
Tidak yah! laki laki yang kau beri senyum itu sebenarnya laki laki kaku,
judes dan tak berperasaan.
Maafkan aku ayah. Aku harus berbohong hiks...
Seisi ruangan itu pun dipenuhi perasaan bahagia. Ratna dan Sinta pun berpelukan, karena rencana mereka berhasil bahkan sebelum memulainya. Ratna tak menyangka putranya yang sebelumnya tidak pernah mau mendekati perempuan bahkan tidak pernah jatuh cinta, tiba tiba memutuskan untuk menikah. Itu mungkin bisa menjadi sejarah baru bagi keluarganya.
Dengan begitu Ratna memutuskan tidak akan membicarakan lagi permasalahan mandat Risa, biarlah mereka berbahagia dengan sendirinya.
Tanpa tau fakta dibalik itu semua....
Semangat ya Luna🤗
Hai.....Jangan lupa vote nya, Komen dan juga like untuk support author❤️
Lanjutin kali yaa. Hehehehe