Tiba-tiba Nikah

Rasya melajukan mobilnya sangat pelan, agar Farah dapat tidur lebih lama dan nyenyak.

.

"Budi.. Saya sepertinya akan telat.. Siapkan pasukan untuk pemanasan.. Biar pelatih Diko yang mengambil alih." - pesan Rasya di Grub pelatih.

"siap Komandan." - Budi.

.

.

Sampai di pantai, Rasya menyiapkan alas untuk sarapan mereka berdua, Rasya juga memilih tempat yang teduh dan syahdu.

.

.

"sayang bangun yukk.. Udah sampai.." Rasya membangun'kan Farah dengan pelan agar Farah tidak kaget saat dibangunkan.

"iya mas.. " Farah mengucek matanya dan melihat sekelilingnya pantai yang sangat indah, dan tak lupa banyak keluarga yang sedang piknik tipis-tipis dan bapak-bapak asik memancing ikan.

Tak hanya itu ada beberapa nelayan yang sedang memilih dan memilah ikan di bibir pantai, dengan dikerumuni ibu-ibu ingin membeli ikan dari nelayan langsung.

.

.

"sini sayang." Rasya mengandeng Farah untuk duduk manis dan menyiapkan sarapan yang sudah dibelinya tadi.

"tadi mas beli nasi urap, sama telor , ada pari goreng sama tempe mendoan.. Ini juga ada bala-bala.."

"ada minum es jeruk tanpa gula, sama air putih juga."

.

.

Rasya menjelaskan satu persatu makanan yang dibawanya.

"kenapa nasinya cuma satu mas?" disaat semua lau tertata rapi tapi nasinya cuma 1.

"iya dek.. soalnya nasinya banyak... Adek gak mungkin habis . jadi mas pesen satu setengah saja." jawab Rasya.

.

.

Setelah itu kedua pasutri, makan satu nasi berdua dengan alas kertas minyak berdua juga.

.

.

"mas.. Maafin Farah kemarin ya..? setelah Farah pikir.. Seharusnya Farah dengerin mas pelan-pelan bukannya tiba-tiba langsung ngomel gak jelas." ujar Farah membuka obrolan dengan Rasya.

"seharusnya mas yang minta maaf sama kamu dek.. Mas salah karena seakan memihak Tante Anis.. Tapi mas gak gitu.. Mas udah Tegus dengan keras Tante Anis.. Mas juga udah selesai dengan Luci 5 tahun yang lalu." jelas Rasya. " lucu memang mantan mas.. Tapi mantan yang paling menorehkan rasa sakit sedalam itu.. Butuh 5 tahun mas berpikir untuk menjalin sebuah hubungan, sampai Oma mas menjodohkan mas sama sepupu kamu, yang pada akhirnya kamulah istri mas.. mas Tidak mungkin melepaskan sebuah berlian demi batu kali sayang."

"tapi kenapa anak mbak Lusi manggil mas papa?" ujar Farah.

"dek..mas sumpah gak tahu.. Beberapa hari yang lalu mas ketemu Lucy di Cafe.. Mas di sapa terus mas di suruh jagain anaknya.. Lah itulah mas tahu kalau anak Lusi udah gede banget..habis itu mas di pesenin cemilan sebagai rasa terima kasih, mas gak enak nolak akhirnya mas iya in aja.. Udah selesai." jujur Rasya.

"kenapa gak bilang Farah kejadian beberapa hari yang lalu." lanjut Farah.

"dek.. Mas gak kepikiran."

"oh gitu.. kenapa sampai gak kepikiran mas.?.

"gak tahu dek." jawab Rasya yang sudah mulai frustasi dengan pertanyaan Farah karena di jawab salah gak di jawab Farah overthinking nya kumat.

.

.

"terus sama keponakan si komandan-komandan itu bagaimana?"

"keponakan apa lagi?"

"yang katanya ibu-ibu perumahan.. Mas katanya sempet dijodohin sama keponakan komandan gitu." lanjut instrogasi Farah.

"mas gak paham itu.. Pokonya di suruh kenalan sama anak keponakan, terus mas gak respon.. Udah selesai... Bahkan namanya aja kadang ingat kadang lupa".

"gak usah diingat, mending di lupain aja." jawab Farah dengan cepat.

"cieee.. cemburu ya." ejek Rasya kepada istri kecilnya.

"bukan cemburu mas.. lebih ke mempertahankan harga diri saja. Ya kali perempuan secantik aku, sebohay aku, SE kyut aku di selingkuhi sama spek ani-ani kabupaten.. Yang wajahnya tiap Minggu beda.. kan aku gak terima.. Kalau misal nanti mas mau selingkuh ngotak.. harus lebih dari aku.. lebih segalanya.. Harus bisa bagi antara kerja, suami dan rumah.." cerocos Farah.

.

.

Rasya merasa istrinya sudah kembali ke setelan awal lagi dan terus terang Rasya merasa nyaman dan bahagia.