“Tenanglah! Aku ada di sini untukmu.”
Ana seorang gadis yatim piatu yang asal mulanya tinggal bersama pamannya, Ana masih duduk di bangku SMA usianya baru 18 tahun,
dia terpaksa sekolah sambil bekerja di rumah seorang pria tampan yang tak lain adalah bos di tempat pamannya bekerja. Ana terpaksa melakukannya karena keinginan bibiknya yang tak menyukainya dan hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka. Namun siapa sangka kehadirannya di rumah majikannya itu bisa membuat seorang pria tampan sedingin es semacam Haris Mahendra (28 tahun) tanpa sadar sudah jatuh cinta kepadanya. Akankah perjalanan cinta mereka akan berjalan mulus? sementara Aris sendiri sudah memiliki seorang wanita yang sangat di cintainya yaitu Bellena, istri nikah sirinya. Mereka terpaksa menikah siri karena alasan kedua belah pihak keluarga mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka.
Penasaran?
Yuk cus langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rova Afriza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Dua puluh Delapan.
"Udah lama kak nunggunya?" Tanya Ana pada Aldo. Saat melihat mobil pria itu sudah terparkir di tempat yang ia setujui dengan Aldo lewat telepon siang tadi.
"Gak kok, belum lama, gak usah khawatir," Ujar Aldo menenangkan.
Walau sejujurnya dia sudah berada di sana sekitar 20 menit an yang lalu. Tapi Aldo masih bisa menunjukan sikap lembut dan juga sabarnya, karena itu adalah seorang Ana. Wanita yang akhir-akhir ini membuatnya begitu tertarik.
"Syukurlah kalau begitu."
Ana langsung bernafas lega karena pria itu belum lama menunggunya. Dia sempat
terpana saat melihat penampilan Aldo yang begitu elegan dan juga sangat menawan malam ini.
"Ana, kau kenapa?" Tanya Aldo sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah gadis itu, saat mendapatinya yang tengah terpana ketika melihatnya.
"Oh ehhh, kenapa kak?" Ujar Ana gelagapan. Saat kesadarannya sudah kembali karena ulah pria itu.
"Hemmm gak ada apa-apa kok," Sahut Aldo sembari tersenyum.
Setelah itu Aldo pun langsung
melajukan mobilnya ke tempat tujuan. Hatinya sudah bersorak kegirangan, karena berhasil membuat gadis itu tampak begitu terpesona saat melihat penampilannya malam ini.
*******
Ting...tong..ting.tong...
Ceklekk...
"Aden," Sapa Bik Nung.
Dia terkejut sekali, saat melihat siapa yang bertamu ke rumah majikannya itu.
"Silahkan masuk Den!" Tambah Bik Nung lagi sembari menyingkirkan tubuhnya ke arah samping, untuk memberi jalan kepada anak majikannya itu.
"Mama, sama papa mana bik?" Ujar Aris bertanya, saat matanya tak juga menemukan kedua sosok orang tuanya itu.
"Ada kok Den, bentar ya! bik Nung panggil dulu," Sahut Bik Nung. Lalu melangkahkan kakinya ke arah kamar majikannya itu.
Tok tok..
"Masuk!" Ujar suara dari dalam.
"Anu Nyah, di luar ada Den Aris," Ujar Bik Nung memberitahu saat sudah berada di dalam kamar majikannya itu.
"Oooh, ya sudah, kalau begitu malam ini kamu cukup buatkan makanan favorit anak saya saja!" Perintah Rika.
"Enggeh nyah," Sahut bik Nung sembari berlalu.
"Kenapa Mah?" Tanya Andi penasaran. Saat telinganya tanpa sengaja sempat mendengar percakapan istrinya dan juga pembantunya itu saat di kamar mandi tadinya.
"Itu pah, tadi siang mama ada telepon Aris buat nyuruh dia berkunjung kemari, jadi, sekarang anak bujang tua kita itu udah dateng," Sahut Rika.
"Oh," Ujar Andi manggut-manggut, tanda sudah mengerti.
Di ruang tamu.
"Den, bentar lagi nyonya keluar kok," Ujar bik Nung menenangkan.
"Oh iya bik," Sahut Aris sembari tangannya
mengutak atik Ponselnya karena asik bermain game, untuk mengisi waktu senggangnya demi menunggu kedatangan kedua orang tuanya itu.
Tak berapa lama, pandangannya sudah terhalang, karena ulah nakal seseorang yang tiba-tiba menutupi kedua matanya dengan tangannya.
"Mah, Aris tau ini pasti ulah mamah kan? gak usah kayak anak kecil dong mah, Aris kan udah dewasa."
Aris sudah kesal, sembari tangannya mencoba melepaskan kedua tangan orang tersebut dari kedua matanya. Ketika dia sudah menyentuh tangan itu, dia sempat merasa heran karena tangan itu terasa kecil.
"Nisa! rupanya ini ulahmu," Ujar Aris sebal saat mengetahui siapa yang mengerjainya itu.
"Kak Aris, Nisa kangen, kenapa kakak baru berkunjung ke sini sekarang?" Tanya Nisa.
Tanpa merasa bersalah sedikitpun, sembari melingkarkan kedua tangannya di pinggang pria itu.
"Apa itu penting? lagian kamu juga kenapa
bisa ada di sini malam-malam, tumben-tumbennya?" Ujar Aris acuh sembari pandangannya kembali fokus kepada ponselnya.
"Aaaaaa Nisa lihatlah! karena ulah nakalmu, aku terpaksa harus mengulang gamenya
dari nol kembali!" Geruru Aris kesal. Saat melihat gamenya yang sudah over.
"Apakah game jauh lebih penting dari pada Nisa, sampai kak Aris harus memarahi Nisa seperti itu!" Ujar Nisa kesal. Seraya mengerucutkan bibirnya.