NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Teka-Teki Cahaya & Penjaga Makam

Pintu Gerbang Piramida Hitam - Oasis Tersembunyi

Di depan mereka, berdiri pintu batu obsidian setinggi sepuluh meter. Tidak ada gagang pintu, tidak ada lubang kunci. Hanya ada ukiran hieroglif rumit yang menggambarkan perjalanan Dewa Matahari (Ra) menaiki kereta kencananya.

Atlas mengetuk permukaan batu itu. Padat. Tebalnya mungkin satu meter.

"Sebastian," perintah Atlas. "Kita tidak punya waktu seharian main tebak-tebakan. Pasang C4 di engsel pintu. Kita ledakkan jalan masuknya."

"Siap, Tuan," Sebastian memberi isyarat pada tim demolisi Black Watch. Mereka mulai menempelkan bahan peledak plastik di sela-sela pintu.

"Tunggu! Jangan, Kak!" seru Orion tiba-tiba, menahan tangan prajurit itu.

Atlas menoleh. "Kenapa, Dek? Ini cara tercepat."

Orion menggeleng, matanya menelusuri ukiran hieroglif itu dengan teliti. "Lihat tulisan ini, Kak. 'Dia yang datang dengan kekerasan akan ditelan oleh kegelapan abadi. Dia yang datang dengan cahaya kebenaran akan dibukakan jalan.'"

Orion menunjuk ke bagian atas pintu, di mana terdapat sebuah kristal merah kecil yang tertanam di dahi ukiran Dewa Anubis. Kristal itu kusam dan tidak bersinar.

"Kalau Kakak ledakkan pintu ini," jelas Orion, "Mekanisme pengunci di dalamnya mungkin akan meruntuhkan seluruh lorong masuk. Kita bakal terkubur hidup-hidup."

Atlas terdiam. Dia lupa bahwa tempat ini dirancang untuk membunuh penjarah makam. Kekerasan fisik adalah pemicu jebakan.

"Terus solusinya apa, Tuan Putri?" tanya Atlas, menurunkan senjatanya.

Orion melihat posisi matahari. Dia lalu membuka tas kecilnya, mengeluarkan cermin bedak (compact powder) miliknya.

"Cahaya kebenaran," gumam Orion.

Dia berjalan ke posisi tertentu di mana sinar matahari menembus celah pepohonan oasis. Dia memiringkan cermin bedaknya, menangkap sinar matahari itu, dan memantulkannya ke arah pintu.

Sorot cahaya itu memantul dari cermin Orion, melesat lurus, dan tepat mengenai kristal merah di dahi Anubis.

TING!

Kristal itu menyala terang. Cahaya itu kemudian merambat melalui garis-garis ukiran di pintu seperti sirkuit listrik yang dialiri daya. Seluruh pintu batu itu berpendar keemasan.

GROOOOK...

Suara gemuruh batu bergesekan terdengar. Pintu obsidian raksasa itu perlahan terbelah dua dan bergeser terbuka, menyebarkan aroma udara purba yang telah terperangkap ribuan tahun.

Tim Black Watch ternganga. Bom C4 canggih mereka kalah oleh cermin bedak seharga 50 ribu rupiah.

Atlas tersenyum bangga, mengacak rambut adiknya. "Pintar. Nggak sia-sia Kakak bayarin kuliah Seni kamu."

Orion terkekeh bangga. "Ilmu sejarah seni berguna juga kan, Kak?"

"Sangat. Ayo masuk. Maya, jaga Orion di tengah. Black Watch, formasi berlian."

Koridor Dalam - The Hall of Judgement

Mereka melangkah masuk. Senter taktis mereka membelah kegelapan.

Lorong itu luas, dengan pilar-pilar raksasa di kiri-kanan. Di setiap sela pilar, berdiri patung-patung prajurit berkepala serigala (Anubis) setinggi 3 meter yang memegang tombak perunggu.

