NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:91.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Kekhilafan satu malam, membuat Shanum hamil. Ya, ia hamil setelah melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam agama sebelum ia dan kekasihnya menikah. Kekasihnya berhasil merayu hingga membuat Shanum terlena, dan berjanji akan menikahinya.

Namun sayangnya, di saat hari pernikahan tiba. Renaldi tidak datang, yang datang hanyalah Ervan—kakaknya. Yang mengatakan jika adiknya tidak bisa menikahinya dan memberikan uang 100 juta sebagai ganti rugi. Shanum marah dan kecewa!

Yang lebih menyakitkan lagi, ibu Shanum kena serangan jantung! Semakin sakit hati Shanum.

“Aku memang perempuan bodoh! Tapi aku akan tetap menuntut tanggung jawab dari anak majikan ayahku!”



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Pindah Rumah

“Pak Ervan, kemarin kita  belum sempat berbicaranya banyak. Sebelumnya terima kasih atas bantuannya dan mau menikahi putri saya. Sebenarnya saya amat malu dengan kelakuan putri saya, dan saya sudah mewanti-wanti Shanum untuk tidak menganggu Pak Ervan. Dan, kalau berkenan Pak Ervan juga bisa dalam waktu dekat  menceraikan Shanum,” ucap Ayah Aiman amat pelan dengan kepalanya menunduk hormat.

Jika saja ada Shanum dan mendengar ucapan ayahnya, mungkin ia akan mengelus dada. Begitu teganya dengan putri kandungnya sendiri, dan lebih memihak pada orang lain. Seburuk itu kah Shanum sampai tidak ada pembelaan untuknya?

Sebuas-buasnya singa, tapi sama anaknya masih sayang dan melindungi dari segala mara bahaya. Miris sekali dengan sikap kedua orang tua Shanum.

Ervan mengamati wajah sopir keluarganya. “Rencana ke depan ... memang saya akan segera menceraikan anak Pak Aiman. Hanya menunggu waktunya saja. Mengenai Shanum, bagus jika Pak Aiman sudah mengingatkannya. Jangan sampai terjadi yang tidak saya inginkan, karena pernikahan saya dengan tunangan saya tinggal beberapa bulan lagi,” jelas Ervan dengan tegasnya.

Ayah Aiman mengangguk paham, “Iya Pak Ervan, saya memahaminya.”

Ervan kembali mengedarkan pandangannya, matanya tidak bisa dibohongi sedang mencari sosok Shanum, hanya saja bibirnya gengsi untuk bertanya.

“Jadi hari ini istri Pak Aiman akan dipindahkan ke ruang rawat?” Ervan basa basi bertanya-tanya.

“Iya Pak, tadi dokter sudah menyampaikan. Mungkin sekitar jam 10 akan pindah ruangan,” balas Ayah Aiman sembari menatap ke arah jendela ruang HCU.

Pria itu menarik napas dalam, lalu melirik asistennya yang berdiri tidak jauh darinya.

“Pak Ervan, nanti saya akan sampaikan pada Shanum jika harus siap diceraikan,” lanjut kata Ayah Aiman.

Ervan langsung menoleh kembali. “Biar saya sendiri yang akan menyampaikannya pada Shanum. Sekarang  dia ada di mana?” Pas sekali, akhirnya Ervan bertanya.

“Shanum sedang pulang dengan bibinya. Nggak pa-pa, biar saya saja yang menyampaikan hal sepele ini. Saya tidak mau merepotkan Pak Ervan kembali.”

Namun, Ervan mengangkat tangan pelan, menghentikan kalimat Ayah Aiman yang belum selesai.

“Tidak. Saya ingin menyampaikannya sendiri. Meski ini pernikahan yang hanya demi menutupi aib dan menjaga nama baik keluarga, saya tetap merasa harus bertanggung jawab sepenuhnya sampai saat waktunya tiba.” Tampak meyakinkan ucapan Ervan, padahal kemungkinan tidak seperti itu.

