Arga yang mendapati kekasihnya berselingkuh, akhirnya menerima perjodohan tanpa tahu siapa wanita yang dijodohkan dengannya.
Zia yang mendengar keinginan mendiang ibunya pun menerima perjodohan yang disampaikan oleh ayahnya.
Janji perjodohan yang direncanakan orang tua Arga dan Zia membuat mereka bertemu kembali. Dulu mereka bagaikan musuh, Zia yang dulu menjadi anggota osis harus siap menghadang anak-anak yang terlambat, Arga yang hobi terlambat harus berurusan dengan Zia. Tapi ternyata, dalam hati mereka menyimpan cinta. Dijadikan satu dalam ikatan pernikahan, akankah mereka saling mengungkapkan cinta lama?
Belum revisi ya🤭
update setiap hari.
ig: myafa16
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam pertama
Arga dan Zia yang sampai di depan kamar, langsung memasukin kamar di hotel, yang sudah di sediakan oleh bundanya.
Saat memasukin kamar, dan menyalakan lampu. Mereka berdua melihat mawar di atas tempat tidur berbentuk love. Seolah sedanh menyambut kedatangan mereka berdua.
Kecangungan di rasakan sepasang pengantin baru ini. Berada di dalam kamar yang sama adalah hal baru untuk mereka.
"Aku akan mandi lebih dulu." Arga memecah keheningan di kamar, dan berlalu ke kamar mandi.
Zia hanya diam tanpa menjawab ucapan Arga. Rasanya dia berat sekali mengatakan iya untuk ucapan Arga. Zia yang melihat Arga sudah berlalu pun, melangkah menuju meja rias. Zia menarik kursi dan duduk di meja rias membersihkan make up yang menempel di wajahnya.
Arga yang sudah selesai mandi, keluar dari kamar mandi, dengan mengosok-gosok rambutnya dengan handuk kecil. Arga yang keluar dari kamar mandi sudah dengan memakai piyamanya.
Zia menatap lekat Arga, walaupun bukan seperti cerita novel, yang bercerita seorang pria keluar dari kamar mandi dengan handuk di pinggang dan memperlihatkan perut six pack nya, serta drama jeritan karena melihat keseksian seorang pria. Tapi bagi Zia melihat Arga dengan rambut basah berantakan sudah membuat terlihat mempesona.
"Apa kamu tidak akan mandi dan hanya menatapku." Arga membuyarkan lamunan Zia yang memperhatikan Zia
"Siapa yang menatap mu," elak Zia seraya berjalan menuju kamar mandi.
Rasaanya Zia malu sekali saat Arga memergokinya yang menatap wajah Arga. Walau pun Zia mencintai Arga, tapi Zia tidak mau terlihat jelas di mata Arga.
Zia yang berlalu ke kamar mandi langsung menyiapkan air di bath up. Dia berpikir akan sedikit berendam untuk membuat tubuhnya lebih segar. Rasa pegal begitu menderanya tubuhnya karena seharian menjalani proses untuk pesta pernikahannya.
Zia yang sudah mengisi air dan aroma terapi, memasukan tubuh lelahnya di dalam bath up.
"Emm..nikmatnya, aroma bunga lili begitu menenangkan," gumam Zia merasakan dalam-dalam setiap aroma yang tercium di indra penciumannya.
Setelah sekitar tiga puluh menit Zia masih di dalam kamar mandi, menikmati berendamnya.
"Kemana gadis itu, apa dia tidur di kamar mandi, apa jangan jangan dia pingsan," gumam Arga. Arga yang dari tadi di sibukkan dengan ponselnya, tidak menyadari Zia sudah lama tidak keluar dari kamar mandi.
Arga pun beranjak dari temoat tidur dan melangkah menuju kamar mandi. Dia menempelkan telinganya mendengar apa suara apa yang berada di balik pintu. Tapi saat di menempelkan telinganya dia tidak mendengar suara apapun.
