NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Istri Buta Sang CEO

Transmigrasi Ke Istri Buta Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Dokter Genius / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam / Orang Disabilitas
Popularitas:508.5k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Nova Spire, seorang ahli medis dan racun jenius, tewas tragis dalam ledakan laboratorium saat mencoba menciptakan obat penyembuh paling ampuh di dunia. Tapi kematian bukan akhir baginya—melainkan awal dari kehidupan baru.

Ia terbangun dalam tubuh Kaira Frost, seorang gadis buta berusia 18 tahun yang baru saja meregang nyawa karena dibully di sekolahnya. Kaira bukan siapa-siapa, hanya istri muda dari seorang CEO dingin yang menikahinya demi tanggung jawab karena membuat Kaira buta.

Namun kini, Kaira bukan lagi gadis lemah yang bisa diinjak seenaknya. Dengan kecerdasan dan ilmu Nova yang mematikan, ia akan membuka mata, menguak kebusukan, dan menuntut balas. Dunia bisnis, sekolah elit, hingga keluarga suaminya yang penuh tipu daya—semua akan merasakan racun manis dari Kaira yang baru.

Karena ketika racun berubah menjadi senjata … tak ada yang bisa menebak siapa korban berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percakapan Ayah dan Anak

Maura ikut menimpali, “Benar! Lihat saja, Mega bunuh diri dengan melompat dari lantai tiga dan Lolyta gantung diri! Itu bukan kebetulan. Pasti ada hubungannya denganmu!”

Suasana kelas mulai riuh, beberapa siswa saling berbisik panik. Namun Kaira tetap berdiri tenang di depan kelas. Wajahnya datar, tapi ucapannya tajam.

“Lucu sekali,” ucap Kaira tenang. “Kalian menyebutku pembawa sial, padahal dua orang teman kalian itu ... adalah pelaku, bukan korban. Jika semesta membalas mereka, jangan salahkan aku. Masa hidup mereka sudah habis, jadi ya mereka mati.”

Sonia melotot marah. “Beraninya kau bicara begitu!”

“Berani, karena aku tahu siapa diriku dan siapa kalian,” balas Kaira cepat. “Dan jangan pikir aku akan diam saat diinjak.”

Seketika Sonia melangkah maju dengan geram. “Kurang ajar kau, Kaira!” teriaknya sambil mengangkat tangan, hendak menampar.

Namun sebelum tangannya menyentuh wajah Kaira, dengan cepat Kaira menangkap pergelangan tangan Sonia.

Grep!

Dalam hitungan detik, ia membalas dengan satu tamparan keras ke pipi kanan Sonia.

Plak!

Brugh!

Tamparan itu begitu keras hingga Sonia terhuyung dan jatuh terduduk di lantai. Seluruh kelas terdiam. Suara tamparan masih terngiang di telinga mereka.

Maura terperangah, “Sonia!”

Sementara Sonia memegang pipinya dengan wajah terkejut dan mata berkaca-kaca, Kaira berdiri tegak, menghadapnya.

“Lain kali, pikirkan baik-baik sebelum mengangkat tangan pada orang yang tidak kau kenal,” ujar Kaira dingin. “Aku mungkin buta ... tapi aku bukan boneka.”

Deilin segera menarik tangan Kaira, membawanya ke bangku. “Ayo duduk. Drama pagi ini sudah cukup.”

Sementara itu, guru yang baru masuk ke kelas hanya bisa menatap kaget melihat Sonia masih terduduk di lantai, dan kelas dalam keheningan mencekam.

Kaira tetap tenang, menyesuaikan duduknya. Tanpa memedulikan jika seorang guru melihatnya.

"Kaira! Sonia, Maura! Ikut Ibu ke ruang guru!" titah guru bahasa Spanyol yang baru masuk itu.

****

Kini ruang guru dipenuhi suasana tegang. Sonia duduk sambil mengusap pipinya yang masih memerah, sedangkan Maura menatap tajam ke arah Kaira. Di hadapan mereka, dua orang guru duduk sebagai mediator, mencoba menyelesaikan permasalahan.