"Sebastian, deteksi suhu tubuh," bisik Atlas.

"Nihil, Tuan. Hanya batu dingin," lapor Sebastian.

Mereka berjalan hati-hati. Namun, saat Atlas melangkah menginjak sebuah ubin lantai yang sedikit berbeda warnanya...

KLIK.

Suara mekanis terdengar bergema.

Mata dari dua puluh patung prajurit di sepanjang lorong itu tiba-tiba menyala BIRU.

WHIRRR... CLANK!

Debu rontok dari tubuh patung-patung itu. Mereka bukan sekadar batu. Mereka adalah Automaton—robot kuno yang digerakkan oleh teknologi hidrolik dan energi kristal yang terlupakan.

"PENYUSUP!" Sebuah suara serak, seperti gesekan batu, terdengar dari 'mulut' salah satu patung. (Sistem penerjemah otomatis di otak Atlas menerjemahkannya dari bahasa Mesir Kuno).

Dua puluh patung itu melompat turun dari pilar dengan kecepatan yang tidak masuk akal untuk ukuran batu. Tombak perunggu mereka berputar, siap memenggal kepala.

"TEMBAK!" teriak Komandan Black Watch.

TATATATATA!

Senapan serbu HK416 menyalak. Hujan peluru menghantam tubuh patung-patung itu.

TING! TING! TING!

Percuma. Peluru hanya memercikkan api dan memantul. Batu granit yang diperkuat sihir/teknologi kuno itu anti-peluru.

"Mundur! Lindungi Nona!" teriak Maya, menarik Orion ke belakang pilar.

Satu patung Anubis mengayunkan tombak raksasanya ke arah Atlas.

WOOSH!

Atlas melompat mundur (menggunakan skill Shadow Step jarak pendek) menghindari serangan itu. Lantai tempat dia berdiri tadi hancur berantakan.

"Senjata konvensional tidak mempan," analisis Atlas cepat. "Mereka butuh daya hancur yang lebih besar."

Atlas memejamkan mata, waktu seakan melambat.

System! Buka Shop! Kategori: Heavy Weaponry / Sci-Fi.

[SYSTEM SHOP ACCESSED]

Item: Plasma Cutter (Jarak Dekat) - 500 WP.

Item: Gravity Hammer (Area Damage) - 1.500 WP.

Item: [XP-400 Energy Rifle (Prototype)]

Deskripsi: Senapan energi eksperimental yang menembakkan peluru plasma padat. Mampu melelehkan baja dan menghancurkan batu dalam satu tembakan.

Harga: 2.000 WP.

"Beli!"

[TRANSAKSI BERHASIL!]

[-2.000 WP]

[Sisa Saldo: 72.150 WP]

Cahaya biru mewujud di tangan kanan Atlas. Sebuah senapan futuristik berwarna putih-perak dengan inti energi yang berdengung halus muncul.

Atlas mengokang senjata itu.

"Minggir!" teriak Atlas pada pasukannya.

Dia membidik patung Anubis terdekat yang hendak menyerang Sebastian.

ZZAAP!

Sebuah sinar biru menyilaukan melesat dari laras senapan.

BOOM!

Dada patung batu itu meledak. Batu granit setebal 30 cm hancur menjadi debu panas. Patung itu roboh, kehilangan daya.

Pasukan Black Watch dan Orion melongo melihat senjata di tangan Atlas.

"Kak... itu pistol air jenis apa?" tanya Orion takjub (dan ngeri).

"Jenis yang mahal," jawab Atlas menyeringai. "Black Watch! Jangan buang peluru! Pancing mereka ke arahku! Biar aku yang habisi!"

Pertempuran berubah arah. Pasukan Black Watch bertindak sebagai pengalih perhatian (Aggro), memancing patung-patung itu berkumpul. Begitu mereka bergerombol...

ZZAAP! ZZAAP! ZZAAP!