Nada suara Ervan terdengar dingin, tapi sorot matanya menyiratkan pergolakan. Ada sesuatu dalam hatinya yang tidak bisa ia jelaskan. Ia sendiri belum sepenuhnya memahami perasaannya terhadap Shanum. Gadis itu bukan siapa-siapa, namun sejak kejadian di malam akad, ada bayangan Shanum yang tak bisa ia hilangkan.

Ikhsan memperhatikan wajah bosnya yang tampak berusaha tegas. Ia kenal betul, Ervan bukan pria yang mudah terbawa perasaan. Tapi kali ini, ia melihat keretakan kecil di balik ketegasan itu.

***

Di rumah, Shanum mulai membereskan barang-barangnya ke dalam koper kecil. Matanya sembab, tapi gerakannya tegas. Ia tidak ingin terlihat rapuh di hadapan siapa pun lagi, termasuk di depan Renaldi yang telah menghancurkan hidupnya dan ayah serta ibunya yang membuangnya seperti sampah.

“Sabar ya, Sha. Nanti siang kita cari kontrakan bareng setelah sampai di rumah Bibi. Kalau kamu butuh teman, Bibi siap,” kata Bik Ratih yang duduk tak jauh dari Shanum, mengawasi dengan iba.

Shanum hanya mengangguk. Ia tak bisa banyak berkata. Perasaannya masih berkecamuk. Ia sudah kehilangan banyak—cinta, kepercayaan, rumah, dan sekarang … ia akan kehilangan status sebagai seorang istri dalam waktu dekat.

Ia melirik ke arah cermin, memandang pantulan dirinya. “Apa yang salah dari Shanum, Bik? Kenapa semua orang buang Shanum seperti ini?” tanyanya lirih.

“Tidak semuanya kamu yang salah, Sha. Dunia saja yang kejam. Tapi kamu masih punya satu yang dunia tidak bisa ambil—harga diri. Jangan hilangkan itu. Bertahanlah.”

Shanum mengangguk, matanya menatap cermin lebih lama seolah ingin mengingat siapa dirinya yang sesungguhnya.

Dan, tak lama pintu kamarnya terbuka. “Kak Shanum,” panggil Nandi, adik laki-laki Shanum yang masih duduk di bangku kelas dua SMP.

Shanum menoleh, menatap sendu ke arah pintu. Sementara itu, Nandi agak heran melihat baju dan koper tergeletak di atas ranjang kecil.

“Kak Shanum, mau ke mana? Keadaan Ibu ngimana?”

Gadis itu mendekat dan menepuk bahu adiknya. “Ibu sudah siuman dari operasi jantungnya, dan Kakak hari ini akan pindah. Jadi ... kamu harus jadi anak yang baik di rumah ya. Jadi anak yang membanggakan ibu dan ayah, jangan tiru kelakuan kakakmu ini,” pinta Shanum sangat lembut.

“Kak Shanum tinggal di rumah suaminya, ya? Nandi bakal kesepian dong.” Nandi terlihat lesu, tak semangat.

Shanum tersenyum tipis. “Ah, kamu ini lebay banget sih. Biasanya juga kamu jarang di rumah, lebih sering keluyuran.”

Nandi lantas memeluk kakak satu-satunya. “Nandi pasti akan sangat merindukan Kakak. Nanti, sering-sering main ke rumah ya, Kak,” ungkap Nandi sangat pelan.

Gadis itu menengadahkan kepalanya, menatap langit-langit agar air matanya tak jatuh kembali. “Ya, kapan-kapan Kakak akan main ke sini. Ingat pesan Kakak ya jadi anak yang baik, jaga dan bantu Ibu dan Ayah,” imbuhnya.

***

Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Di rumah sakit, Bu Iffah akhirnya dipindahkan ke ruang rawat biasa. Ayah Aiman membantu perawat menggiring ranjang dorong ke ruangan yang telah disiapkan. Ervan masih ada di area rumah sakit, menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan Shanum.