Salah satu guru, Bu Melinda, menghela napas panjang. “Kaira, tolong jelaskan apa yang terjadi di kelas tadi. Kami mendapat laporan bahwa kamu menampar Sonia.”

Kaira duduk tenang, wajahnya tenang tanpa ekspresi takut sedikit pun. “Saya hanya membela diri, Bu,” ucapnya tenang. “Sonia berniat menampar saya lebih dulu. Saya hanya menahan dan membalas.”

Sonia langsung bersuara dengan mata berkaca-kaca. “Saya hanya emosi sesaat, Bu! Tapi Kaira keterlaluan ... Dia menampar saya sangat keras! Saya merasa ditindas!”

Kaira menoleh pelan ke arah Sonia. Suaranya tetap halus, tapi penuh tekanan.

“Menindas? Kau lupa bagaimana kau dan teman-temanmu memperlakukan saya selama ini? Mega, Lolyta ... mereka bukan tanpa dosa, Bu,” Kaira kini menatap guru dengan wajah serius. “Saya bisa membawa bukti, atau ... saya bisa memanggil Sky Dalton.”

Para guru langsung terdiam.

Maura menegang, “Untuk apa menyebut nama Sky?”

Kaira tersenyum samar. “Karena Sky Dalton tahu segalanya. Termasuk siapa yang mengirim pesan ancaman secara anonim padaku, siapa yang membocorkan data pribadi, siapa yang menyebar rekaman saat pesta.”

Bu Melinda dan Pak Gino saling menatap, keduanya tampak terkejut. Tentu mereka tidak berani jika berhadapan pemilik sekolah itu. Nama itu cukup membuat mereka berpikir ulang.

“Saya tidak ingin memperbesar masalah,” lanjut Kaira. “Tapi jika saya terus diganggu dan difitnah seperti ini, saya tidak akan diam. Dan kalian tahu ... Sky sangat melindungi saya.”

Kaira sengaja menjual nama Sky, agar masalah ini tidak melebar. Tidak ada salahnya kan? Memanfaatkan nama calon suaminya.

Eh, Kaira langsung menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pikirannya yang konyol itu. Kalau Sky tahu, mungkin pria tampan itu akan berguling-guling di tengah jalan saking senangnya dianggap calon suami.

Sonia kini menunduk. Maura mengepalkan tangan, tapi tak bisa berkata apa-apa.

Bu Melinda terbatuk kecil, lalu berkata hati-hati, “Baik ... Kami akan menindaklanjuti masalah ini secara internal. Untuk saat ini, kami minta kalian menjaga sikap dan tidak melakukan tindakan yang merugikan satu sama lain.”

Kaira mengangguk ringan. “Tentu, Bu.”

Saat mereka keluar dari ruangan, Sonia menunduk dalam diam. Maura berjalan dengan rahang mengeras, sedangkan Kaira tersenyum tipis, kemenangan kecil telah diraihnya hari ini.

Deilin yang menunggu di luar langsung menyambut, “Kau benar-benar luar biasa.”

Kaira menjawab tenang, “Ini baru pemanasan. Belum semua yang harus membayar ... sudah jatuh.”

****

Suasana halaman sekolah sudah mulai lengang saat Kaira dan Deilin berjalan keluar gerbang. Angin sore bertiup pelan, membawa aroma bunga dari taman depan. Namun ketenangan itu sirna begitu Deilin melihat sosok pria paruh baya berdiri tegak di dekat mobil hitam mengilap. Pria itu adalah Tuan Ben Dorry, ayah dari pemilik tubuh yang kini ditempati oleh Nova.

"Ada apa Deilin?" tanya Kaira mengerutkan keningnya saat merasa Deilin berhenti.

Mata Deilin langsung berubah dingin. "Ada ayah dari pemilik tubuh yang kau tempati."

Wajah Kaira langsung berubah dingin, bahkan tidak terkejut sama sekali. Kaira dan Deilin kembali melangkah.

Sedangkan tuan Ben Dorry berdiri di depan pagar. Wajahnya tetap sama seperti dulu, dingin dan tak berperasaan.

