NovelToon NovelToon
Bintang Hatiku

Bintang Hatiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:958
Nilai: 5
Nama Author: lautt_

Di antara pertemuan yang tidak disengaja dan percakapan yang tampak sepele, terselip rasa yang perlahan tumbuh. Arpani Zahra Ramadhani dan Fathir Alfarizi Mahendra dipertemukan dalam takdir yang rumit. Dalam balutan nilai-nilai Islami, keduanya harus menavigasi perasaan yang muncul tanpa melanggar batasan agama. Bersama konflik batin, rahasia yang tersembunyi, dan perbedaan pandangan hidup, mereka belajar bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang kesabaran, keikhlasan, dan keimanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lautt_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Doa yang masih tersimpan

"Ada doa-doa yang tak pernah terucap, tapi tetap tersimpan di antara sujud dan air mata."

 

Menemukan Ketenangan

Hari itu langit tampak cerah, tapi hati Arpa masih dipenuhi rasa yang tak menentu. Meski sudah berusaha ikhlas, ada bagian kecil dalam hatinya yang masih menyimpan harapan — harapan bahwa suatu hari, jalan mereka mungkin akan bersilangan lagi.

Arpa duduk di teras rumahnya sambil memandangi anak-anak mengaji di halaman. Suara bacaan Al-Qur’an mereka mengisi udara sore yang tenang. Di tangannya, ada sebuah buku catatan yang selama ini menjadi tempat ia menuliskan doa-doanya.

Saat membuka halaman pertama, matanya tertuju pada sebuah tulisan yang ia buat beberapa bulan lalu:

"Ya Allah, jika Fathir adalah takdirku, dekatkan kami dengan cara-Mu. Tapi jika bukan, tolong jaga hati ini agar tidak terluka terlalu dalam."

Arpa menghela napas panjang. Rasanya seperti membaca ulang luka yang perlahan mulai mengering.

Tiba-tiba, suara tawa anak-anak membuyarkan lamunannya. Dinda, salah satu muridnya, berlari ke arahnya sambil membawa bunga liar di tangan.

“Kak Arpa! Ini buat Kakak!” serunya ceria.

Arpa tersenyum dan menerima bunga itu. “Makasih, Dinda. Kamu baik banget.”

Dinda duduk di samping Arpa dan bertanya polos, “Kak, Kakak pernah sedih nggak?”

Arpa terdiam sejenak. “Pernah, kok. Tapi Kakak belajar kalau sedih itu nggak apa-apa. Yang penting, kita tahu caranya bangkit lagi.”

Dinda mengangguk pelan. “Aku juga pernah sedih waktu kucingku hilang. Tapi Umi bilang, Allah pasti kasih ganti yang lebih baik.”

Arpa tertawa kecil. “Umi kamu pinter banget. Kadang, Allah memang ngambil sesuatu dari kita buat kasih yang lebih baik.”

Percakapan singkat itu terasa sederhana, tapi entah kenapa membuat hati Ara sedikit lebih ringan.

 

Di Pondok Pesantren

Sementara itu, di pondok pesantren Al-Furqan, Fathir duduk di taman kecil, membaca buku tafsir. Hatinya lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Ia mulai bisa menerima kenyataan bahwa tidak semua doa harus langsung terjawab.

Irwansyah datang sambil membawa dua gelas teh hangat.

“Bro, ini teh favorit lo. Biar hati lo makin adem,” godanya sambil menyerahkan satu gelas.

Fathir tertawa kecil. “Makasih, Yah. Lo emang paling ngerti.”

Irwansyah duduk di sampingnya. “Gimana? Udah lebih tenang?”

Fathir mengangguk. “Iya. Gue mulai belajar ngelepasin. Tapi… kadang gue masih suka mikir, apa kabarnya Arpa sekarang?”

Irwansyah tersenyum. “Wajar lah. Namanya juga perasaan. Tapi gue yakin, kalau lo udah ikhlas, rasa itu nggak akan nyakitin lagi.”

Fathir menatap langit biru di atasnya. “Gue masih mendoakan dia, kok. Nggak tahu kenapa, tapi doa itu udah jadi kebiasaan.”

Irwansyah menepuk pundaknya. “Itu artinya rasa lo tulus, bro. Mendoakan orang tanpa berharap apa-apa.”

Percakapan sederhana itu membuat Fathir merasa damai. Mungkin, memang begini cara Allah mengajarkan tentang cinta — lewat doa yang tak harus selalu berujung pada kepemilikan.

Refleksi Malam Itu

Di dua tempat berbeda, Arpa dan Fathir duduk dalam keheningan malam, merenungi perjalanan hati mereka.

Arpa berdoa dalam hati,

"Ya Allah, kalau memang dia bukan takdirku, izinkan aku tetap mendoakannya dengan tulus. Tapi jika dia adalah jalanku menuju-Mu, pertemukan kami di waktu yang terbaik."

Sementara Fathir melantunkan doa yang hampir serupa,

"Ya Allah, jagalah hatinya. Berikan dia kebahagiaan, meskipun itu bukan bersamaku."

 

“Cinta yang tulus bukan tentang memiliki, tapi tentang mendoakan dalam diam, meski tak ada jaminan untuk bersama.”

1
Uryū Ishida
Gemesin banget! 😍
✨♡vane♡✨
Baca cerita ini adalah cara terbaik untuk menghabiskan waktu luangku
Dandelion: Jangan bosan ya bacanya
total 1 replies
KnuckleBreaker
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!