Karena suatu alasan, Alia kehilangan bayinya dan di saat bersamaan, Alvin putra dari bos Bara sedang tak berdaya dan membutuhkan A*si, sedangkan ibunya meninggal disaat melahirkan Alvin.
"Dia membutuhkan kamu, Alia. Maukah kamu menjadi ibu susu untuk putraku?" Bara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kecewa
Kehidupan seperti roda yang berputar, tak dapat dikejar dan tak dapat pula di hindari, cepat ataupun lambat semua akan kembali kita hadapi jika kita tak mau menghentikan roda itu.
walaupun terasa berat dan nampak terasa mustahil, tapi apa salahnya jika kita berusaha mencoba sebelum kata menyerah itu keluar, siapa yang tahu suatu hari nanti keberhasilan datang menghampiri.
Inilah kisah yang sedang di alami Alia sekarang, siapa menyangka fakta masa lalunya yang datang membuatnya kembali dalam masalah yang selama ini tak ia ketahui, Apa yang akan Lia lakukan saat dia harus menerima semua kenyataan yang menyakitkan, dan apakah keputusan yang ia ambil adalah jalan terbaiik untuknya?
Malam begitu cepat berlalu. Mentari menyambut pagi menyelinap masuk melalui sela-sela gorden jendela.
Dengan rasa kantuk yang belum hilang, Lia mulai bangun dan siap memulai hari ini. bergegas Lia segera membersihkan diri dan bersiap. Lia ingat bahwa hari ini ada janji untuk kerumah sakit menjenguk cucu pak Bambang sesuai janji Bara.
Setelah selsai bersiap, lia segera keluar kamar menuruni anak tangga, dan menghampiri meja makan. namun pagi itu Lia sudah di sambut tangisan Alfin.
" Alfin kenapa mbak?" tanya Lia saat menghampiri Ayu yang sedang mencoba menenangkan Alfin.
"Gak tahu mbak, sejak bangun tidur dia sudah rewel padahal sudah saya kasih susu dan badannya juga gak panas tapi terus saja menangis."jelas Ayu
"Ada apa sayang? mau di gendong bunda ya?" Lia mengambil alfin dari gendongan Ayu dan mencoba menenangkannya.
Lia berusaha menenangkan Alfin dan berusaha membawa Alfin berkeliling dan mengenalkannya dengan benda warna warni. cukup lama Lia menghentikan tangisnya namun usahanya tak sia-sia akhirnya tangis Alfin berganti dengan Tawa mungil.
Alfin sangat suka dan sepertinya ingin sekali bermain dengan Lia, terbukti saat Lia ingin menyerahkan alfin pada ayu, tangis Alfin kembali pecah.
Tak lama Bara turun dari kamar dan mendapati pemandangan yang jarang ia lihat, Alfin tertawa lepas begitu juga dengan Lia yang tertawa lepas seperti tak ada beban di hidupnya.
"wah Alfin sedang bahagia sepertinya sampai tawanya begitu lepas." ucap Bara sambil menghampiri meja makan.
"iya pak, hari ini Alfin begitu berbeda. Tadi dari dia bangun tidur terus saja menangis dan saat mbak lia yang membawanya Alfin begitu bahagia bahkan gak mau sama saya pengasuhnya. Sepertinya Alfin dan mbak Lia sudah ada ikatan dan mereka sudah seperti ibu dan anak." jelas Ayu panjang lebar.
Bara mengambil kopi dan duduk menghampiri lia di ruang tamu.
" pagi mas Bara, kok gak sarapan malah kemari?"
"Sepertinya hari ini kamu gak usah ke ke kkantor, temani Alfin di rumah, sepertinya dia sedang membutuhkan kamu."
"Tapi pak, bukannya kita akan bertemu dengan cucu pak bambang."
"Aku bisa pergi bersama Akas, Kamu gak ikut itu gak jadi masalah. Bagiku yang terpenting adalah kebahagian Alfin dan saat ini dia ingin bersamamu." jelas Bara dan itu membuat hati lia sedikit kecewa. Bagaimana tidak hari yang Lia tunggu harus pupus begitu saja saat Bara melarangnya dan ia harus berusaha mencari kebenaran mulai dari awal lagi.
"Baiklah" jawab lia dengan nada lesu
"Kenapa jaabanmu seperti orang yang tak ikhlas, apa kamu sudah bosan mnjaga Alfin?"