“Pak Ervan, jam 12 siang kita ada jadwal makan siang bisnis di Hotel Horison dengan Pak Barra,” ingat Ikhsan

“Siapkan mobil. Kita akan segera berangkat. Tapi sebelumnya, kamu minta nomor telepon Shanum ke Pak Aiman.”

“Baik Pak.”

Ikhsan bergegas masuk ke ruang rawat untuk menemui Aiman, dan pas sekali ponsel Ervan berbunyi. Panggilan dari Renaldi yang tertera di layar ponselnya.

“Halo Kak Ervan, ngimana kelanjutannya? Urusanku dengan Shanum udah selesaikan?” Baru saja Ervan menerima panggilan teleponnya, adiknya langsung bertanya.

“Bisa-bisanya kamu telepon langsung bertanya kabarnya!” balas Ervan agak ketus.

“Ayolah Kak, bukankah aku pergi dan tidak menikahinya adalah usulan Kak Ervan juga. Ya ... jadi aku pergilah.” Suara Renaldi terdengar santai.

Ervan berdecak, “Ya, Kakak memang menyuruhmu pergi. Tapi kamu tidak bilang kalau perempuan itu hamil, Ren!”

Dibalik telepon Renaldi mengusap tengkuknya. “Sorry Kak, aku kelupaan. Lagian, aku tadi pagi sudah kirim pesan sama Shanum untuk menggugurkan kandungnya, makanya itu aku telepon Kakak untuk memberikan dia uang tambahan buat menggugurkan. Aku pinjam uang sama Kakak, dan urusan beres.”

Ervan terdiam, pandangan matanya lurus ke depan menatap wanita hamil dengan wajahnya berseri-seri lewat di depan matanya.

“Halo Kak Ervan ... masih dengar aku ‘kan. Aku pinjam uang 20 juta, tolong berikan sama Shanum. Minta dia gugurkan kandungannya, kalau perlu temani dia ke dokter, dan pastikan dia menggugurkannya.”

Bersambung ... ✍️

1
Devy
good
anggraeni utami
bagus
gemar baca
kan...kan...sakit to hatinya,tapi egonya kegedean sih...
Kusii Yaati
kok aq jadi gregeten sendiri sama Ervan /Angry/
Yati Siauce
bpknya ervan aj baik..kok emak ama bpknya shanum gak baik
hasatsk
Ervan Bimbang pada 2 pilihan apakah tetap bersama shanum di RS atau menepati janji makan malam dengan meidina.....
Rubiyanti
masih ada yg baik pada shanum
Titi Liana
menarik
Ila Lee
akhirnya jatuh juga air mata ku Thor sedih Hami tampa perhatian suami di buang keluarga sendiri😭😭😭😭😭😭
anonim
bagus ceritanya
anonim
pak Wijatnako mau bawa maid ke rumah sakit untuk nemeni Shanum bahaya tidak tuh....jangan sampai maidnya mamanya Ervan yang sudah didoktrin untuk mencelakai Shanum
Suriani Paturusi
lanjuttt....😊
K4RL4
lanjut mommy...😊
K4RL4
papa mertua idaman. msh ad yg sayang sama kamu, shanum.
Wiek Soen
semoga saja shanum selalu mendapatkan perlindungan dari papa wijatnoko
Tuti Chandra
bahagia selalu buat shanum .semoga shanum selalu dlm lindunganya dan dijauh kan dr orang yg niat jahat padanya.
Tuti Chandra
papa mertua yg punya hati yg mulia ngga seperti adiba yg busuk hatinya.
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
terimakasih papa sudah membela shanum
Nar Sih
tuh ervan dgr kan nasehat papa mu ,klau ngk bisa mencintai jgn menyakiti ,bljar koreksi diri juga sikap mu pd shanum
Inooy
👏👏👏👏 bagus paaa,,aq suka..aq sukaaaa...

pokok nya paa klo Ervan macam2 lg ma Shanum,,jauhkan Shanum sejauh jauh nya utk menjaga kewarasan Shanum..dn biar Ervan bisa introspeksi diri...
bener2 gedeg aq ma Mr.Arogaaann 😬😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!