“Kaira,” panggilnya tanpa senyum, tanpa sapaan hangat seorang ayah.

Kaira menghentikan langkahnya. “Ayah?”

Namun Tuan Ben Dorry tidak menjawab panggilannya. Ia hanya menatap lurus ke arahnya, lalu berkata dengan datar, “Aku ingin bicara berdua denganmu. Sekarang.”

Deilin yang berdiri di samping Kaira langsung melangkah maju, nada bicaranya tajam, “Kalau Anda hanya datang untuk membuat Kaira tidak nyaman, lebih baik—”

“Deilin.” Kaira menahan lengan sahabatnya, suaranya tenang namun tegas.

Deilin menoleh, masih dengan pandangan tidak suka pada pria itu. “Kau yakin?”

Kaira mengangguk pelan. “Aku bisa menghadapinya.”

Gadis buta itu melangkah dengan tongkatnya, saat merasa berhadapan dengan tuan Ben Dorry. Kaira langsung berkata, "Apa yang ingin Anda katakan Tuan Ben Dorry?"

Tuan Dorry lagi-lagi terkejut mendengar panggilan Kaira yang terasa dingin dan asing, seperti sebelumnya saat pertemuan pertama mereka setelah Kaira bangun dari komanya. Tapi mengingat niatnya, tuan Ben Dorry tidak mempermasalahkan hal itu.

"Di sini terlalu ramai, lebih baik kita bicara di tempat yang lebih nyaman dan sedikit privasi," kata tuan Ben Dorry melihat beberapa siswa-siswi yang menoleh ke arah mereka.

Kaira mendengkus dingin mendengar ucapan pria paruh baya di depannya itu. "Memangnya sepenting apa hingga harus privasi? Padahal Anda tidak penting bagi saya."

"Kaira!" kata tuan Ben Dorry menahan rasa kesalnya. "Ikut aku!"

Tuan Ben Dorry melangkah ke arah sebuah cafe depan sekolah. Kaira hanya mengikuti dengan malas-malasan.

1
Pandagabut🐼
selamat ya nyonya Selina, menantu idamanmu luar biasa /Chuckle//Chuckle//Chuckle/
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
siap2 ben ternyata demi harta yaaa
dimana2 demi harta hadehhh
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
iiiidihh g tau malu situ waras emg ya clarisa haiiiii ulet bulu
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Intan Lovelys Yandhi
semangat update 💪
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
vj'z tri
see😏😏😏😏 ayah singa pasti ngamok kalau anak nya di ganggu ,walaupun anak nya bisa bertahan 🫣🫣🫣🫣 dan jika kalian tahu siapa anak nya pasti auto plonga plongo dan bilang gak mungkin 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cindy
lanjut
Lyvia
nunggu matinya aj Xan
Dian Susantie
udh.. matiin aja tuh si Ben sekeluarga..!! tapi jgn lupa siksa dulu ya..!! siap2 aja kalian bertiga dpt balasan dari Kaira, Sky dan Steven..!! 👻👻👻
kaylla salsabella
lanjut Thor
princess Halu
menantu kesayangan tu menantu pilihan, makan tu menantu
Dian Susantie
ya.. itulah mantu kesayangan mu Sel.. Sel..!! yg abis ini bakal makin menyeret mu dan keluargamu ke jurang kehancuran..!! 👻👻👻
saniscara patriawuha.
protoliii aee mbokkk keirrr,,, satu satu.....
YuWie
mantap sekali kerugian mu kel frost
Ty Kurniawan
tunggu saja karma akan datang menghampiri mu ben
Wanita Aries
Hadeh muaknya sama ben ini. Aplg natalie sm maura benalu gk tau diri
Debby Ebby
lanjut lagi thor
Upi Raswan
Ben pasti bakalan pingsan kalo tau ternyata rahasia besar itu sudah bukan lagi rahasia
Susilawati
rasain kamu nyonya Selina, lihat lah menantu yg begitu kamu puji dan sayangi malah mehancurkan perusahaan keluarga mu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!