Atlas menembak dengan akurasi mematikan. Setiap tembakan menghancurkan satu 'Guardian'. Potongan batu dan logam kuno berserakan di lantai. Atlas bergerak lincah seperti penari kematian, memadukan tembakan plasma dengan gerakan menghindar.

Dalam 5 menit, ke-20 patung penjaga itu telah menjadi tumpukan puing berasap.

Atlas menurunkan senjatanya (yang kemudian dia simpan kembali ke Inventory tak terlihat agar tidak menimbulkan pertanyaan lebih lanjut).

"Area bersih," kata Atlas tenang, meski napasnya sedikit memburu. "Kalian oke?"

"Kami... baik, Tuan," jawab Komandan Black Watch dengan wajah pucat. Dia sadar bosnya bukan manusia sembarangan.

Orion keluar dari balik pilar, matanya berbinar menatap kakaknya. "Kakak kayak Iron Man!"

"Lebih ganteng Kakak dong," canda Atlas.

Ruang Harta (Inner Sanctum)

Mereka melangkah melewati puing-puing menuju pintu terakhir. Kali ini tidak terkunci.

Di tengah ruangan melingkar itu, terdapat sebuah pedestal (podium) emas. Di atasnya, melayang sebuah lempengan batu sirkular yang bersinar keemasan.

[The Sun Tablet]

Cahaya hangat memancar dari tablet itu, membuat rasa lelah mereka hilang seketika.

"Itu dia," bisik Atlas.

Dia mendekat. Sistemnya berbunyi gila-gilaan.

[QUEST ITEM DETECTED!]

[The Sun Tablet.]

[Efek Pengambilan: +100.000 WP & Regenerasi Kesehatan Pasif.]

Atlas mengulurkan tangan, menyentuh tablet itu.

FLASH!

Cahaya emas menyelimuti tubuh Atlas, lalu menyebar ke Orion yang berdiri di dekatnya.

[ARTEFAK DIKLAIM!]

[REWARD DITERIMA:]

Wealth Points: +100.000 WP.

Total Saldo: 172.150 WP.

Health Regeneration: Aktif untuk Host dan Blood-Bound (Adik). Luka fisik akan sembuh 500% lebih cepat.

Atlas merasakan tubuhnya menjadi sangat ringan. Luka goresan kecil akibat pertempuran tadi menutup sendiri dalam hitungan detik. Dia melihat Orion. Pipi adiknya semakin merah merona, energinya meluap-luap.

"Kita berhasil," kata Atlas lega. "Satu langkah lebih dekat."

Namun, saat Atlas hendak menyimpan tablet itu, Sebastian yang memantau tablet komunikasi berteriak.

"Tuan! Radar mendeteksi pergerakan di luar! Tiga helikopter tempur mendekat dengan cepat! Lambangnya... Salib Merah dengan Pedang."

Itu lambang The Order.

Mereka terlambat. Para pemburu saingan sudah tiba.

"Mereka mengepung pintu masuk!" lapor Sebastian. "Mereka menuntut kita menyerahkan artefak itu atau mereka akan mengebom piramida ini dan mengubur kita di dalamnya!"

Atlas menatap tablet emas di tangannya, lalu menatap langit-langit piramida.

"Mereka mau mengebom kita?" Atlas tertawa dingin. "Mereka lupa siapa yang ada di dalam sini."

Atlas menoleh ke Orion. "Dek, pegangan yang kuat sama Maya. Kita akan keluar dengan cara yang... sedikit kasar."

"Kakak mau ngapain?"

Atlas kembali memanggil Sistem. Dengan 172.000 WP di tangan, dia sekarang bisa membeli "Mainan" yang jauh lebih besar daripada sekadar senapan.

System. Beli kendaraan tempur: [Hover-Tank 'Rhino' - Grade B].

Harga: 50.000 WP.

"Kita akan menabrak jalan keluar," kata Atlas

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!