"Bukan begitu mas, Lia gak bosan . Lia malah senang sekali Alfin sudah nyaman bersama lia. Tapi. . .tapi ada sesuatu yang membuat Lia sedih. Tapi gak masalah LIa bisa melalukannya lain waktu."
"Apa ada hubungannya dengan cucu pak bambang?"
"Tidak mas, Ini hanya masalah pribadi saja."
Setelah berbincang beberapa saat, bara meninggalkan Lia untuk sarapan dan pergi ke kantor bersama Akas.
Lia tak dapat berbuat apa-apa saat Bara sudah melarang dan dia hanya bisa menunggu kesempatan lain waktu untuk mendapatkan penjelasan yenyang bayi itu.
Selama perjalanan ke kentor Bara masih saja terus memikirkan wajah Lia yang terlihat ada kekecewaan.
"Apa yang dia sembunyikan dariku? kenapa ini membuatku menjadi tak tenang dan terus memikirkan dirinya." gumam bara.
"Akas, bagaimana apa kamu sudah mendapatkan informasitentang kecelakan itu?"
"Belum. Kamu kan menyuruhku baru tadi malam dan aku baru menghubungi orang-orang yang bisa memberikan informasiitu. kemungkinan malam ini kita bisa mendapatkan informasi itu. sepertinya ada hal penting yang menggangu pikiranmu sampai kamu tak sabar mendapatkan informasi itu."
"GAk papa. Ada tugas tambahan untukmu. Cari tahu masa lalu lLia bersama suaminya. Aku merasa ini ada sangkut pautnya. Aku jadi tak tenang saat melihat raut wajah Lia seperti ada yang ia sembunyikan.
" Baik bos. tapi sangat aneh, jika lia ada sangkut pautnya dengan ini. Menjadi hal yang menarik jika itu benar adanya."
"Aku akan tahu semua yang kamu sembunyikan LIa. aku gak ingin pikiranmu terbagi dan membuat perhatiannmu pada Alfin berkurang.Aku gak rela jika itu terjadi, bagiku kamu sudah seperti ibunya alfin hanya saja kita tak piunya ikatan." gumam Bara tyang masih begitu gelisah sampai Ke kantor.
Lia begitu sedih saat memikirkan bayi itu. Seperti ada magnet yang sangat kuat menarik hatinya.
"Mbak Lia, apa yang sedang mbak pikirkkan, sedari tadi Ayu lihatin mbak sering sekali melamun?"
"Gak papa mbak, Lia hanya punya sedikit masalah yang membuat Lia kurang fokus dan nampak gelisah."
"Kalau memang punya masalah cepat di selesaikan, jangan di biarkan berlarut begitu lama itu akan menyakiti hati mbak sendiri"
"Begitu ya mbak. Tapi Lia bingung harus memulainya dari mana? saat sudah ada jalannya tiba-tiba hilang begitu saja.Lia gak tahu memulai awalnya dari mana, takutnya itu semua membuat Lia kecewa."
"Kalau gak di coba, gak akan tahu hasilnya. berdoa saja semua pasti ada jalan keluarnya. Nanti kalau Alfin tidur mbak kalau mau pergi silahkan, Ayu janji gak akan bilang pada siapapun."
Lia berfikir sejenak dan mencari solusinya. akhirnya jalan terang pun ia dapati. Lia akan menemui seseorang yang bisa membantunya menjelaskan semuanya .
"Terimakasih mbak. Alia sekarang tahu dari mana lia akan memualainnya. setelah alfin tidur lia akan pergi kerumah sakit, dimana semuanya dimulai. Tolong jangan beri tahu mas Bara kalau Lia ke rumah sakit ya mbak."
" Syukurlah, kalau mbak lia Tahu mau kemana melangkah. Ayu sebagai sahabat juga merasa senang. Ayu janji gak akan kasih tahu pak Bara."
"Kita akan bertemu lagi dok, dan saat ini aku butuh penjelasan darimu. aku yakin kamu mengetahui semuanya. Seberapa rapat kamu menutupnya aku pasti bisa membukanya. tunggu dan lihat." gumam lia dengan emosi membara.
TERIMAKASIH SUDAH MAU MAMPIR BACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. LIKE, KOMENTAR, HADIAH, VOTE, FAVORIT DAN JUGA BIINTANG.
#JEJAK KALIAN SANGAT BERARTI BUATKU.#