Akhirnya Arga memilih untuk mengetuk pintu, agar tahu apa yang terjadi di dalam. "Zi..." Panggil Arga seraya mengetuk pintu.
"Zi..." Arga mencoba memanggil Zia. Tapi tidak ada sautan dari Zia.
"Apa yang terjadi did alam kenapa dia tidak menjawab." Arga mulai panik, saat tidak ada jawaban dari Zia.
"Zi, buka pintunya apa kamu baik baik saja?" Teriak Arga sembari mengetuk lebih keras pintu kamar mandi. Rasanya dia benar-benar merutuki dirinya yang terlalu sibuk dengan ponselnya, hingga tidak tahu bahwa Zia sudah lama tidak keluar dari kamar mandi.
Zia mendengar ada orang berteriak, dan mengetuk keras dari balik pintu kamar mandi begitu kaget. Dirinya yang sempat tertidur di buat terperajat saat mendengar suara dari luar kamar mandi.
"Ya ar, aku baik baik saja," ucapnya menjawab Arga yang di balik pintu. Zia benar-benar tidak menyangka dirinya bisa tertidur di bath up. Zia sedikit bergidik membayangkan kalau sampai dirinya tenggelam di dalam air saat tertidur.
Arga mendapat jawaban dari Zia dari kamar mandi merasa lega. Dia pun kembali melangkah menuju ke tempat tidur.
Zia yang sudah selesai langsunh keluar dari kamar mandi dengan piyama yang sudah dia pakai.
"Kamu di dalam tidur?" Tanya Arga saat Zia keluar dari kamar mandi.
"Iya," jawab Zia malu.
Arga benar-benar merasa heran. Bagaimana Zia bisa tertidur di dalam kamar mandi. "Tempat tidur ini masih luas jika kau tau, jadi tidak perlu kamu harus sampai tidur di kamar mandi," cibir Arga yang sedikit kesal.
"Siapa yang mau tidur di kamar mandi, aku hanya ketiduran," elak Zia.
Arga yang mendengar elakan dari Zia hanya mendesis. "Sudah tidurlah di sebelah situ." Arga menunjuk sisi lain tempat tidurnya untuk Zia tidur.
Zia hanya mematung memikirkan harus berbagi ranjang dengan Arga.
"Kamu mau berdiri disitu sampai besok pagi?" Tanya Arga yang melihat Zia masih mematung di depan kamar mandi.
Zia yang mendengar ucapan Arga tidak punya pilihan. Dia melangkah menuju tempat tidur, yang berada tepat di samping Arga. Zia pun langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Tenanglah aku tak kan berbuat apa apa, jadi kau tak perlu takut. Aku tak kan melakukaannya karena tidak ada cinta di antara kita." Arga berkata dengan senyum mengejek, dan meletakkan guling di tengah tengah.
Bukan apa-apa Arga berkata seperti itu. Dia tau Zia begitu takut untuk berbagi ranjang dengan dirinya. Tapi yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata tidak ada cinta di antara mereka.
Sebenarnya kata-kata itu hanya untuk menutupi debaran hatinya saat di dekat wanita yang sudah dia nikahi. Bukan karena Arga sudah jatuh cinta, tapi ini pertama kalinya bagi Arga tidur dengan wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
Zia seketika terpaku dengan kata-kata Arga. Ada sedikit sakit di hatinya mendengar Arga berkata kalau dia tidak ada cinta. Zia sadar betul pernikahan ini tanpa cinta bagi Arga, hanya sekedar perjodohan. Tapi bagi Zia, dia memiliki cinta di sudut hati Zia untuk Arga.
"Sadarlah Zia, walaupun kau dapat raganya tapi tidak dengan hatinya. Jangan berharap lebih," batin Zia menyadarkan dirinya.
Akhirnya mereka berdua memejamkan matanya menuju alam mimpi masing masih.
banyak hati yg kecewa